Hubungan
Panjang Berat
Panjang tubuh sangat berhubungan dengan
berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti hukum kubik yaitu bahwa
berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada
ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan bebeda-beda.
Panjang dan berat ikan bila diplotkan dalam suatu gambar maka akan kita
dapatkan seperti bentuk Gambar 1, maka hubungan tadi tidak selamanya mengikuti
hukum kubik tetapi dalam suatu bentuk rumus yang umum yaitu:
W = cLn
Dimana W =
berat
L = panjang,
c
& n = konstanta
Rumus umum tersebut bila
ditranformasikan ke dalam logaritma, maka kita akan mendapatkan persamaan : log W = log c + n log L, yaitu
persamaan linier atau persamaan garis lurus. Harga n ialah harga pangkat yang
harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Menurut Carlander (1969)
dalam Effendie (1997) harga eksponen ini telah diketahui dari 398
populasi ikan berkisar 1,2 – 4,0, namun kebanyakan dari harga n tadi berkisar
dari 2,4 – 3,5. Bilamana harga n sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan
ikan tidak berubah bentuknya yaitu pertambahan panjang ikan seimbang dengan
pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian seperti telah dikemukakan ialah pertumbuhan
isometrik. Apabila n lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan
pertumbuhan allometrik.
Harga n yang kurang dari 3 menunjukkan
keadaan ikan yang kurus yaitu pertambahan panjangnya lebih cepat dari
pertambahan beratnya, sedangkan harga n lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu
montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.
Gambar. Hubungan dan berat pada ikan
Cara yang dapat digunakan untuk
menghitung panjang berat ikan ialah dengan menggunakan regresi, yaitu dengan
menghitung dahulu logaritma dari tiap-tiap panjang dan berat ikan atau dengan
mengikuti jalan pendek seperti dikemukakan oleh Carlander (1968) yaitu dengan
mengadakan pengkelasan berdasarkan logaritma. Dasar perhitungan dari cara
tersebut adalah sama namun metoda yang dikemukakan oleh Carlender lebih pendek
dan dapat dipakai tanpa menggunakan mesin hitung. Nilai praktis yang didapat dari
perhitungan panjang berat ini ialah kita dapat menduga berat dari panjang ikan
atau sebaliknya, keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan kemontokan, dan
perubahan dari lingkungan serta baik digunakan terutama untuk ikan-ikan yang
besar. Namun, kelemahan dari perhitungan ini yaitu hanya berlaku untuk
sementara waktu saja (Renthal, P & J. Stegen, 2005).
Perhitungan
pertumbuhan ikan
Pertumbuhan dapat dinyatakan dengan
suatu ekspresi matematika. Pengukuran waktu yang baik sehubungan dengan
pertumbuhan pada ikan ialah umur dari ikan tersebut. Bila umur diketahui dengan
tepat maka analisa pertumbuhan dapat dilakukan dengan baik. Namun penentuan umur
ikan tropik masih belum dapat dilakukan seperti ikan di daerah bermusim empat,
maka analisa pertumbuhan ikan tropic dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
pemberian tanda atau pemberian benda lain (”marking dan tagging“). Beberapa
ekspresi pertumbuhan antara lain kecepatan pertumbuhan mutlak, kecepatan pertumbuhan
nisbi dan lecepatan pertumbuhan eksponensial (“instantaneous growth rate“).
Kecepatan pertumbuhan
mutlak/absolut ialah perubahan ukuran baik berat
atau panjang yang sebenarnya diantara dua umur atau dalam waktu satu tahun.
Umumnya kecepatan pertumbuhan mutlak menurun apabila ikan makin bertambah.
Kecepatan mutlak/absolute ini dapat dibuat persamaan dengan melihat panjang
atau berat (Y) dengan waktu (T) :
(Y2 – Y1) / (T2 – T1)
Kecepatan pertumbuhan nisbi/relatif
dirumuskan sebagai persentase
pertumbuhan pada tiap interval waktu, atau dengan kata lain ialah perbedaan
ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal interval dibagi
dengan ukuran pada waktu akhir interval. Umumnya pertambahan dalam berat jauh lebih
banyak digunakan karena mempunyai nilai praktis dari pada panjang. Perumusan
kecepatan pertumbuhan nisbi tadi adalah sebagai berikut :
h = (Wt-Wo) / Wo
dimana;
h = kecepatan pertumbuhan nisbi
Wt = berat akhir interval
Wo = berat awal interval
Sebagai
contoh misalnya:
Spesies
|
Wo
|
Wt
|
Kecepatan Pertumbuhan Mutlak
|
h
|
A
|
58
|
120
|
160
|
1,068966
|
B
|
60
|
123
|
160
|
1,05
|
C
|
59
|
119
|
160
|
1,016949
|
D
|
63
|
127
|
160
|
1,015873
|
Apabila dibandingkan antara penghitungan
pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi pada contoh di atas, maka terlihat
perbedaan rata-rata pertumbuhan dari kedua spesies tersebut terlihat jelas pada
pertumbuhan berat nisbi. Dari contoh di atas ini kita dapat juga menentukan
“instantaneous growth rate” yaitu :
G = (log e Y2 – log eY1) / (T2 – T1) (e = dasar log
natural, T = 1)
Apabila data panjang pada ikan pada umur
t diplotkan dengan panjang pada umur t + 1, biasanya titik-titik di atas
infleksi kurva sigmoid, pada kebanyakan ikan akan didapatkan hampir mendekati
garis lurus. Oleh karena itu kurva ini dinamakan pula kurva pertumbuhan
transformasi dari walford. Garis yang terbentuk apabila diperpanjang akan
memotong garis lurus diagonal yang bersudut 45°. Sudut yang dibentuk oleh garis
Walford adalah b atau k menunjukkan kecepatan pertumbuhan dan dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
k = It+2 – It+1 / It+1 - It
Titik perpotongan garis Walford dengan
garis bersudut 45° merupakan titik perkiraan panjang maksimum yang akan dicapai
oleh ikan dimana pada waktu itu panjang ikan pada lt sama dengan pada lt + 1
yang menunjukkan tidak ada penambahan panjang dalam satu tahun.
Persamaan garis Walford dapat dicari
dengan membuat regresi dari panjang n + 1, sehingga akn didapatkan persamaan :
Ln+1 = a + b Ln
Garis potong (intersep) garis Walford
pada sumbu Y ditunjukkan dengan nilai a sedangkan sudut ditunjukkan dengan
nilai b. Setelah diketahui nilai intersep dan sudutnya, maka panjang maksimum
(L∞) ikan dapat dicari dengan menggunakan rumus :
L∞ = intersep / (1-sudut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar