PEMIJAHAN
Pemijahan
merupakan bagian dari reproduksi ikan yang menjadi mata rantai daur hidup kelangsungan
hidup spesies. Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan
ini dan juga bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan diletakkan
untuk tumbuh. Oleh karena itu sesungguhnya pemijahan menuntut suatu kepastian
untuk keamanan kelangsungan hidup keturunannya dengan memilih tempat, waktu dan
kondisi yang menguntungkan. Berdasarkan hal ini pemijahan tiap spesies ikan
mempunyai kebiasaan yang berbeda tergantung kepada habitat pemijahan itu untuk melangsungkan
prosesnya. Dalam keadaan normal ikan melangsungkan pemijahan minimum satu kali dalam
satu daur hidupnya seperti yang terdapat pada ikan salmon dan sidat. Sesudah
melakukan pemijahan, induk ikan tersebut mati karena kehabisan tenaga (Anonim,
2008).
Sehubungan dengan pemijahan, dikenal ada
tiga macam ikan yaitu vivipar, ovovivipar dan ovipar. Tiap-tiap macam ikan tersebut
mempunyai perbedaan dan kelebihan masing-masing, yaitu (Moyle dan Cech, 1988):
1)
Ikan vivipar.
Ø Ikan
ini melahirkan anak-anaknya, umumnya mempunyai fekunditas kecil, tetapi anaknya
mendapat jaminan keamanan dari induk untuk melangsungkan awal kehidupannya.
Ø Telur
ikan vivipar mempunyai kuning telur yang sudah sangat tereduksi dan pada
perkembangan awal hidup anaknya di dalam tubuh induk mendapat makanan dari
induk.
Ø Hasil
fertilisasi internal ikan vivipar ketika anaknya dilahirkan ialah individu
ikan-ikan yang telah hampir sempurna seperti ikan induk dan untuk mengawali
hidup di dalam perairan tidak lagi bergantung kepada induk melainkan kepada
usaha sendiri.
Ø Mempunyai
alat bantu untuk keberhasilan pembuahan yaitu bagian sirip dubur yang telah berubah
bentuknya atau genital pabilla yang membesar yang dinamakan “pseudopenis”. Pada
ikan Apogon imberis urogenital papillanya pada ikan dapat ditonjolkan
dan disentuhkan untuk menerima sperma dari ikan jantan. Pada ikan Orthonopias
tiacis oviductnya dapat ditonjolkan untuk menerima sperma pada waktu
berlangsungnya kopulasi.
Ø Anak
ikan vivipar pada waktu di dalam kandungan induk mendapat makanan dan
mengeluarkan kotorannya melalui semacam plasenta yang banyak mempunyai vili
atau trophonemata dan dilengkapi oleh pembuluh darah kapiler.
Ø Lain
halnya dengan golongan mammalia, ikan vivipar masa mengandungnya dapat berubah-ubah.
Oleh karena ikan itu poikilothermal, maka apabila suhu perairan semakin
bertambah dari biasanya, masa kandungan ikan itu dapat menjadi semakin pendek,
atau sebaliknya. Sedangkan anak ikan yang dapat dikandung oleh induknya
bergantung kepada besar induknya. Semakin besar induk semakin banyak anak ikan
yang dapat dikandungnya. Akan tetapi pada ikan vivipar yang dapat mengandung
akan banyak sekali, biasanya anak-anak yang dilahirkannya tidak sepenuhnya
seperti induk melainkan dalam bentuk larva.
2)
Ikan ovovivipar
Ø Seperti
halnya ikan vivipar, ikan ini juga melahirkan anak-anaknya dan mempunyai
fekunditas kecil namun keturunannya mendapat semacam jaminan atau keyakinan
dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman.
Ø mempunyai
kuning telur lebih banyak dari pada ikan vivipar, yang berguna untuk makanan anaknya
ketika berada dalam tubuh induknya, dimana dalam hal ini ada sebagian dari
induk tadi hanya sebagai pelindung saja.
Ø mempunyai
alat bantu untuk keberhasilan pembuahan yaitu bagian sirip dubur yang telah berubah
bentuknya atau genital pabilla yang membesar yang dinamakan “pseudopenis”. Pada
ikan dari Famili Scorpaenidae yang ovovivipar telah ditemukan banyak sperma
yang menempel pada lapisan epitel folikel yang masak, tetapi sperma itu tidak
pernah didapatkan di dalam folikel. Pembuahan pada golongan ikan ini terjadi
setelah kopulasi yaitu oleh sperma yang telah ada di dalam tubuh ikan betina.
Pada beberapa ikan Famili Embiotocidae setelah terjadi kopulasi sperma yang
masuk ke dalam tubuh ikan betina apabila tidak membuahi telur masih dapat hidup
sampai enam bulan kemudian. Sperma ini akan membuahi telur yang masih berada di
dalam folikel. Telur yang telah dibuahi ketika masuk ke dalam ovarium sudah
mencapai tahap segementasi awal dan berada di situ selama 10 – 12 bulan
sehingga mencapai tahap perkembangan yang lebih lanjut.
Ø Spesies
ikan ovovivipar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada ikan vivipar. Pada ikan ovovivipar,
perkembangan anak di dalam kandungan induk mendapat makanan dari persediaan kuning
telur yang tersedia dan pada golongan ini keadaannya non plasental.
Ø Telur
pada ikan ovovivipar mengandung material organik 20 – 40% lebih banyak dari
pada anak-anak ikan yang dilahirkan. Karena hal ini, induk hanya memberi
perlindungan saja kepada perkembangan telur tadi. Tetapi ada juga ikan
ovovivipar yang mempunyai telur dimana kandungan material organiknya sedikit.
Untuk perkembangannya tadi anak ikan mendapat keperluan material untuk
pertumbuhannya dari induk walaupun tanpa melalui organ semacam plasenta tetapi
melalui semacam penyerapan zat-zat yang dikeluarkan oleh uterus. Zat makanan
tadi dinamakan “susu uterin” atau juga embryotrophe. Pada embrio ikan Squalus
acanthias terdapat dua macam kantung kuning telur yaitu kantung yang di luar
tubuh dan kantung di dalam tubuh. Kantung kuning telur di dalam tubuh itu
sebagai hasil perkembangan batang kantung kuning telur bagian luar yang tumbuh
di bagian dalam. Butir-butir kuning telur dari kantung yang luar bergerak ke
bagian kantung yang dalam terus ke usus untuk dicerna. Pada ikan Torpedo,
embrionya selain mengambil material organic dari kantung telur yang kemudian
terus dicerna oleh usus, juga embrio ini mendapat susu uterin melalui mulut dan
spiracle-nya dimana zat-zat tadi akan dicerna di dalam lambung.
3)
Ikan ovipar
Ø ikan
yang mengeluarkan telur pada waktu terjadi pemijahan, biasanya berfekunditas
besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya besar disebabkan untuk mengimbangi
tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim terutama dari serangan
predator.
Ø telurnya
banyak mengandung kuning telur yang berguna untuk anak ikan mengawali daur hidupnya
di luar tubuh ikan.
Ø ikan
ovipar membuahi telurnya di luar tubuh. Telur yang dikeluarkan dari tubuh induk
dibuahi oleh ikan jantan dengan berbagai macam cara. Semua tingkah laku yang
dilakukan oleh ikan tersebut pada waktu pemijahan bertujuan agar semua telur
yang dikeluarkan dapat dibuahi dengan baik.
Ø Ikan-ikan
ovipar ada juga yang memperhatikan keturunannya baik dengan membuat sarang untuk
keperluan ini atau dengan cara menyimpan dan melindungi keturunannya pada
tempat-tempat tertentu pada tubuh induk jantan atau betina atau pada tempat
lain. Golongan ikan ovipar yang demikian biasanya berfekunditas kecil.
Sebaliknya ikan yang tidak memperhatikan keturunannya umumnya berfekunditas
besar, namun mortalitasnya juga besar.
