Latar Belakang
Adaptasi merupakan
proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Masing-masing
individu mempunyai cara yang berbeda dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, ada yang mengalami
perubahan bentuk tubuh (adapatasi Morfologi), ada yang mengalami perubahan
proses metabolisme tubuh (adaptasi Fisiologi) dan ada juga yang mengalami
perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku).
Adaptasi akan
dilakukan oleh makhluk hidup bila keadaan lingkungan sekitarnya membahayakan
atau tidak menguntungkan bagi dirinya, sehingga perlu untuk menyelamatkan atau
mempertahankan kehidupannya.
Oleh karena itu, makalah ini disusun
agar dapat mengetahui adaptasi hewan dari kelas Aves ini. Makalah ini berisi
penjelasan mengenai adaptasi, macam-macam adaptasi, bentuk-bentuk adaptasi, dan
beberapa contoh hewannya.
Adaptasi Aves
Adaptasi merupakan
proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Masing-masing
individu mempunyai cara yang berbeda dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, ada yang mengalami
perubahan bentuk tubuh (adapatasi Morfologi), ada yang mengalami perubahan
proses metabolisme tubuh (adaptasi Fisiologi) dan ada juga yang mengalami
perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku).
Adaptasi akan
dilakukan oleh makhluk hidup bila keadaan lingkungan sekitarnya membahayakan
atau tidak menguntungkan bagi dirinya, sehingga perlu untuk menyelamatkan atau
mempertahankan kehidupannya.
Macam adaptasi :
A. Adaptasi
morfologi
Merupakan
penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing
dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau,
biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya
lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
Contoh macam-macam bentuk adaptasi
morfologi Aves:
Bentuk
Paruh
Paruh adalah struktur anatomi luar burung, yang di samping untuk makan, juga
untuk dandan, memanipulasi obyek, membunuh burung pemakan
bangkai,
mencari makan, berpacaran, dan memberi makan anak-anaknya.
Paruh Ganet Utara
Paruh
burung bangau
Burung elang memiliki paruh yang besar dan runcing untuk
merobek mangsanya. Ujung paruhnya berbentuk seperti kait yang tajam. Bentuk paruh
tersebut sesuai untuk burung pemakan daging. Burung pipit memiliki paruh yang
pendek dan kuat. Bentuk paruh tersebut sesuai untuk memecah biji-bijian. Burung
bangau memiliki paruh panjang dan besar. Bentuk tersebut memudahkannya untuk
mencari ikan di rawa-rawa atau daerah lumpur. Bebek memiliki paruh berbentuk
pipih dan lebar. Bentuk ini sesuai untuk mencari makanan di dalam lumpur. Bebek
biasanya mencari makanan berupa cacing di dalam lumpur.
Bentuk Kaki
Bentuk
kaki burung sesuai dengan lingkungan tempat hidupnya (habitat) dan makanannya.
Kaki elang memiliki empat jari. Setiap jari memiliki kuku
yang sangat kuat. Bentuk kaki seperti ini sesuai untuk mencengkeram mangsanya.
Selain itu, bentuk tersebut sesuai untuk bertengger di pohon. Burung elang
digolongkan ke dalam burung pencengkeram. Kaki burung gelatik memiliki empat
jari dan ukurannya kecil. Bentuk kaki seperti itu memudahkan gelatik untuk
bertengger pada batang padi. Burung gelatik digolongkan ke dalam burung
petengger. Kaki bangau memiliki kaki yang panjang. Jarijarinya memiliki sedikit
selaput. Bentuk seperti ini memudahkan bangau untuk berjalan di atas lumpur
ketika mencari makan.
Bebek memiliki kaki yang berselaput. Bentuk kaki seperti ini
memudahkannya untuk berjalan di atas tanah berlumpur. Selain itu, kaki
berselaput berfungsi untuk berenang. Bebek termasuk ke dalam burung perenang.
Bulu Aves
Bulu merupakan rahasia keberhasilan burung,
tidak hanya memberikan daya terbang, melainkan juga memberikankehangatan dalam
memelihara suhu badan. Modifikasi bulu burung masa kini ada yang berubah fungsi
menjadi lapisan yang kedap air, sebagai alat perasa, berwarna cerah atau
berburik – burik untuk memikat atau menyamar. Karena sayap dipakai untuk
terbang burung kehilangan fungsi tangan dan menjadi makhluk berkaki dua. Selain
itu tulang burung berevolusi menjadi berongga berisi udara dan lebih ringan;
tulang punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu; paruhnya terbentuk dari
zat tanduk yang ringan dan tidak bergigi; dibandingkan dengan rahang bergigi
dari tulang yang berat pada reptil nenek moyang mereka.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
- Tectrices, bulu yang menutupi
badan.
- Rectrices, bulu yang berada
pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
- Remiges, bulu pada sayap yang
dibagi lagi menjadi:
- remiges primarie yang
melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada
metacarpalia.
- Remiges secundarien yang
melekatnya secara cubital pada radial ulna.
- Remiges tertier yang terletak
paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
- Parapterum, bulu yang menutupi
daerah bahu.
- Ala
spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari.
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang
disebut sebagai bulu powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada
umumnya tetapi barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi
bulu ini belum jelas, tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya,
bulu bubuk membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur
saat pengeraman.
Semi plumae
adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah bulu-bulu luar.
Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu luar,
ditemukan pada kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap
serangga flycatchers (Sukiya, 2003). Bristle yang menutupi lubang hidung
terdapat pada burung pelatuk. Hal ini merupakan bentuk adaptasi burung pelatuk
agar partikel-partikel kayu tidak masuk saluran pernafasan. Bristle pada burung
hantu dan caprimulgids membantu mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan
benda yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh adanya getaran dan tekanan
reseptor didekat folikel bulu.
Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada,
yaitu:
-
capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang
kepala dan terus ke pterilae berikutnya.
-
Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke
dasar ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
- Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun
ke sisi ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati
sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dadabawah
dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan
daerah mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood
patch akan rontok dan kulitnya tipis.
- Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang
sejajar seperti pita sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak.
-
Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan
kuat.
- Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan
sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap
disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
-
Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat
sendi lutut ke tubuh.
-
Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki
Telur
Aves
Semua burung berkembang biak dengan
bertelur. Apabila burung mengandung bayi-bayinya yang sedang berkembang di
dalam tubuhnya, tentunya akan terlalu berat bagi burung untuk terbang. Telur
burung menyerupai telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena kandungan
kapurnya.
Telur burung melindungi anak burung yang
sedang berkembang didalamnya. Cangkangnya yang keras karena berkapur ini
menjadi pelindung luarnya. Cangkang memiliki pori-pori sebagai jalan keluar
masuknya udara sehingga anak burung dapat bernafas.
Albumen atau lapisan putih telur dapat
dijadikan bantalan dan menjaga anak burung agar tetap hangat. Sedangkan kuning
telur dijadikan persediaan makanan untuk bayi burung yang sedang berkembang.
Ukuran telur tiap-tiap jenis burung
berbeda-beda. Biasanya semakin besar ukuran burung akan semakin besar pula
telurnya.
Burung unta sebagai burung terbesar didunia
memiliki ukuran telur terbesar pula didunia. Burung yang tingginya mencapai
2,75 meter dengan berat mencapai 115 kg, menghasilkan telur yang beratnya
mencapai sekitar 1,5 kilogram. Bandingkan dengan telur ayam biasa yang beratnya
hanya sekitar 50 gram.
Bagaimana dengan burung kolibri yang
merupakan burung terkecil dengan berat badannya hanya 2 gram dan dengan panjang
tubuh termasuk ekor hanya 5 cm? Sesuai dengan bentuk tubuhnya yang kecil,
burung kolibri menghasilkan telur dengan berat sekitar 0,3 gram saja.
Jumlah telur dalam sekali waktu masa
bertelur tiap jenis burung berbeda-beda pula. Kisaran mulai dari 1 sampai lebih
dari 20 butir telur. Sebagai contoh, burung penguin kaisar bertelur hanya satu
butir telur setiap tahunnya.
Struktur Telur Burung
Gambar. Struktur telur burung
Struktur telur burung berpori-pori memberikan kelenturan dan
tahan terhadap benturan. Telur merupakan pembungkus gizi dan air yang
dibutuhkan oleh embrio yang tumbuh di dalamnya. Kuning telur mengandung
protein, lemak, mineral dan vitamin. Putih telur berfungsi untuk menyimpan
cairan.
Anak burung yang tumbuh di dalam telur ini menghirup oksigen
dan melepaskan carbon dioxide, anak burung di dalam telur ini juga membutuhkan
panas, calcium, perlindungan terhadap guncangan dan perlindungan dari serangan
kuman dan bakteri. Untuk itu, cangkang telur dibutuhkan untuk melindunginya dan
anak burung dapat bernapas melalui kantung selaput telur. Pembuluh darah di
kantung telur ini akan membawa oksigen untuk embrio burung dan mengeluarkan
carbon dioxide. Cangkang telur ini tipis namun kuat dan berfungsi untuk
menghantarkan panas dari induk yang mengeraminya.
Anak burung memiliki paruh yang mana paruh atas diujungnya
ada lapisan keras berwarna kuning. Paruh ini berfungsi untuk memecahkan telur
pada saat anak burung sudah waktunya menetas. Paruh ini terbentuk segera
sebelum anak burung menetas dan setelah menetas lapisan kuning yang ada di
paruh bagian atas ini hilang dengan sendirinya. Pengeraman telur burung walet
sekitar 18 -20 hari dan cangkang telur akan melindungi anak burung di dalamnya
selama pengeraman.
Selama pengeraman, telur akan kehilangan air kurang lebih
18%. Penguapan cairan ini terjadi karena pengeraman yang menghasilkan panas.
Penguapan ini akan menghasilkan ruangan yang cukup sesuai dengan pertumbuhan
anak burung yang ada di dalam cangkang telur. Penguapan ini juga akan
menghasilkan oksigen yang diperlukan untuk kehidupan anak burung tersebut.
Namun, jika telur kehilangan air lebih dari 18%, maka anak burung di dalam
telur tersebut tidak berkembang sebagaimana mestinya dan bahkan akan mati.
B. Adaptasi
fisiologi
Merupakan penyesuaian
yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada
alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi
fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di
punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam
jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang
tebal untuk bertahan di daerah dingin.
Burung masa kini
telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh,
dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama
di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat.
Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan
memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya
menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun
tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai
tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang,
digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Sistem
Pernafasan (Respirasi) Pada Aves
Paru-paru burung
diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda. Pada hewan menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan
saluran-saluran, dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran
oksigen-karbon dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir
dalam arah berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui
tenggorokan.
Sebaliknya, pada
burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu,
dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini
memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi
kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli
biokimia Australia serta kritikus Darwinisme yang terkenal menjelaskan
paru-paru unggas sebagai berikut:
Dalam hal
burung, bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama
terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan
paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali,
membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam
satu arah melalui paru-paru. Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada
kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem
pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru pada jenis hewan bertulang
belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem pada unggas dalam hal apa
pun. Bahkan, sistem ini mirip hingga seluk-beluk khususnya pada semua burung.
Aves bernafas
dengan paru-paru yang berhubungan dengan kantong udara (sakus pneumatikus) yang
menyebar sampai ke leher, perut dan sayap.
Fungsi kantong udara :
ü Membantu
pernafasan terutama saat terbang
ü Menyimpan
cadangan udara (oksigen)
ü Memperbesar
atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang
ü Mencegah
hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak
PARU-PARU KHUSUS PADA BURUNG
Inspirasi : udara kaya oksigen
masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga
tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya teklanan
udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk.
Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju
ke kantong udara sebagai cadangan udara.
Ekspirasi : otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar.
Ekspirasi : otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar.
Aliran udara
searah dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara.
Kantung-kantung ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam
paru-paru. Dengan cara ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem
pernafasan yang rumit seperti ini telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
burung akan jumlah oksigen yang tinggi.
Pernafasan burung saat terbang :
Saat terbang pergerakan aktif dari
rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan
pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap
(sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit
sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru.
Sistem
Pencernaan Pada Aves
Organ pencernaan
pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan
burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran
pencernaan pada burung terdiri atas:
1. Paruh:
merupakan modifikasi dari gigi,
2. Rongga
mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut
dan tanduk,
3. Faring:
berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi
dengan cepat,
4. Lambung
terdiri atas: Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim
pencernaan, dinding ototnya tipis.
Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai " hen’s teeth”,
Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai " hen’s teeth”,
5. Intestinum:
terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka. Usus halus
pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
Terbang
merupakan memerlukan sejumlah besar kekuatan. Karena itulah burung memiliki
perbandingan jaringan otot terhadap massa tubuh yang terbesar daripada semua makhluk.
Metabolisme tubuhnya juga sesuai dengan kekuatan otot yang tinggi. Rata-rata,
metabolisme tubuh suatu makhluk berlipat dua kali sewaktu suhu tubuh meningkat
sebesar 50°F (10°C). Suhu tubuh burung gereja yang sebesar 108°F (42°C) serta
suhu tubuh burung murai (Turdus pilaris) setinggi 109,4°F (43,5°C) menunjukkan
betapa cepat kerja metabolisme tubuh mereka. Suhu tubuh yang tinggi seperti
itu, yang dapat membunuh makhluk darat, justru sangat penting bagi burung untuk
bertahan hidup dengan meningkatkan penggunaan energi, dan, karena itu pula,
kekuatannya. Karena kebutuhan mereka akan banyak energi, burung juga mempunyai
tubuh yang mencerna makanan yang mereka makan dalam cara yang optimal. Sistem
pencernaan burung memungkinkan mereka memanfaatkan dengan cara terbaik makanan
yang mereka makan. Misalnya, seekor bayi bangau menggunakan 2,2 lbs (1 kg) dari
massa tubuhnya untuk setiap 6,6 lbs (3 kg) makanan. Pada hewan menyusui dengan
pilihan makanan yang serupa, perbandingan ini adalah sekitar 2,2 lbs (1 kg)
hingga 22 lbs (10 kg). Sistem peredaran burung juga telah diciptakan selaras
dengan kebutuhan energi tinggi mereka. Jika jantung manusia berdetak 78 kali
per menit, jumlah detakan adalah 460 untuk burung gereja dan 615 untuk burung
murai. Begitu pula, peredaran darah pada burung pun sangat cepat. Oksigen yang
memasok seluruh sistem yang bekerja cepat ini disediakan oleh paru-paru unggas
khusus.
Burung juga
menggunakan energinya dengan sangat efisien. Mereka memperlihatkan efisiensi
yang tinggi secara meyakinkan dalam pemanfaatan energi dibandingkan hewan
menyusui. Contohnya, burung layang-layang yang berpindah tempat membakar 4
kilokalori per mil (2,5 kilokalori per kilometer), sedangkan hewan menyusui
kecil akan membakar 41 kilokalori.
Burung lebih senang bepergian dalam kelompok untuk perjalanan jauh. Bentuk barisan "V" dari kelompok ini memungkinkan setiap burung menghemat tenaga sekitar 23%.
Burung lebih senang bepergian dalam kelompok untuk perjalanan jauh. Bentuk barisan "V" dari kelompok ini memungkinkan setiap burung menghemat tenaga sekitar 23%.
Sistem
Reproduksi Pada Aves
Kelompok burung
merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin
luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara
saling menempelkan kloaka.
1. Sistem Genitalia Jantan.
a. Testis berjumlah sepasang,
berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah
ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar.
Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
2. Sistem Genitalia Betina.
a. Ovarium. Selain pada burung
elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian
dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang
berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan
pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian
anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga
selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya
adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang
mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk
menghasilkan cangkang kapur.
3. Proses Festilisasi
Pada burung
betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh
sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong
penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi
uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis
yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Jantung burung
gereja berdetak 460 kali dalam semenit. Suhu tubuhnya adalah 108°F (42°C). Suhu
tubuh setinggi ini, yang bisa berakibat kematian pada binatang darat, sangat
penting bagi kelangsungan hidup sang burung. Tingkat energi yang tinggi yang
diperlukan oleh burung untuk terbang dihasilkan oleh metabolisme tubuh yang
cepat ini.
