Latar Belakang
Waktu akan terus
berjalan demikian juga halnya dengan ekosistem. Ekosistem akan terus
berkembang, baik itu bersifat baik maupun buruk. Perubahan
yang sama akan terjadi pula pada lahan-lahan yang baru terbentuk secara alami,
seperti delta, bukit pasir, daerah aliran lahar atau lava. Pada permulaannya
tanah belum matang, nutrisi organik belum ada, permukaan sangat terbuka dan
kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya. Akan tetapi apabila diberi
waktu yang cukup, lama kelamaan akan tertutup oleh koloni-koloni tumbuhan yang
kemudian ekosistem ini akan berkembang. Perubahan-perubahan ini akan mengarah
pada suatu keadaan yang stabil atau mantap yang disebut dengan suksesi
sedangkan keadaan yang sudah stabil atau mantap disebut klimaks.
Kajian perubahan
ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak sederhana. Ini
meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi/nutrisi,
produktivitas, konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian dan juga
dengan masalah konservasi.
Dalam tahap
menuju suksesi ada banyak tahapan dan banyak jenis tanaman yang dominan di tiap
tahapannya. Oleh karena itu, makalah ini disusun yaitu untuk menjelaskan mengenai
seperti apa itu suksesi, klimaks, sera, tahapan-tahapan dalam suksesi,
jenis-jenis suksesi, dan lain-lain.
Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah
untuk menjelaskan mengenai suksesi itu sendiri seperti apa, suksesi tumbuhan,
dan lain-lain.
Ekosistem
Pada prinsipnya
semua bentuk ekosistem akan mengalami perubahan baik struktur maupun fungsinya
dalam perjalanan waktu. Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi
lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan
lainnya mungkin sangat besar / kuat sehingga mempengaruhi system secara
keseluruhan.
Kajian perubahan
ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak sederhana. Ini
meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi/nutrisi, produktivitas,
konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian dan juga dengan masalah
konservasi.
Perubahan
ekosistem ini pada dasarnya dapat disebabkan oleh berbagai penyebab utama yaitu
:
a. Akibat perubahan iklim
Perubahan atau
fluktuasi iklim dalam skala dunia yang meliputi ribuan tahun telah memberikan
reaksi penyesuaian dari ekosistem di dunia ini. Bentuk perubahan ini meliputi
perubahan dalam perioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan juga
hewan, yang akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.
b. Pengaruh dari faktor luar
Faktor luar
seperti api, penginjakan, atau polusi dapat menginduksi perubahan ekosistem
baik untuk sementara maupun untuk waktu yang relatif lama.
c. Karakteristika dalam sistem sendiri
Ini merupakan
suksesi ekologi, yang dapat diartikan sebagai perubahan dalam ekosistem yang
berkembang ke arah pemasakan atau pematangan atau ”steady state”. Seperti yang
dipahami bahwa ekosistem merupakan system yang terbuka, mempunyai kapasitas
untuk pengaturan diri oleh sistem umpan balik negative. Artinya ekosistem
mengarah pada keseimbangannya, berupa ekosistem yang stabil.
PENGERTIAN
SUKSESI
Sudah diketahui secara meluas bahwa
apabila suatu kebun tidak dipelihara, atau lapangan rumput yang tidak pernah
dipotong secara teratur maka vegetasinya akan mengalami perubahan dan tidak
tetap seperti it uterus menerus. Berbagai tumbuhan liar akan hidup/tumbuh dan
mengubah sama sekali karakteristika dari vegetasi asalnya. Demikian juga suatu
lahan pertanian yang tidak digarap, maka herba, perdu, dan pohon liar akan
tumbuh menguasai daerah/
lahan
pertanian tersebut, dan apabila kondisi tanahnya memungkinkan vegetasinya akan
berkembang membentuk komunitas hutan.
Perubahan yang sama akan terjadi pula
pada lahan-lahan yang baru terbentuk secara alami, seperti delta, bukit pasir,
daerah aliran lahar atau lava. Pada permulaannya tanah belum matang, nutrisi
organik belum ada, permukaan sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang
kehidupan di atasnya. Akan tetapi apabila diberi waktu yang cukup, lama
kelamaan akan tertutup oleh koloni-koloni tumbuhan yang kemudian ekosistem ini
akan berkembang.
Suatu komunitas tumbuhan akibat adanya
longsor, banjir, letusan gunung berapi dan atau pengaruh kegiatan manusia akan mengalami
gangguan atau kerusakan yang parah. Hancurnya komunitas tumbuhan ini akan
menimbulkan situasi terbukanya permukaan tanah, yang terjadi rimbun tertutup
lapisan vegetasi/komunitas tumbuhan. Keadaan ini merupakan habitat baru yang
bias digunakan sebagai tempat hidup tumbuhan liar, baik cepat maupun lambat.
Vegetasi yang pertama kali masuk
biasanya berupa tumbuhan pelopor atau pionir, yaitu tumbuhan yang berkemampuan
tinggi untuk hidup pada keadaan lingkungan yang serba terbatas atau mempunyai
berbagai factor pembatas, seperti kesuburan tanah yang rendah sekali :
kekurangan atau ketiadaan air dalam tanah; intensitas cahaya yang terlalu
berlebihan/ tinggi dan sebagainya. Kehadiran kelompok pionir ini akan
menciptakan kondisi lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup
tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan proses
pembentukan lapisan tanah, memecah batuan dengan akarnya dan membebaskan materi
organic ketika terjadi pelapukan dari bagian tumbuhan yang mati.
Proses akan berkembang sesuai dengan
perubahan waktu, dan akan menciptakan komunitas tumbuhan yang semakin lama
semakin padat dan kompleks, mengarah pada pematangan bentuk komunitas
tumbuhannya. Seluruh proses pematangan bentuk komunitas atau ekosistem ini
disebut : S u k s e s i.
Tansley (1920) mendefinisikan suksesi
sebagai berikut : “Suksesi adalah perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas
tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dimana terjadi pengalihan dari suatu jenis
tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya (pada tingkat populasi).
Clements (1916) menuliskan
pendapat-pendapatnya yang sangat persuasif, ia menyatakan bahwa vegetasi dapat
disejalankan dengan ”organisma super”, mampu memperbaiki atau mengelola dirinya
sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan. Ia juga mengenalkan adanya 6
(enam ) unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu :
a. Penggundulan,
yang mengakibatkan terjadinya substrat baru.
b. Migrasi,
kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.
c. Eksesis,
Perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran.
d. Kompetisi,
persaingan sehingga adanya pengusiran satu species oleh species lainnya.
e. Reaksi,
perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan.
f. Stabilitasi,
yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.
Perubahan komunitas tumbuhan atau
vegetasi yang dikemukakan di atas menggambarkan bertambahnya suatu daerah oleh
berbagai jenis tumbuhan yang hidup di atasnya, proses perubahan ini disebut : suksesi
progresif.
Perubahan vegetasi dapat pula mengarah
pada penurunan jumlah jenis tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas
tumbuhan. Hal ini terjadi biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah,
misalnya akibat degradasi habitat. Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke
yang lebih sederhana ini disebut suksesi retrogresif atau suksesi
regresif.
Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi
bisa terjadi secara alami, tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia.
Keduanya tidak berbeda secara mendasar. Hutan yang hancur karena ditebang oleh
manusia, atau dihancurkan akibat longsor atau angin topan, proses suksesi yang
terjadi akan relatif sama.
Namun Gams mengkategorikan suksesi ini
dalam tiga keadan yaitu :
a. Suksesi
dengan urutan normal. yang berasal dari
adanya pengaruh terhadap vegetasi yang terus menerus dan cepat. Misalnya
vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak ternak, di mamah biak, dijadikan
tempat beristirahat ternak, atau tempat berguling-guling ternak. Kondisi
vegetasi akan mengalami Fasa perubahan selama ternak tetap berada di tempat
itu.
b. Suksesi
dengan urutan berirama, yang berasal dari
gangguan berulang-ulang, mungkin siklis tetapi mempunyai interval waktu antara
satu gangguan dengan gangguan berikutnya. Misalnya terjadi pada perubahan vegetasi
karena adanya proses rotasi dalam pemanfaatan lahan pertanian.
c. Suksesi
dengan urutan katastrofik, yang menjadi secara
hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung berapi, gempa
bumi, kebakaran, penebangan, pengeringan habitat akuatika, yang kesemuanya ini
bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang kemudian
cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses suksesi tumbuhan.
Perubahan vegetasi di alam sebenarnya
bisa dibedakan dalam tiga bentuk umum, yaitu :
a. Perubahan
fenologis yang tidak saja terjadi karena adanya
masa-masa berbunga, berbuah, berbiji, berumbi, gugur daun dan sebagainya,
tetapi juga terjadi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tertentu dalam perjalanan
waktu atau musim yang memperkaya komunitas tumbuhan itu. Misalnya pada habitat
padang pasir dengan hadirnya tumbuhan setahun dan geofita setelah hujan turun,
dan ini terjadi satu kali untuk beberapa tahun.
b. Perubahan
suksesi sekunder, yakni perubahan vegetasi yang
nonfenologis dan terjadi dalam ekosistem yang telah matang. Ini termasuk
suksesi normal, berirama dan katastrofik seperti yang dikalsifikasikan oleh
Gams. Suatu suksesi sekunder berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem
secara tidak menyeluruh atau tidak total kerusakannya. Misalnya pada daerah
pertanian setelah terjadi panenan, juga pada daerah hutan akibat terjadinya pohon
tumbang. Pada suksesi sekunder ini dapat bersifat satu arah atau juga siklik.
c. Perubahan
suksesi primer, berlainan dengan suksesi
sekunder, pembentukan komunitas tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari
suatu substrat yang sebelumnya tidak pernah mendukung suatu komunitas tumbuhan.
Substrat baru yang terbentuk bisa berasal dari sistem air sebagai hasil dari
proses pendangkalan, suksesi yang terjadi disebut suksesi hidroseres (Clements)
atau hidrark (Cooper). Bila substrat baru berasal dari system darat,
batuan, pasir, dan sebagainya maka suksesinya disebut suksesi xeroseres atau
xerark.
PENDEKATAN
DALAM KAJIAN SUKSESI
Teori tradisional menyatakan bahwa
suksesi ekologi mengarah kepada suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks.
Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu dan yang terpenting adalah :
a. Fasa
klimaks merupakan system yang stabil dalam keseimbangannya antara lingkungan
biologi dengan lingkungan non-biologinya.
b. Komposisi
jenis pada fasa klimaks relatip tetap atau tidak berubah
c. Pada
fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi organik,
sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
d. Fasa
klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
BERBAGAI
TEORI KLIMAKS
a.
Teori Monoklimaks
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements
menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan
fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas dari
berbagai pengaruh
gangguan
luar, suatu bentuk umum vegetasi klimaks yang sama akan terbentuk untuk setiap
daerah iklim yang sama.
Dengan demikian iklim sangat menentukan
batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini dipahami sebagai teori monoklimaks
dan diterima secara luas oleh pakar botani pada pertengahan awal dari abad
ini. Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat
kenyatan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu daerah iklim tertentu.
Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam
keadaan yang stabil. Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada
keyakinan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana perbedaan-perbedaan
local dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi
bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama.
Penamaan-penamaan khusus diberikan untuk
menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi local ini. Istilah ”subklimaks”
dipergunakan untuk suatu fasa seral akhir yang berkepanjangan yang
akhirnya akan berkembang juga ke bentuk klimaksnya. Sedangkan istilah ”disklimaks”
dipakai untuk komunitas tumbuhan yang menggantikan bentuk klimaks
setelah terjadi kerusakan.
b.
Teori Poliklimaks
Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa
teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk mengangkat
variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939 Tansley, seorang
pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu alternatif yaitu teori poliklimaks,
dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari
setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu meliputi tanah ; drainage ;
dan berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim,
tetapi faktor-faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai suatu faktor yang
bersifat temporal.
Teori poliklimaks mempunyai keuntungan
yang besar, dalam memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa
dianggap sebagai bentuk klimaks. Teori poliklimaks ini ternyata pendekatannya
tidak bersifat kaku, sehingga dapat diterima dikalangan pakar secara luas.
Konsep
Whittaker (1953)
Menyatakan
bahwa sebetulnya tidak ada klimaks yang mutlak untuk ti-ap habitat, susunan
klimaks mempunyai arti yang relatif untuk suatu ke-adaan lingkungan dan untuk
semua faktor-faktor ekosistem yang ada. Se-hingga baik monoklimaks dan
poliklimaks tidak memenuhi kriteria sesuai dengan kenyataan, karena klimaks
merupakan suatu keadaan seimbang dari produktivitas, struktur dan populasi
dengan keseimbangan dinamis dari populasi-populasi yang menentukan.
Keanekaragaman vegetasi kli-maks tergantung dari keanekaragaman lingkungan dan
macam populasi yang ada. Keseimbangan di antara pergantian populasi dengan
perubah-an-perubahan dalam lingkungan, dan vegetasi klimaks merupakan suatu
pola dari populasi yang berhubungan dengan pola penurunan lingkungan
PROSES
TERJADINYA SUKSESI
Proses
pergantian antar tingkat dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks, dapat
membutuhkan waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang
dibutuhkan suksesi sekunder lebih cepat dibanding-kan dengan suksesi primer.
Tingkat perubahan komunitas berlangsung da-lam periode pendek dengan
perkembangan yang cepat, hal ini disebabkan habitat (tanah dan air) sudah
terbentuk untuk menyokong pertumbuhan ve-getasi. Proses yang terjadi selama
proses suksesi dapat diringkaskan seba-gai berikut :
- Perkembangan
sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadi-nya pertambahan
kandungan bahan organik sejalan dengan perkem-bangan komunitas yang semakin
kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada sebelumnya.
- Semakin
kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan tingginya tumbuhan,
sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
- Peningkatan
produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkembangan tanah.
- Peningkatan
jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
- Peningkatan
pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan pe-ningkatan jumlah jenis.
- Perubahan
iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life form)
tumbuhan dan struktur komunitas.
- Komunitas
berkembang menjadi lebih kompleks.
Kecepatan proses
suksesi pada suatu komunitas atau ekosistem dipe-ngaruhi oleh faktor, antara
lain :
- Luasnya
komunitas asal yang rusak karena gangguan
- Jenis-jenis
tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu
- Kehadiran
tumbuhan pemencar biji dan benih
- Iklim,
terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan benih lain,
serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora dan
perkembangan semai selanjutnya.
- Macam
atau jenis substrat baru yang terbentuk.
- Sifat-sifat
jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
PENYEBAB SUKSESI
Beberapa faktor penyebab
suksesi baik alami maupun buatan berikut ini adalah :
1.
Iklim : tumbuhan
tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang le-bar dalam waktu yang
lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik
sebagian maupun seluruhnya. Dan akhir-ya suatu tempat yang baru (kosong)
berkembang menjadi lebih baik (da-ya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi
iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang
tidak menguntung-kan pada vegetasi.
2.
Topografi : suksesi
terjadi karena perubahan kondisi tanah, antara lain :
·
Erosi : erosi dapat terjadi karena
angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi
penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
·
Pengendapan (sedimentasi) : erosi
yang melarutkan lapisan tanah, di-suatu tempat tanah diendapkan sehingga
menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan
suksesi ber-ulang kembali di tempat tersebut.
3.
Biotik : pemakan tumbuhan seperti
serangga yang menjadi pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit
mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang,
panen me-nyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat
berganti vegetasi.
4.
Bencana Alam : peristiwa bencana
alam dapat menghilangkan semua je-nis mahluk hidup disuatu tempat atau hanya
menghilangkan sebagian, demikian pula pada habitat. Kemudian di habitat yang
baru secara per-lahan muncul komunitas baru kembali.
TAHAPAN
DAN PROSES MENUJU SUKSESI VEGETASI DALAM BERBAGAI SERE
Menurut Weaver dan Clements (1938) tahapan dan
proses menuju sukssesi vegetasi terbagi
dua yaitu di hydrosere dan xerosere.
A. Hydrosere
Dalam hydisere
ini ada enam tahapan sampai akhirnya menuju klimaks yaitu sebagai berikut:
a. Submerged
Stage (Terendam)
Tanaman
berada disekitar pinggir danau atau genangan air, dimana kedalamannya kurang
dari 20 kaki dan tanaman yang ada banyak berupa tanaman yang terendam
(submerged). Tanaman berbunga (Spermatophyta) seperti Elodea, Potamogeton, Ceratophyllum, dan Najas. Lumut-lumutan seperti Ranunculus,
Utricularia, dan Vallisneria serta alga seperti Chara.
b. Floating
Stage (Mengambang)
Kedalamannya antara 6
sampai 8 kaki saja dengan spesies tanaman mengambang (floating) yang mulai
bermacam-macam. Jenis-jenis lili seperti Nymphaea
dan Castalia serta ada juga Potamogeton (pondweeds) dan Polygonum.
c. Reed-Swamp
Stage (Buluh/Rawa)
Dengan keadaan tanah yang
selalu digenangi air memungkinkan untuk tanaman dapat terus berakar dengan
baik. Ada 3 tanaman dominant pada tahap ini yaitu Phragmites communis, Scirpus
validus, dan Typha latifolia.
Selain itu masih ada tanaman yang lain seperti Saggitaria, Alisma, Acorus, Polygonum, dan lain-lain.
d. Sedge-Meadow
Stage (Padang Rumput Alang-Alang)
Jumlah air sudah menurun
dan spesies tanaman juga memperluas daerahnya dan didukung dengan jumlah cahaya
yang bagus. Tanaman yang ada seperti Eleocharis,
Carex, Juncus, dan lain-lain.
e. Woodland
Stage (Hutan)
Tanah sudah semakin banyak
mengandung humus dan sudah banyak jenis pohon-pohon pada tahap ini. Tanaman
yang ada seperti Salix, Cornus, Cephalanthus, Alnus, dan
lain-lain.
f. Climax
Forest
Humus dan kelembaban tanah
meningkat karena didukung oleh bakteri dan jamur serta organism yang ada di
dalamnya.
B. Xerosere
Dalam xerosere
ini ada enam tahapan sampai akhirnya menuju klimaks yaitu sebagai berikut:
a.Crustose-lichen stage
(Tahap Lichen-kerak)
Spora dibawa oleh angin atau secara fragmentasi
lichen. Contohnya Soredia berada pada
permukaan batu yang halus. Ada juga jenis yang lain yang ada pada tahap ini
seperti Rhizocarpon, Lecidea, Rinodina, Lecanora, dan
lain-lain.
b.
Foliose-Lichen Stage
(Tahap Lichen-Lembaran)
Tanaman yang ada seperti Dermatocarpon, Parmelia, Umbilicaria, dan lain-lain.
c.
Moss-Stage (Tahap
Lumut)
Tanaman
yang ada seperti Black moss (Grimmia),
hair moss (Polytrichum juniperum, P. piliferum, P. commune), dan lain-lain.
. Herbaceous
Stage (Tahap Herbaceous)
Evaporasi
dan temperature ekstrim menurun. Populasi bakteri, jamur, dan hewan meningkat.
Tanaman yang ada seperti Bluegrass (Aristida,
Festuca, dan Poa), Heuchera, Potentilla, goldenrods (Solidago), dan lain-lain.
Shrub-Stage
(Tahap Semak)
Angin
bertiup dan kelembaban mulain meningkat pada tahap ini. Tanaman yang ada pada
tahap ini seperti Symphoricarpos, Rhus, Physocarpus, dan lain-lain.
Climax
forest
Pada
awalnya, spesies pertamanya adalah pohon yangbersifat xeric, tetapi
lama-kelaman akan berubah seiring dengan semakin bagusnya lingkungan.
Suksesi dapat terjadi di daerah berbatu contohnya
seperti di Rocky Mountains dengan tanaman dominannya seperti parsley Pseudocymopterus dan Krynitzkia. Suksesi juga dapat terjadi
di daerah berpasir contohnya di Dune Park, suksesi di pinggir sungai, bahkan
suksesi dapat terjadi di daerah rawa.
Perubahan dalam
suksesi bersifat kontinu, dimana rente-tan suatu
perkembangan dan pergantian komunitas
merupakan suatu seri komunitas yang terbentuk pada
keadaan tertentu disebut SERE, dan komunitas yang sudah mencapai kemantapan dan
permanen disebut KLIMAKS. Menurut Weaver dan Clements (1938), ada beberapa
klasifikasi sere yaitu:
A.
Prisere
1.
Hydrosere
Ø
Halosere ( di air asin)
2.
Xerosere
Ø
Lithosere (di batu)
Ø
Psammosere (di pasir)
B.
Subsere
1)
Hydrosere
2)
Xerosere
BEBERAPA
CONTOH SUKSESI
Beberapa contoh dibawah ini akan
memberikan gambaran dari proses suksesi, baik hidrosere maupun xerosere, dan memperlihatkan
bagaimana terjadinya perubahan struktur dan komposisi komunitas dari yang
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
Danau
Gatun di terusan Panama, Amerika Tengah (hidrosere).
a. Komunitas
tumbuhan air terapung, terdiri dari Salvia auriculate, Pistiastratiotes,
Eichorniazurea, Utricularia mixta, Jussieua natans.
b. Komunitas
teratai, Nymphaeaampla bercampur dengan jenis-jenis di atas.
c. Komunitas
tumbuhan air menjulang, yang terbanyak adalah Typna angsutifolia,
Acrostychum danaeifolium, Crinum erubescens, Hibiscus sororius dan lancifolia.
d. Komunitas
rawa buluh, terdiri dari Cyperus giganteus, Scirpus cubensis dan
jenis-jenis Cyperaceae lainnya, bersama-sama dengan rumput-rumput besar seperti
Phragmites communis dan Gynerium sagittatum, yang juga terdapat Jussieuasuffruticosa
(herba dikotil) dan paku-pakuan.
e. Komunitas
rawa belukar, terdiri dari Delbergia ecastophylla dan keladi tinggi Montrichardia
arborescens.
Danau
Victoria di Afrika Timur (hidrosere)
1) Vegetasi
tumbuhan terapung dan terendam, Nymphaea, Ceratophylium, Trapa, dan
lain-lain.
2) Komunitas
paku-pakuan dan Cyperaceae, merupakan campuran antara paku-pakuan, Cyperaceae,
Poaceae dan herba.
3) Rawa
Lymnophyton, dikuasai oleh Cyperus papyrus dan rumput Mischanyhidioum
violaceum dengan Lymnophyton obtusifolium sebagai subdominant.
4) Rawa
Papyrus, yang dominant hanya Cyperus papyrus disertai oleh jenis lainnya
sebagai tambahan.
5) Rawa
Palm Phoenix, banyak pohon-pohon yang tingginya 6 - 9 m, diantaranya Phoenix
reclinata dan Mitragyna stipulosa.
POLA
ALIRAN ENERGI
Selama suksesi mencapai klimaks pola
aliran energi dalam ekosistem berubah secara mendasar. Perubahan ini direfleksikan
dalam besaran standing crop dalam sistem.
a. Selama
fasa seral awal masukan energi ke ekosistem lebih besar dari yang hilang.
Tumbuhan dan hewan komunitasnya berkembang, mengakumulasi energi sebagai
biomasa. Beberapa standing crop atau tegakan yang ada meningkat selama suksesi.
b. Ketika
komunitas klimaks dikembangkan maka steady state tercapai. Dalam keadaan ini
masukan energi ke ekosistem sama dengan energi yang hilang. Hasilnya perubahan
tegakan adalah kecil. Aliran energi melalui system pada fasa klimaks adalah
maksimum.
c. Bila
ekosistem terganggu oleh faktor luar, misalnya kebakaran, energi yang hilang
mungkin lebih besar dari masukan energi. Dalam hal ini besaran tegakan dalam
system menurun.
d. Akumulasi
energi sebagai biomasa selama suksesi paling besar dalam ekosistem daratan,
tumbuhan terbesar membentuk komunitas klimaks. Tegakan berada dalam maksimumnya
ada sedikit fluktuasi.
e. Di
ekosistem perairan, terutama laut, komunitas klimaks mungkin dinyatakan oleh
fitoplankton. Ukurannya yang kecil berarti standing cropnya relatif
rendah/kecil, mungkin akumulasi dalam ekosistem rendah, tetapi laju metabolisma
tinggi sehingga memungkinkan untuk mempunyai produktivitas kotor yang tinggi.
PRODUKTIVITAS
Produktivitas kotor dari ekosistem
meningkat selama suksesi sampai klimaksnya. Peningkatan ini sebanding dengan keadaan
standing cropnya. Prosentase dari produktivitas kotor yang terfiksasi sebagai
produktivitas bersih tidak terus meningkat sampai klimaksnya, hal ini akibat
dari beberapa keadaan.
a. Dalam
fasa seral awal tumbuhan dominan berkecendrungan untuk menjadi kecil dan
berumur pendek. Bentuk tumbuhan ini, meliputi tumbuhan setahun, produktivitas
bersihnya tinggi. Tumbuhnya yang kecil memerlukan energi yang relatif sedikit
untuk pengelolaannya.
b. Dalam
fasa seral akhir tumbuhan dominant berkecendrungan besar dan berumur panjang,
seperti pohon. Ketika tumbuh sempurna memerlukan bagian yang besar dari produktivitas
kotornya untuk respirasi dalam pengelolaan tumbuhnya/ Organisma muda berada
dalam laju pertumbuhan yang maksimum dan dikarakterisasi oleh penurunan
produktivitas bersih ketika dewasa. Akibatnya tumbuhan besar dan berumur
panjang mempunyai periode kehidupan dalam keadaan relative tidak produktif. Hal
ini terrefleksikan dalam pola produktivitas dari ekosistem secara keseluruhan.
EFISIENSI
EKOLOGI
Teori suksesi lama menyatakan bahwa
proses suksesi membawa suatu komunitas untuk mencapai efisiensi konservasi energi
yang maksimum. Energi merupakan sumber pembatas yang ekstrim bagi ekosistem,
sehingga sangat logis apabila orang menduga bahwa kematangan akan tercapai pada
saat ketersediaan energi berada dalam keadaan terbaik untuk bisa dimanfaatkan.
Padahal pemikiran ini bertentangan dengan apa yang diketahui tentang pola
aliran energy dan produktivitas.
Telah dinyatakan bahwa dalam suatu
suksesi primer, produktivitas kotor dimulai dengan nol dan kemudian meningkat.
Tetapi peningkatannya tidak dapat tanpa batasnya apabila produktivitas bersih
menurun sampai mencapai klimaks. Efisiensi konservasi energi menurun dalam fasa
seral akhir.
Penurunan efisiensi ekologi dari suatu
ekosistem yang matang adalah fungsi dari pola produktivitas dari tumbuhan
besar, yang hidup dalam komunitas klimaks. Tumbuhan mempunyai adaptasi yang
tinggi untuk dapat tumbuh dengan cepat ketika muda dan peka, apabila telah
besar dan mandiri maka rendahnya produktivitas bersih tidak menjadi masalah
lagi.
STRUKTUR
TROFIK
Fasa seral awal mempunyai rantai makanan
yang pendek, dan linier. Kerusakan dapat terjadi dengan mudah, apabila salah
satu mata rantai hilang maka tidak ada alternatif pengaliran lain bagi energi.
Begitu pelapisan dari ekosistem terbetuk dan diversitas jenis meningkat maka
struktur trofik menjadi lebih kompleks, dan terbentuk jaring makanan.
Struktur trofik yang lebih kompleks
menghasilkan ekosistem yang stabil. Berbagai kemungkinan aliran energi tidak lagi
menjadi masalah apabila salah satu dari mata rantai rusak atau terganggu.
Rantai makanan detritus memegang peranan penting pada ekosistem matang ini.
STRATIFIKASI
Sere awal biasanya terdiri dari
kelompok-kelompok tumbuhan pendek yang tidak merata penyebarannya dan dengan pelapisan
yang sederhana. Suksesi berjalan terus, tumbuhan yang lebih tinggi membentuk
lapisan tambahan dan terjadi peneduhan. Koloni tumbuhan pertama menyingkir dari
keteduhan dan diganti dengan jenis tumbuhan bawah lainnya yang biasa hidup
dibawah naungan perdu dan pohon, suatu formasi hutan klimaks akhirnya terbentuk
dengan stratifikasinya yang kompleks. Untuk hutan tropika misalnya akan dikenal
pelapisan dari kanopi pohon, lapisan perdu, lapisan herba dan lapisan dasar
yang terdiri dari lumut.
Pengecualian-pengecualian untuk
terbentuknya stratifikasi yang kompleks ini memang bisa juga terjadi, misalnya pada
hutan dengan lapisan kanopi pohon yang kerap dan mengakibatkan energi cahaya
tidak memungkinkan untuk menunjang vegetasi dasar. Fenomena ini dapat
diketemukan di hutan alami yang padat atau rapat kanopinya, baik di tropika
maupun di temperata.
Meningkatnya kekomplekan struktur
vertikal dari ekosistem diikuti oleh agregasi spasial dari fungsi diantara
lapisan. Contoh yang baik adalah di hutan, fotosintesis terjadi di lapisan
kanopi pohon, penguraian berada di lapisan dasar atau permukaan tanah, dan
batang-batang pohon mengangkut kembali nutrisi ke kanopi. Pelapisan yang sama
dari struktur dan fungsi terjadi selama suksesi di lautan dan danau. Produksi
terjadi di lapisan permukaan sedangkan penguraian lebih banyak terjadi pada
dasar perairan. Nutrisi dikembalikan ke permukaan akibat pengadukan oleh arus
atau angin.
Dengan demikian, meskipun ada perbedaan
dalam pengembalian nutrisi, rupanya untuk semua ekosistem berkembang pelapisan
dari struktur dan fungsi selama suksesi.
KEANEKARAGAMAN
JENIS
Peningkatan yang cepat dari jumlah jenis
merupakan gambaran pada fasa awal suksesi, banyak tumbuhan berkoloni. Gambaran
pertama dari suksesi, peningkatan diversitas jenis cepat, dan fasa berikutnya
laju peningkatan berjalan lambat. Jumlah jenis yang berbeda dalam ekosistem
mungkin meningkat terus sampai terbentuknya komunitas klimaks, tetapi banyak
pula terjadi penurunan keanekaragaman sampai akhir dari suksesi.
Penurunan keanekaragaman ini terjadi
akibat kompetisi. Tumbuhan yang dominan pada seral akhir besar-besar dan lebih
kompleks sejarah pertumbuhannya tumbuhan pada seral awal. Dengan demikian hasil
dari kompetisi tidak banyak terbentuk ragam dari jenis. Pada suksesi dengan
hasil akhir hanya terdiri dari beberapa jenis dominan, seral intermedier
mengandung jumlah yang maksimum.
Keanekaragaman jenis dapat meningkat
terus sampai komunitas klimaks, apabila struktur dan energi yang tersedia
mendukungnya. Contoh yang baik di tropika, hutan penghujan tropika mempunyai
struktur yang kompleks dan didominasi berbagai jenis tumbuhan serta disuplai
oleh sejumlah energi yang melimpah, berbagai habitat tercipta dan terpakai
sampai terbentuk klimaks.
Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses
akan berkembang sesuai dengan perubahan waktu, dan akan menciptakan komunitas
tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah pada pematangan
bentuk komunitas tumbuhannya. Seluruh proses pematangan bentuk komunitas atau
ekosistem ini disebut : S u k s e s i. Dalam setiap tahapan atau
tingkatannya menuju Klimaks ada bermacam-macam jenis tanaman yang dominan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2007. Ekologi Tumbuhan. EKOLOGI%20%20TUMBUHAN/Textbook
/BAHAN%20AJAR.htm. USU. Medan.
Weaver,
J.E. dan Frederic E. Clements. 1938. Plant
Ecology. Second Edition.
McGraw-Hill Book Company, Inc. New York dan London.
kurang sumbernya
BalasHapusReferensi utamanya Weaver & Clement, pnjelasaannya ckup lngkap mnurut sy. Cuma sy tdk mentranslate smua. Silahkan baca referensinya saja. Trims.
Hapusmantap kak artikelnya.
BalasHapusizin copy.
terimakasih.