Ø Sebagian
besar ikan ovipar mempunyai waktu pemijahan tertentu yang dilakukan tiap tahun secara
teratur. Di daerah bermusim empat, pada tiap-tiap musimnya ada ikan-ikan ovipar
yang memijah, masing-masing melakukannya satu kali satu tahun. Golongan ikan
yang memijah pada musim semi akan memijah lagi pada tahun-tahun berikutnya di
musim yang sama. Demikian pula ikan-ikan yang memijah pada musim lainnya. Bagi
ikan yang hidup di daerah tropik seperti di Indonesia, saat pemijahan ikan
sangat bervariasi. Tetapi banyak pula ikan tropik yang berpijahnya pada musim
tertentu. Umumnya jadwal pemijahan pada ikan berhubungan dengan penyesuaian
terhadap keadaan yang menguntungkan terutama yang berhubungan dengan persediaan
makanan bagi anak-nakanya apabila anak ikan tadi mulai makan makanan yang
diambil dari luar setelah persediaan kuning telur habis.
MACAM-MACAM
KEBIASAAN PEMIJAHAN IKAN
Pola pemijahan pada ikan bermacam-macam.
De Jong (1940) dalam Effendie (1997) melakukan penelitian terhadap
beberapa spesies ikan dan membedakan pola pemijahan berdasarkan frekuensi
poligon garis tengah telur dalam ovari spesies yang berbeda yang menunjukkan
bahwa pemijahan individu betul-betul berkala, namun tidak memberikan interval
waktu diantara dua pemijahan.
1. Macam
pemijahan pertama diwakili oleh jenis ikan bawal, layang, selar como, selar malam
dan selar bentong. Pada kelompok ikan ini hanya didapatkan satu kelompok telur
yang matang, dan bila sudah memijah kelompok ikan ini mempunyai ovari seperti
kantong kosong dengan beberapa butir telur yang sedang dalam keadaan dihisap
kembali.
2. Macam
pemijahan kedua didapatkan pada kelompok ikan tembang, ikan lemah, selar kuning
dan ekor kuning. Pada kelompok ini, sebelum telur kelompok pertama mencapai
kematangan, kelompok telur berikutnya sudah memisahkan diri dari stok telur
yang lain. Sebelum terjadi pemijahan didapatkan dua kelompok telur yang
berpisah. Sesudah berpijah didapatkan selain kelompok stok telur yang umum ada
pula sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan
dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya.
3. Macam
pemijahan ketiga diwakili oleh ikan tenggiri. Dalam ovari yang sedang matang
ditemukan tiga kelompok telur yang sedang berkembang dekat dengan kelompok
telur yang matang.
Prabhu (1956) juga mempelajari
periodisitas pemijahan ikan-ikan tropik di perairan India dan menbedakan pola
pemijahan berdasarkan tahap-tahap kematangan telur intra ovarian dan juga menunjukkan
bahwa pemijahan pada spesies yang berbeda betul-betul terjadi secara periodic.
Ø Tipe
A. Pemijahan hanya berlangsung satu kali
dalam satu tahun dalam waktu yang pendek. Kelompok telur yang matang dalam
ovari dapat dibedakan dengan kelompok telur stok. Pemijahan macam ini ditemukan
pada ikan-ikan Therapon jarbua, Macrones
vittatus dan Chirocentrus dorab.
Ø Tipe B.
Pemijahan berlangsung satu kali satu tahun tetapi dalam waktu yang lama, lebih
lama dari tipe pemijahan A. Pemijahan tipe ini ditemukan pada ikan Pelates qudrilineatus, Cypsilurus oligolepis.
Kadang-kadang ada dua kelompok telur yang sama tahap kematangannya.
Ø Tipe C.
Pemijahan berlangsung dua kali setahun. Pemijahan macam ini ditemukan pada ikan-ikan
Psammoperca waigiensis, Therapon puta dan Caranx leptolepis. Disamping kelompok telur yang sudah matang
didapatkan kelompok kedua dengan pembentukan kuning telurnya telah jelas yang
menunjukkan sedang menjadi matang.
Ø Tipe D.
Pemijahan sepanjang tahun, tetapi terputus-putus, seperti terdapat pada ikan Stelophorus indicus. Telur matang
didapatkan lebih dari satu kelompok yang mungkin berbeda satu dengan kelompok
lainnya tapi memperlihatkan proses berkesinambungan.
Periode
pemijahan ikan-ikan yang diteliti oleh Prabhu (1956) dalam Effendie (1997) adalah
sebagai berikut (Tabel 1) :
Tabel Tipe dan
periodisitas pemijahan beberapa ikan tropik menurut Prabhu (1956) dalam
Effendie (1997)
IKAN DAN HABITAT PEMIJAHAN
Berdasarkan
kepada macam-macam habitat yang digunakan ikan pada waktu pemijahan, kita dapat
menggolongkan ikan tersebut menjadi beberapa golongan seperti berikut (Anonim,
2010).
Ikan Phytophils
Ikan
Phytophils ialah golongan
ikan yang memijahnya pada- perairan yang terdapat vegetasi untuk menempelkan
telur yang dikeluarkan. perairan yang demikian biasanya stagnan atau alirannya
kecil. Sebenarnya kondisi perairan yang demikian kalau dilihat dari segi zat
asam yang terlarut, maka keadaannya bermacam-macam yaitu mulai dari perairan
yang kekurangan akan zat asam tadi sehingga yang kadarnya cukup (Anonim, 2010).
Akan
tetapi tumbuhan yang ada di dalam perairan tersebut kiranya merupakan suatu
syarat yang diperlukan untuk berlangsungnya pemijahan. Ikan yang termasuk ke
dalam golongan ikan phytophils antara lain Esox lucius, Perca sp.,
Notemigonus crysoleucas, beberapa ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae
dan Cyprinidae (Anonim, 2010).
Esox lucius
Notemigonus crysoleucas
Cyprinus caprio
Labridae sp.
Di
Indonesia yang sudah terkenal sebagai ikan budidaya dan termasuk ke dalam ikan
phytophils adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Cara pemijahan ikan mas
yang telah dikerjakan oleh para petani ikan di Indonesia sesuai dengan sifat
alami ikan ini, yaitu menggunakan kakaban atau hamparan ijuk yang dijepit oleh
bambu untuk menempelkan telur sebagai pengganti rumput kalau berpijah di alam
bebas. Ikan mas yang dibudidayakan dapat dipijahkan pada umur yang lebih muda,
kurang dari satu tahun, dari pada. ikan mas yang terdapat di alam bebas. Di
daerah bermusim empat ikan mas mulai berpijah untuk pertama kali pada waktu
berumur dua tahun sebagai pemijah awal musim panas (Anonim, 2010).
Ikan Lithopils
Ikan
Lithopils ialah ikan yang
memijahnya memerlukan dasar perairan yang berbatu-batu. Tempat yang demikian
itu sungai yang dasarnya berbatu-batu, danau oligotropik atau pantai laut, yang
berbatu-batu. Keadaan tempat yang demikian biasanya mempunyai kandungan zat
asam terlarut yang cukup untuk keperluan anak-anaknya kelak (Anonim, 2010).
Ikan
yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain ialah Salmo sp.
(salmon), Salvelinus sp. (trout), Coregonus sp. (cisco), Catostomus
sp. (sucker), Stizostedion (walleyes), dan sebagainya. Telur
golongan ikan ini yang biasanya memijah di sungai mempunyai ukuran relatif
besar daripada telur-telur ikan yang berpijah di perairan bebas. Misalnya telur
ikan salmon dan trout mempunyai banyak persediaan makanan yang berguna untuk
ikan yang baru menetas selama terbawa, arus dimana di daerah itu kekurangan
makanan (Anonim, 2010).
Stizostedion canadense
Salmo letnica
Catostomus catostomus
Ikan
Pelagophils berpijahnya di perairan bebas atau terbuka dimana telur
hasil pemijahannya akan melayang, turun ke bawah atau naik ke atas permukaan.
Hal tersebut bergantung kepada berat jenis telur ikan yang ditentukan oleh
kandungan butir minyak di dalam telur dan kebiasaan tempat memijah. Ikan-ikan laut
banyak yang termasuk ke dalam golongan ikan ini. setelah berpijah ikan-ikan ini
tidak memperhatikan bakal keturunannya dan semua telur ditinggalkan di daerah
pemijahan. Walaupun demikian ikan itu telah melakukan usaha dimana tingkah laku
pada waktu pemijahan bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan itu dapat
dibuahi (Anonim, 2010).
Untuk
ikan-ikan yang berpijah dalam perairan dengan dasarnya berpasir, Lagler et al.
- (1962) dalam Anonim (2010) menggolongkannya bersama-sama dengan ikan litophils. Sedangkan Nikolsky
(1963) dalam Anonim (2010) menggolongkan ke dalam golongan tersendiri yang
dinamakan ikan psamophils. Ikan ini
berpijahnya dalam perairan yang dasarnya berpasir atau kadang-kadang telur yang
dikeluarkannya itu ada yang menempel di akar tumbuh-tumbuhan.Telur golongan
ikan ini yang diletakkan di atas pasir banyak yang terbungkus oleh pasir.
Walaupun demikian telur yang telah dibungkus tadi ada dalam kondisi perairan
yang menguntungkan untuk pernapasan. Contoh golongan ikan ini adalah Pseudogobio
ribularis dan Deuterophysa. Juga ikan grunion (Leuresthes
tenuis) yang terdapat di California berpijahnya di atas pantai berpasir
pada waktu pasang tinggi yang terjadi sebulan dua. kali. Telur hasil pemijahan
tertutup oleh pasir dan tidak berair setelah pasang surut. pada waktu pasang
berikutnya telur tadi akan terairi dan menetas, kemudian anak-anak ikannya akan
terbawa ke tengah bersama air pasang.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN
Berdasarkan
hal ini maka tingkah laku ikan itu dapat Pula dibagi menjadi tiga yaitu tingkah
laku pada fase pra pemijahan, tingkah laku ikan pada fase pemijahan dan tingkah
laku ikan pada fase pasca pemijahan. Tingkah laku reproduksi ini berhubungan
erat dengan sifat ikan itu sendiri. Apakah ikan itu melakukan perlindungan
terhadap keturunannya atau tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya
dapat dikatakan relatif lebih banyak variasinya dari pada ikan ovipar, terutama
tingkah laku pasca pemijahan (Mandala, 2010):
1.
Fase
Pra-Pemijahan
Macam-macam tingkah laku ikan pada fase
pra pemijahan diantaranya ialah: aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan
sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan),
gerakan-gerakan rayuan dan lain-lain.
2.
Fase
Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pemijahan
diantaranya ialah: Bersamaan dengan pengeluaran produk seksual ada ikan yang
melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan
seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina
oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina ke dalam
sarang, gua, bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
3.
Fase
Pasca Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pasca
pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan sarang, penjagaan sarang
yang berisi telur yang telah dibuahi atau telur yang sedang berkembang,
menjauhi daerah pemijahan dan lain-lain.
Semua tingkah laku ikan itu merupakan
resultante sejumlah rangsangan motoris yaitu rangsangan eksternal dan rangsangan
internal berasal dari sekresi hormon, sedangkan rangsangan luar berasal dari
berbagai macam sumber seperti faktor lingkungan, zat kimia dan lain-lain yang
dimediasikan melalui organ-organ sensori dari visual. Begitu ikan
memperlihatkan suatu tindakan sebenarnya merupakan suatu fenomena yang dinamik,
termasuk tingkah laku "hibernasi" dan "aestivasi" musim
panas (Mandala, 2010).
Sebagai tambahan terhadap fungsi dalam
pengaturan tingkah laku, sistem hormon juga mengatur perkembangan sifat seksual
sekunder yang berhubungan erat dengan interaksi tingkah laku. Yang memegang
peranan penting dalam sifat seksual sekunder ini adalah steroid_yang dihasilkan
gonad. Hal ini meliputi pewarnaan tubuh dalam pemijahan sebagai daya tarik
pasangannya, persaingan antara ikan-ikan jantan, mempertahankan isolasi
reproduksi dan bentuk-bentuk structural pada tubuh yang mrliputi timbulnya
semacam jerawat di atas kepala pada masa pemijahan , modifikasi sirip seperti
gonopodium ikan famili poeciliidae temasuk sifat seksual pada ikan yang
dipengaruhi steroid (Mandala, 2010).
Setiap
mahluk hidup pasti melakukan perkawinan untuk menjaga kelestarian spesiesnya.
Pada organisme akuatik proses perkawinan ini sering disebut memijah. Proses
pemijahan dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu proses matting, spawning, dan
proses pasca spawning (Mandala, 2010).
Dalam
melakukan pemijahan selain lingkungan yang mendukung salah satu syarat utama
adalah induk harus matang gonad. Tingkat kematangan gonad setiap individu
berbeda – beda. Tingkat kematangan gonad setiap individu bisa dilihat dari alat
kelaminnya atau morfologi dari tubuh spesies tersebut. Sebagai contoh ikan
Nila:
Nila Oreochromis
niloticus
Suryanto
(1994) dalam Rahayu (2000) bahwa ciri Kelamin Nila yang matang gonad adalah
berumur lebih dari satu tahun dan kelamin memerah pada kedua induk. Pada jantan
kelaminnya tidak lancip dan pada betina kelaminnya lancip dengan perut
membuncit dan jika ditekan akan keluar sel telur berwarna kuning. Sedangkan
pada jantan jika perutnya ditekan akan mengeluarkan cairan putih sperma. Hal
ini diikuti dengan tingkah laku jantan yang aktif dan betina yang pasif.
Nila
Oreochromis niloticus
Kuncoro
(2003) dalam Rahayu (2000) bahwa proses perkawinan diawali dengan jantan yang
membuat cekungan di dasar wadah sebagai tempat permbuahan. Setelah itu, jantan
mencari betina yang sudah siap memijah. Ketika telah menemukan betina yang
cocok maka jantan akan berenang beriringan dengan betina dan jika ada nila
jantan lain disekitarnya maka jantan tersebut akan menyerang untuk
mempertahankan betinanya. Setelah itu akan terjadi proses matting (bercumbu)
yang ditandai dengan ikan jantan mengejar ikan betina. Setelah betina luluh
proses spowning dimulai dengan betina akan meletakan telur-telurnya pada
cekungan yang telah dibuat tadi kemudian jantan melepaskan sperma pada sel-sel
telur tadi. Setelah terjadi pembuahan maka jantan pergi dan betina memelihara
telurnya dengan cara mememasukan kedalam mulutnya sampai telur itu menetas
menjadi larva. pada betina yagn sudah berpengalaman biasanya akan tetap
memelihara larvanya sampai benar – benar bisa mandiri. Selama pemeliharaan
dalam mulut ikan betina akan memuntahkan telur dalam mulutnya jika dirasakan ada
ancaman, kemudian jika ancaman itu telah hilang maka betina akan memunguti
telurnya kemudian memasukan dalam mulutnya lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Jenis Ikan dan Habitat Pemijahan. http://www.caraternakikan.
com/. Diakses pada Hari Senin tanggal 10 April 2011.
Anonim. 2008. Tingkah Laku Pemijahan Ikan. http://hobiikan.blogspot.com/.
Diakses pada Hari Senin tanggal 10 April 2011.
Effendie,
M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Mandala.
2010. Tingkah Laku Pemijahan Biota
Akuatik. http://mandala-manik.blogspot.com/2010/07/tingkah-laku-pemijahan-biota-akuatik.html.
Diakses pada Hari Senin tanggal 10 April 2011.
Moyle,
P.B. & J.J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second Edition. Prentice Hall, New Jersey.
Rahayu,
S.E. 2000. Pengaruh Stimuli Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Jantan
Terhadap perkembangan Ovarium Melalui Indera Sensori (Mata, Hidung dan Kulit). Disertasi.
Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
keren abis materinya,,,,
BalasHapussiip
BalasHapusApa saja bahan3 untuk membuat tempar pemijahan baronang. Trims.
BalasHapusjadi ikan jenis apa yang pemijahannya cepat dan lama ?
BalasHapusmakasih banyak kak:) sangat mmbantu skli,sukses selalu blognya hehehe
BalasHapus