Sistem
Peredaran Darah Pada Aves
Alat-alat
transportasi pada burung merpati terdiri atas jantung dan pembuluh darah.
Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri
dan bilik kanan. Darah yang banyak mengandung oksigen yang berasal dari
paru-paru tidak bercampur dengan darah yang banyak mengandung karbondioksida
yang berasal dari seluruh tubuh. Peredaran darah burung merupakan peredaran
darah ganda yang terdiri atas peredaran darah kecil dan peredaran darah besar.
Pengaturan
Suhu Tubuh Pada Aves
Pengaturan suhu
tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan
berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood
animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan
endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm
adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas
lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada
suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,
amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya
berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm
umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan
suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke
lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4
proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah
perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah
transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.
Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas
antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan
dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai
kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada
suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan
produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu
dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara
kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
C. Adaptasi
tingkah laku
Merupakan penyesuaian
mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada
binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di
lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
Tingkah laku khusus merupakan bawaan
sejak lahir atau sebagai refleksi karakteristik spesies tersebut, yang tidak
berubah dalam proses belajar. Tingkah laku ini tidak akan pernah banyak berubah
oleh domestikasi, sedangkan tingkah laku lainnya dapat berubah oleh proses
belajar.
Gambar. Belibis Kembang Dendrocygna arcuata
Belibis Kembang
yang dalam bahasa latin disebut Dendrocygna arcuata adalah sejenis
burung yang hidup di air. Warna bulu-bulu kecoklat-coklatan, lehernya agak
panjang dan kecil, sedangkan paruh dan kakinya berwarna hitam. Kakinya
berselaput renang seperti kaki bebek atau itik. Burung ini tidak saja pandai
berenang dengan kaki renangnya, tetapi juga pandai dan kuat terbang jauh.
Biasanya burung ini terbang dengan kelompok dengan susunan khusus, sambil
mengeluarkan suara seperti siulan. Karena belibis ini pandai bersiul, orang
Inggris menyebutnya ”Itik Bersiul”. Belibis jenis ini dikenal sebagai burung
pengembara yang suka berpindah-pindah tempat. Kalau sedang berpindah tempat,
tak jarang mereka terbang pada malam hari, tinggi di angkasa gelap.
Belibis kembang biasa dijumpai mencari
mangsa di daerah-daerah tambak dekat pantai, di rawa-rawa dan juga di
danau-danau yang terdekat di pegunungan. Pada waktu sepasang Belibis Kembang
hendak bertelur, burung ini membuat sarangnya dipermukaan tanah, biasanya di
rumputan. Sebuah sarang Belibis Kembang dapat berisi telur sampai sebanyak 9
butir. Anaknya seperti anak-anak itik peliharaan, sehari setelah ditetaskan
sudah pandai berenang, beriringan meninggalkan sarang bersama induknya mencari
makan.
Migrasi
Kata migrasi diturunkan dari kata migrat
(Latin) yang berarti pergi dari satu
tempat ke tempat lain atau juga bermakna bepergian ke berbagai tempat (Peterson,
1986). Migrasi dalam kehidupan hewan dapat didefinisikan sebagai pergerakan
musiman yang dilakukan secara terus menerus dari satu tempat ke tempat
lain dan kembali ke tempat semula, biasanya dilakukan dalam dua musim yang
meliputi datang dan kembali ke daerah perkembangbiakan.
Di antara penanggalan biologis tersebut
terdapat kelenjar endokrin, alat yang
dapat merangsang burung jantan untuk bernyanyi dan burung betina untuk bertelur.
Burung mengalami perubahan biologis berhubungan dengan reproduksi di
saat sebelum dan sesudah musim bersarang, sehingga kelenjar endokrin menjadi
sangat aktif. Dalam periode inilah kebanyakan burung bermigrasi.
Dengan demikian kegiatan periodik
kelenjar endokrin tampaknya merupakan salah satu penyebab burung memulai
perjalanan panjangnya. Penyebab migrasi yang lain erat kaitannya dengan
penambahan populasi baru. Ledakan populasi akibat menetasnya anak burung
menyebabkan tuntutan makanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba, tetapi hal
ini bersifat sementara. Keadaan ini menyebabkan burung terbang ke daerah musim
semi untuk memenuhi kebutuhan makanan berlimpah yang juga bersifat sementara.
Penanggalan biologis yang diatur oleh
rangsangan dari luar dapat menyiapkan burung untuk bermigrasi, tetapi saat yang
paling tepat untuk memulai migrasi ditentukan oleh cuaca. Semua faktor lain
dapat memungkinkan keberangkatan, tetapi migrasi jarak jauh biasanya menunggu
kondisi terbang yang
baik.
Burung memerlukan angin yang sesuai agar dapat membantu pergerakan
selama
perjalanan. Banyak burung-burung migran berjuang dalam keadaan yang
paling
tidak aman untuk mencapai tujuannya.
Selama penerbangan jauh yang berbahaya
dari tempat asal ke tempat tujuan,
burung menggunakan berbagai macam kemampuan untuk menentukan arahnya.
Burung dapat menentukan arah terbangnya dengan tepat dalam berbagai keadaan,
seperti siang hari, malam hari, cuaca mendung, maupun cuaca berkabut. Pedoman
utama yang dijadikan patokan arah oleh burung selama terbang bermigrasi adalah
kompas matahari pada siang hari dan pola bintang pada malam hari.
Selain itu pedoman lain yang dipakai adalah penglihatan visual, tanda magnet
bumi, indera penciuman dan rasa, kemampuan untuk mendeteksi variasi gravitasi,
dan gaya Coriolis.
Migrasi merupakan pola adaptasi perilaku
yang dilakukan oleh beberapa jenis
satwa liar. Migrasi dilakukan jika memang diperlukan. Pola migrasi yang dilakukannyapun
berbeda setiap jenis satwa, tergantung pada keadaan, waktu dan berbagai
penyebab keadaan yaitu alimental, gametik dan klimatik.
Alimental merupakan kegiatan makhluk
hidup untuk mendapatkan makanan atau bahan –bahan untuk pertumbuhan, sedangkan
gametik merupakan pola
migrasi yang dilakukan satwa kembali ke daerah perkembangbiakannya dan setelah
selesai berreproduksi maka akan bermigrasi secara alimental. Migrasi karena
klimatik berhubungan dengan perubahan musim pada bumi belahan utara maupun
selatan sehingga menuntut satwa berpindah untuk mempertahankan hidupnya,
baik dari dingin maupun panas.
Migrasi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu migrasi musiman dan migrasi harian. Migrasi musiman biasanya berhubungan
dengan perubahan iklim. Migrasi ini dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian
tempat maupun secara local, sedangkan migrasi harian disebut juga pergerakan
harian karena beberapa satwa liar melakukan pergerakan harian selama 24 jam
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Faktor yang menentukan
adaptasi:
a. Persediaan
air tanah
b. Kisaran
suhu
c. Keadaan
tanah
Kesimpulan
Dengan
demikian dapat disimpulkan sebagai berikut:
ü Adaptasi
merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup dengan keadaan lingkungan
sekitarnya. Adaptasi meliputi adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi
tingkah laku.
ü Adaptasi
morfologi aves ditinjau dari bentuk paruhnya, bentuk kakinya, bulunya, dan
telurnya.
ü Adaptasi
fisiologi aves ditinjau dari sistem pernapasan, pencernaan, reproduksi,
peredaran darah, dan pengaturan suhu.
ü Adaptasi
tingkah laku aves ditinjau dari perilaku migrasi aves.
Daftar Pustaka
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan. Jogyakarta : Kanisius.
Kimball, John W.1983. Biologi Jilid
2.Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen. Diktat Kuliah. Fisiologi
Hewan. Jakarta : Unindra.
Wilson, J.A.1979. Principles of Animalia
Physiology. Second Edition. New York:
MacMillan
Publishing Co. Inc.
Kimball, J. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga:
Jakarta.
Mahardjo M, dkk.
1976. Burung-burung yang Hidup di Air.
PT. Karya Nusantara: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar