Rabu, 31 Juli 2013

HUTAN TROPIKA BASAH


Latar Belakang
           Hutan merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup kita. Tidak dapat dipungkiri kalau sekarang keberadaannya sangat terancam dari tangan-tangan manusia yang nakal dan serakah. Tipe-tipe hutan ada bermacam-macam di dunia. Ada hutan yang berdasarkan letaknya, ada yang berdasarkan ketinggian, dan ada pula yang dikatakan hutan buatan dan hutan alami.
            Jadi, berbicara tentang hutan tidak aka nada habisnya. Ada banyak jenis atau tipe-tipe hutan. Dalam hutan ada beraneka ragam jenis tumbuhan bahkan jenis hewan yang menghuni hutan. Hutan meerupakan habitat beraneka ragam makhluk hidup.
Dalam hutan ada beraneka ragam jenis tumbuhan. Salah satunya adalah jenis tanaman pemanjat. Tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan “liana”. Tanaman yang termasuk liana, salah satunya adalah rotan. Tanaman ini banyak dimanfaat di Indonesia khususnya dalam pembuatan kerajinan tangan. Dari uraian paragraph di atas dijelaskan salah satu jenis tumbuhan penghuni hutan. Dengan demikian dapat tergambarkan bahwa betapa hutan sangat kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk menjelaskan mengenai seperti apakah itu hutan tropika basah, cirri-cirinya, jenis-jenis tumbuhan utama penyusun vegetasi hutan tropika basah, beserta gambarnya.

Tujuan
            Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai hutan tropika basah, cirri-ciri, jenis tumbuhan penyusun vegetasi hutan tropika basah beserta gambarnya.

Hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Tipe-Tipe Vegetasi Daerah Tropika & Daerah yang Berdekatan menurut Nicholas Pollunin adalah sebagai berikut:
  Hutan Tropika Basah
  Hutan Tropika dgn Irama Musiman
  Sabana & lahan rumput lain di daerah tropika & subtropika
  Semak kerdil setengah gurun
  Gurun tropika & Subtropika
  Hutan bakau (Mangrove) vegetasi lain di tepi pantai
  Komunitas edafik & komunitas seral lainnya

Ciri-ciri Hutan Tropika Basah menurut Nicholas Pollunin adalah sebagai berikut:
  Berada di daerah khatulistiwa
  Paling lebat di antara tipe vegetasi lainnya
  Suhu rata-rata tahunannya 25-26o C
  Terdapat 1 atau 2 musim kering yg lamanya tidak melebihi 3 bulan
  Curah hujannya 200-400 cm tiap tahun
  Kelembaban nisbinya >80%
  Dan lain-lain
Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembab, yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa. Hutan-hutan ini didapati di Asia, Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik. Dalam peristilahan bahasa Inggris, formasi hutan ini dikenal sebagai lowland equatorial evergreen rainforest, tropical lowland evergreen rainforest, atau secara ringkas disebut tropical rainforest.
Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di hutan ini:
  • Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
  • Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.
  • Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
Tumbuhan utama penyusun vegetasi menurut Nicholas Pollunin:
1.      Pohon-pohon hutan

Pohon-pohon ini merupakan komponen struktural utama, kadang-kadang untuk mudahnya dinamakan atap atau tajuk (canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga tingkatan, dan masing-masing tingkatan ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter. Pohon-pohonnya dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan jarang merupakan suatu lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini merupakan tajuk-tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuah atap (kanopi). Sedangkan tingkatan C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan ini dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk yang sempit meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya sukar sekali dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon yang tidak seragam seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas. Pengamatan tingkatan kanopi di atas hanyalah bersifat causal saja.
Daun-daun pohon biasanya berukuran sedang, memiliki luas antara 2.000-18.000 mm2. Daun-daun itu biasanya tunggal dan kaku seperti belulang, berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilap. Jadi daun-daun itu tergolong dalam daun Laurus atau tipe sklerofil besar. Kebanyakan daun-daun itu terbentang memanjang, bangun lanset sampai bangun jorong, kadang-kadang dengan ujung memanjang seperti ekor yang disebut ujung penetes. Kebanyakan hutan hujan tropis memiliki perdaunan meluas dan kontinu mulai dari terna di tanah sampai ke puncak pohon-pohon yang paling dominan. Perdaunan ini bahkan dapat menutup batang-batang pohon dominan yang besar, hingga tertutup sama sekali.
Pemandangan lainnya adalah tajuk pohon yang sedemikian rapatnya, menyebabkan sinar matahari sukar tembus hingga ke dasar tanah. Dampaknya adalah hanya sedikit saja perkembangan vegetasi bawah (undergrowth) dan tumbuhan penutup tanah, sehingga batang-batang pokok pohon-pohon tampak menonjol dalam keremangan cahaya sebagai tiang-tiang raksasa.

2.      Terna
Pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat, memungkinkan sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai hutan. Pada bagian ini banyak tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang berwarna hijau yang tidak bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang demikian hidup dalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat terna seperti paku-pakuan dan paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian dindingnya sebagian besar terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri, yaitu lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi. Lapisan kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian 2 meter.
Lapisan semak-semak sering mencakup beberapa terna besar seperti Scitamineae (pisang, jahe, dll.) yang tingginya dapat melebihi 5 meter. Meskipun kondisi iklim mikronya panas dan lembab, namun perkembangan terna dalam wilayah hutan hujan tropis kurang baik. Hal ini disebabkan kurangnya pencahayaan matahari untuk membantu proses fotosintesisnya. Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah terbuka dengan air yang cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar matahari leluasa mencapai lantai hutan.

Coffea canephora -  Rubiaceae
           

                                                                   Pteridophyta
Melastomataceae
                

                                                        Marantaceae
Cyperaceae
3.      Tumbuhan pemanjat atau pembelit yang biasa dikenal dengan nama liana. Liana adalah suatu habitus tumbuhan. Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang merambat, memanjat, atau menggantung. Berbeda dengan epifit yang mampu sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar liana berada di tanah atau paling tidak memerlukan tanah sebagai sumber haranya.
Tumbuhan memanjat ini paling banyak ditemukan di hutan-hutan tropika. Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Liana biasanya bukan parasit namun ia dapat melemahkan tumbuhan lain yang menjadi penyangganya dan berkompetisi terhadap cahaya.
Di hutan-hutan lebat yang dipenuhi liana, hewan-hewan arboreal (hidup di pohon) dapat dengan leluasa berpindah dari satu pohon ke pohon lain melalui liana atau dengan bergelantungan pada batang liana. Berbagai kera, seperti siamang dan owa, dikenal sebagai penjelajah pohon yang ulung melalui liana.

Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama dan memberikan hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan ini dapat berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar paha orang dewasa. Sering pula tumbuhan ini tumbuh di percabangan pohon-pohon besar. Beberapa diantaranya dapat mencapai panjang sampai 200 meter.

4.      Epifita. Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang, dan bahkan pada daun-daun pohon, semak, dan liana. Epifita dalam hutan tropika basah dapat dibedakan dalam tiga tipe yaitu:
a.       Epifita yang bersifat ekstrem xerofil, hidup pada bagian paling ujung cabang-cabang dan ranting-ranting pohon yang lebih besar (inangnya) misalnya pada beberapa anggota dari Bromeliaceae seperti gambar di bawah ini:
Bromeliaceae
b.      Epifita matahari, biasanya bersifat xeromorfik dan terutama terdapat di bagian tengah tajuk inangnya dan sepanjang dahan-dahannya yang lebih besar pada pohon-pohon penyusun tiga tingkat teratas dan biasanya merupakan yang terkaya di antara sinusia (“synusia”) epifitik baik dari segi jenis maupun poppulasinya. Seperti lumut:
Lumut
c.       Epifita naungan, terutama ditemukan pada batang dan dahan-dahan pohon. Misalnya paku-pakuan:

5.      Pencekik pohon, tumbuhan ini memulai kehidupannya sebagai epifita kemudian mengirimkan akar-akar turun ke tanah menjadi tidak atau hamper tidak bergantung lagi pada suatu inang dan sering membunuh pohon yang semula membantunya (menjadi inangnya). Yang paling banyak dikenal dan melimpah jumlahnya, baik dalam jenis maupun populasinya, adalah terutama Ficus spp.
Ficus spp.
Jenis-jenis Clusia yang membentuk tajuk yang besar, tetapi jarang membunuh inangnya, seringnmerupakan tumbuhan pencekik yang paling banyak ditemukan dalam hutan tropika basah di Amerika Selatan. Selain itu contohnya pada pohon Ara sebagai tanaman pencekik.


Ara/ Kiara beringin pencekik (strangling fig) yang mengawali hidup sebagai parasit (hidup menumpang dari) pohon lain, kemudian setelah besar mematikan pohon inangnya dengan cara mencekik.

Kehidupan beringin pencekik ini berawal dari biji yang dibawa oleh monyet atau burung, biji tersebut kemudian terjatuh dan menyangkut di tajuk sebuah pohon. Setelah bersemai, kemudian menjadi parasit yang menempel di cabang pohon. Sebagai parasit, awalnya beringin kecil ini, memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya dari mengisap zat hara dari pohon inangnya. Setelah akarnya tertancap kuat pada inangnya, beringin secara perlahan mulai membangun kekuatan, akar-akar sulurnya tumbuh kebawah dengan merambat dan membelit pohon inangnya, untuk mendapatkan asupan makanan secara langsung dari tanah hutan. Seiring dengan perjalanan waktu, ukuran akar beringinpun semakin besar dan daya cekiknya juga semakin kuat.
Kematian pohon inang biasanya disebabkan oleh:
·         belitan akar-akar beringin;
·         terampasnya aliran sumber makanan oleh akar-akar beringin;
·         ternaunginya tajuk pohon inang oleh kerimbunan tajuk beringin.

6.      Saprofita. Tumbuhan ini mendapatkan zat hara dari bahan organic yang mati bersama dengan parasit-parasit merupakan komponen heterotrof yang tidak berwarna hijau di hutan tropika basah.
Seperti dalam lahan hutan di daerah iklim sedang, mayoritas yang besar terdiri dari cendawan atau jamur (Fungi) dan bakteri (Bacteria) yang membantu terjadinya penguraian organic terutama dekat permukaan tanah. Namun demikian, di samping ada beberapa jenis tumbuhan berbunga yang menyertainya seperti jenis-jenis anggrek tertentu dan warga suku Burmanniaceae, dan Gentianaceae, serta Triuridaceae dan Balanophoraceae yang hanya mengandung sedikit klorofil atau sama sekali tidak dan hidup dengan cara saprofitik.
          



Burmanniaceae
7.      Parasit. Selain Fungi (cendawan) dan Bacteria (bakteri), dari parasit-parasit yang terdapat dalam hutan tropika basah terdapat dua sinusia yang penting yaitu:
a.       Parasit akar, yang tumbuh di atas tanah seperti Rafflesia arnoldi.
Rafflesia arnoldi
b.      Setengah parasit (hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas pohon. Contohnya Viscum cruciatum.
Viscum cruciatum

Kesimpulan
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hutan tropika basah ada beberapa tipe tumbuhan utama penyusun vegetasi hutan tropika basah menurut Nicholas Pollunin yaitu pohon-pohon hutan, terna, tumbuhan pemanjat, epifita, tanaman pencekik pohon, saprofita, dan parasit.

DAFTAR PUSTAKA
Pollunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.
Wikipedia, 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/ Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.
Corida, 2008. Hutan Hujan Tropis. http://geocorida.blogspot.com/2008/01/hutan-hujan-tropis.html. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2010.

Senin, 29 Juli 2013

Jenis, Nilai, dan Manfaat Biodiversity


Latar Belakang
          Bumi ini dan beserta isinya begitu kaya akan keanekaragaman yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai khalifah di bumi ini yang bertugas untuk menjaga, memelihara, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Manusia begitu serakah sehingga menimbulkan banyak masalah di bumi ini yang akhirnya akan berdampak pada keanekaragaman hayati.
         Keanekaragaman hayati itu sendiri adalah dapat berarti keseluruhan spesies, genus, ekosistem di dalam suatu wilayah. Jika berbicara mengenai keanekaragaman hayati di dunia ini, ada begitu banyak dan beberapa akan dibahas dalam makalah ini.
        Keanekaragaman hayati ini juga memiliki nilai, manfaat dan jenisnya dan semuanya itu akan dibahas dalam makalah ini.
     Seiring dengan perkembangan zaman, maka populasi manusia juga semakin meningkat. Dengan menigkatnya populasi manusia, maka pemenuhan kebutuhan manusia juga semakin meningkat dan tentunya alam akan dieksploitasi. Dengan demikian banyak kegiatan manusia yang akan merusak alam, tetapi ada juga kegiatan manusia yang dapat mendukung alam yaitu seperti reboisasi atau dibangunnya cagar alam, taman nasional, dan lain-lain. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk menjelaskan lebih rinci mengenai seperti apa itu biodiversitas, nilai, jenis, dan manfaatnya.

Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis dan keanekaragaman ekosistem. Karena ketiga  keanekaragaman ini saling berkaitan dan tidak terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati menunjukkan adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem.
Keanekaragaman hayati juga dapat berarti keseluruhan spesies, genus, ekosistem di dalam suatu wilayah. Menurut WWF (1989), keanekaragaman hayati merupakan kekayaan hidup di bumi, jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, sifat genetis dan ekosistem yang menjadi lingkungan hidup dan disebut juga biofilia (Wilson, 1984; Kellert dan Wilson, 1993).
Kehadiran makhluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang besarannya dapat diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme. Contoh kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk hidup. Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat di permukaan bumi mendapatkan sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu di berbagai tempat di permukaan bumi berbeda-beda. Berdasarkan letak terhadap garis lintang, maka bumi dibagi dalam beberapa daerah iklim sebagai berikut.
Ø  Daerah tropik berada di antara 23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanyaq memiliki dua musim.
Ø  Daerah iklim sedang (subtropik) berada di antara 23,50 dan 660. Daerah ini memiliki empat musim, yaitu panas, gugur, seni, dan dingin (salju).
Ø  Daerah kutub (artik) berada pada garis lintang lebih dari 660.
Ø  Daerah peralihan antara subtropik dan kutub (subartik).
Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran oraganisme adalah suhu. Variasi suhu lingkungan menentuakn proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu lingkungan alami dapat bersifat siklik (misalnya musiman, harian). Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal), atau ketinggian di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu berdasarkan garis lintang berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi terhadap matahari.
Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan topografi menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.

Tundra

Tundra terdapat di lingkungan kutub utara dan kutub selatan, Green Land, Siberia utara. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu tertutup salju. Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Tumbuhan semusim berumur pendek dan berbunga serempak pada musim panas, serta memiliki biji-biji yang dorman selama musim dingin. Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, serigala kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa). Di bioma tundra juga terdapat burung yang umumnya membuat sarang pada musim panas. Burung ini adalah burung migran (berasal dari daerah lain).

Taiga

Taiga terdapat di antara daerah subtropik dan kutub, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Jadi, taiga terletak di sebelah selatan tundra. Tumbuhan khas yang ada di taiga adalah konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pohon spruce, alder, dan birch), yang hijau sepanjang tahun. Taiga juga sering disebut sebagai hutan boreal. Seperti pada bioma tundra, di taiga juga sangat dingin pada musim salju, tetapi musim panasnya lebih lama. Hewan yang ada adalah beruang hitam dan serigala.

Hutan Gugur

Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun, memiliki empat musim. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah.

Hutan Hujan Tropik

Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa.

Padang Rumput

Padang rumput banyak terdapat di Nusa tenggara, Amerika Serikat bagian Tengah, Afrika Tengah dan Selatan, serta Eropa Timur. Bioma ini curah hujannya rendah yaitu 25 -30 cm per tahun. Tumbuhan utama adalah rumput-rumputan. Hewannya meliputi bison, zebra, kanguru, jerapah, kijang, singa, serigala, jaguar, binatang pengerat, reptilia, dan beberapa burung. Padang rumput di daerah tropik disebut sebagai savana.

Gurun

Bioma gurun terdapat di Asia Kecil, Afrika utara, Chima, Mongolia, dan Amerika Barat. Curah hujan sangat rendah kurang lebih 25 cm per tahun, suhu sangat tinggi di siang hari dan sangat rendah di malam hari, kelembapan udara rendah, tanahnya tandus. Tumbuhannya terutama kaktus, dan tumbuhan efemera (tumbuhan yang pada waktu hujan cepat tumbuh, cepat berbunga dan memiliki biji yang dorman). Hewan yang ada adalah unta, tikus, ular, kadal, dan semut.

 

Bioma Berdasarkan Altitudinal

Telah diuraikan bahwa permukaan bumi berdasarkan latitudinal dapat dibedakan menjadi daerah tropik, subtropik, dan kutub. Masing-masing daerah tersebut memiliki jenis organisme dan keanekaragaman yang berbeda. Di daerah peralihan antara subtropik dan kutub terdapat hutan taiga yang terdiri dari tumbuhan berdaun jarum dan di daerah kutub terdapat tundra.
Gambaran penyebaran bioma secara horizontal (berdasarkan latitudinal atau garis lintang) ternyata mirip dengan gambaran penyebaran secara vertikal (berdasarkan tinggi di atas permukaan laut atau altitudinal).
Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa memiliki penyebaran vertikal yang mirip dengan pola penyebaran horizontal di atas. Pola penyebaran vertikal ini dimulai dari wilayah pantai hingga ke puncak Jayawijaya di Irian Jaya (Papua), yaitu hutan hujan tropik, hutan gugur, taiga, dan di puncak gunung bersalju Jayawijaya terdapat tundra.

Bioma Air Tawar

Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnya sungai.
Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.

 Organisme Air Tawar

Berdasarkan cara hidupnya, organisme yang hidup di air dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
Ø  Plankton, yaitu organisme yang berukuran mikroskopik yang hidup melayang-layang dalam air. Plankton dibedakan atas fitoplankton (plankton tumbuhan), zooplankton (plankton hewan), dan bakterioplankton (bakteri).
Ø  Nekton, yaitu organisme yang hidup berenang di dalam air. Misalnya ikan.
Ø  Neuston, yaitu organisme yang hidupnya berada di atas permukaan air.
Ø  Bentos, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan. Bentos umumnya berfungsi sebagai penghancur (dekomposer), misalnya cacing, moluska, dan beberapa larva serangga.
Ø  Perifiton, yaitu organisme yang melekat pada batang, akar, dan daun tumbuhan air atau pada benda-benda lain di air.

Pembagian Bioma Air Tawar

Secara fisik bioma air tawar dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu litoral, limnetik, dan profundal.
Ø  Litoral merupakan daerah air yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat menembus sampai dasar. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, dan hewan bentos.
Ø  Limnetik merupakan daerah yang tebuka dan dapat ditembus cahaya matahari. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, nekton, dan neuston.
Ø  Profundal merupakan daerah yang tidak dapat ditembus olah cahaya matahari.
Habitat air tawar memiliki kadar garam yang lebih rendah daripada sel-sel organisme yang ada di habitat ini. Dengan demikian, tekanan osmosis air tawar lebih rendah dibandingkan dengan tekanan osmosis sel-sel organisme air tawar. Akibat perbedaan tekanan osmosis tersebut maka hewan air tawar, misalnya ikan, terus-menerus kemasukan air. Untuk mengatasi hal tersebut, ikan beradaptasi dengan mengeluarkan banyak urin dan mengabsorbsi garam-garaman melalui insangnya.


Bioma Air Laut

Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa.
Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar. Ikan laut misalnya, mengatasi kekurangan cairan akibat keluarnya cairan tubuh secara osmosis, dengan cara bayak minum air, sedikit mengeluarkan urin dan mengekskresikan garam-garaman melalui insang.
Suhu air di permukaan lebih tinggi daripada di bagian dalam, karena permukaan menyerap panas dari cahaya matahari. Perbedaan ini menyebabkan air yang ada di permukaan tidak dapat bercampur dengan air yang ada di lapisan bawahnya. Ini disebabkan air yang suhunya lebih dingin memiliki massa jenis yang lebih besar. Di antara kedua lapisan air yang dingin dan lapisan yang hangat itu terdapat lapisan termoklin.

Pembagian Bioma Air Laut

Sampai berapa dalamkah cahaya matahari dapat menembus laut? Hal ini tergantung pada kejernihan air dan letak geografinya. Laipsan air yang dapat ditembus oleh cahaya disebut daerah fotik. Kedalaman daerah fotik kira-kira sampai kedalaman 200 m daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari disebut daerah afotik.
Sebagaimana pada ekosistem air tawar, ekosistem laut pun dibagi menjadi beberapa daerah berdasarkan kedalamannya, yaitu sebagai berikut.
Ø  Daerah litoral, yaitu daerah laut yang berbatasan dengan daratan. Daerah litoral dapat ditembus oleh cahaya matahari sampai ke dasar.
Ø  Daerah neritik, merupakan daerah laut dangkal sampai pada kedalaman 200 m.
Ø  Daerah batial, yaitu daerah dengan kedalaman 200-300 m.
Ø  Daerah abisal, yaitu daerah yang kedalamannya lebih dari 2000 m.
Daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi adalah daerah litoral dan neritik. Karena banyak cahaya matahari, di daerah ini banyak terdapat fitoplankton dan zooplankton yang merupakan sumber makanan bagi organisme laut lainnya. Pada sinag hari plankton bergerak menuju ke laipsan yang lebih dalam, sedangkan pada malam hari bergerak menuju ke permukaan laut. Ikan-ikan mengikuti gerakan plankton tersebut. Itulah sebabnya, para nelayan mencari ikan di malam hari.
Di daerah batial atau dasar laut yang tidak ada cahaya hanya dihuni oleh ikan-ikan khas, misalnya ikan yang dapat mengeluarkan cahaya. Umumnya organisme yang hidup di daerah ini menunggu jatuhan bahan organik dari daerah permukaan

Vegetasi Pantai

Di perbatasan antara laut dan darat terdapat daerah pasang surut. Tumbuhan ynag hidup di daerah pantai harus menyesuaikan diri dengan hempasan gelombang. Biasanya tumbuhan yang ada berupa tumbuhan menjalar dengan geragih yang panjang. Vegetasi pantai membentuk formasi yang diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan.
Pada pantai yang landai biasanya terdapat daerah pasang surut yang berlumpur. Daerah ini membentuk hutan bakau yang disebut dengan mangrove. Tumbuhan yang terdapat di mangrove misalnya Avicennia, Rhizophora, Achantus, Cerbera, Bruguiera, dan Ceriops. Mangrove yang dasarnya koral berpasir umumnya didominasi oleh Sooeratia alba.
Semua pohon di daerah mangrove mempunyai akar yang khas. Ada yang berakar napas seperti Avicennia dan Sonneratia. Ada yang berakar jangkar untuk menahan pengaruh pasang surut.
Di muara sungai dikenal ekosistem pantai lumpur (mangrove) terutama di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Irian.
Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi adalah Avicennia dan Sonneratia. Di pantai selatan Jawa, Bali, dan NTT, pantai barat Sumatera, dan kepulauan Maluku terdapat ekosistem pantai batu. Vegetasi umumnya adalah ganggang laut, di antaranya Euchema, Sargasum, dan Gellidium. Di perairan jernih, terbentuk terumbu karang. Indonesia memiliki terumbu karang dengan kenanekaragaman tinggi yang tergolog kelas dunia misalnya di Bunaken, Teluk Cendrawasih, dan Kepulauan Natuna.

JENIS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman dapat dibagi menjadi 3 kategori hirakis yaitu:
a.       Keanekaragaman jenis/spesies
Manusia mengenal adanya keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dapat diamati dan juga mungkin tingkah laku, penampilannya, makanannya dan cara perkembangbiakannya, habitatnya serta  interaksinya dengan makhluk lain.
Pada tumbuhan yang dapat diamati misalnya tempat tumbuhnya, batangnya, daunnya, bunganya, serangga yang mengunjunginya serta burung yang bersarang di dalamnya. 
      Keanekaragaman spesies menunjukkan pada varietas spesies yang ada di dalam suatu area tertentu dan dapat diukur dengan banyak cara. Ukuran yang umum dipakai adalah jumlah spesies dalam satu area (“kekayaan spesies” atau “ species richness”). “keanekaragaman taksonomi” menujukkan jumlah spesies dan hubungan spesies satu dengan spesies lainnya. Area yang memilki 1 sp burung dan 1 sp kadal memiliki keanekaragaman taksonomi yang lebih besar daripada area yang hanya memilki 3 sp burung.
Konsep variabilitas organism hidup di bumi dan diukur dengan jumlah spesies di bumi atau kawasan tertentu.

KONSEP SPESIES
Ø  Konsep Biologi ; kelompok organism yang secara genetic sama dan mampu berkembangbiak serta menghasilkan keturunan yang fertile.
Ø  Konsep Morfologi; kelompok organism yang memiliki cirri morfologi/bentuk luar/fenotip, fisiologi, atau biokimia sama atau mirip dia antara sesama anggotanya.
Sebagai suatu satuan entitas spesies akan selalu berubah melalui evolusi, mutasi dan rekombinasi, dan terbentuk variasi (keanekaragaman).

TINGKAT KELANGKAAN SPESIES (IUCN, 1994):
1.  Punah (Extinct); spesies yang tidak diragukan lagi bahwa individu terakhir mati.
2. Punah di alam (Extinct in the wild); spesies yang populasinya hanya ditemukan di penangkaran atau terdapat sebagai populasi alami yang hidup di luas sebaran aslinya.
3. Kritis (Critical endangered); spesies yang menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam dalam waktu dekat.
4.  Genting (Endangered); spesies yang tidak tergolong kritis, namun menghadapi resiko kepunahan sanagt tinggi di alam.
5. Rentan (Vulnerable); spesies yang tidak tergolong kritis maupun genting, namun menghadapi resiko kepunahan sanga tinggi di alam.
6.   Relative rentan (Lower risk); spesies yang setelah dievaluasi tidak tergolong kritis, genting maupun rentan.
7.   Kurang data (Data deficient); spesies yang tidak cukup memiliki data untuk dilakukan perkiraan tingkat kelangkaan.
8.   Tidak dievaluasi (Not evaluated); spesies yang tidak atau belum dinilai berdasarkan criteria di atas.

b.      Keanekaragaman genetis/gen/genetika
Setiap populasi mempunyai sifat genetik tertentu. Individu-individu sejenis ini mempunyai kerangka dasar komponen genetis yang sama (kromosomnya sama tetapi memiliki komponen faktor keturunan yang berbeda).
Misal :     rasa manis dan asam pada mangga
                warna kuning, merah dan putih pada biji jagung
Keanekaragaman gen menentukan keanekaragaman jenis individu, meski jenisnya sama tetapi memiliki gen yang tidak sama bila dibandingkan dengan individu lain dalam kelompok tersebut.
Gambar. (Sumber: Terriple, 1991; digambarkan olehh T. Sayre)
Sampai saat ini pengukuran keanekaragaman genetic dipakai terutama hanya untuk spesies yang sudah dibudidayakan.
Merupakan konsep variabilitas di dalam suatu spesies yang diukur oleh variasi genetic di dalam spesies, varietas, subspecies atau keturunan tertentu.
      Plasma Nutfah atau Gen merupakan molekul yang ada di dalam kromosom yang:
1.      Bahan baku sifat keturunan yang memiliki satu atau beberapa pengaruh fenotip dari suatu organism.
2.      Suatu unit bahan baku keturunan yang menempati posisi khusus (lokus) dalam genom atau kromosom.
3.      Suatu uint bahan baku keturunan yang dapat mengalami mutasi ke berbagai bentuk alela.
4.      Suatu unit bahan baku yang dapat mengalami rekombinasi dengan unit bahan baku keturunan lainnya.
Plasma nutfah

Dasar Keanekaragaman Genetik
            Perubahan variasi genetic alami terjadi dari waktu ke waktu dan fenotip dientukan oleh genotip dan lingkungan itu sendiri.
            Selain itu, ada yang dikatakan mikroevolusi, evolusi di bawah kategori spesies. Variasi genetic suatu populasi dapat bertambah karena satu atau kombinasi factor (Avers, 1989):
Ø  Mutasi
Ø  Reproduksi seksual (memnbentuk rekombinasi)
Ø  Polimorfisme atau superioritas heterozigot.
Ø  Aliran gen (imigrasi) dan out breeding.
Ø  Penambahan jumlah populasi.
Ø  Variasi geografi.
Variasi gentik suatu populasi juga dapat berkurang akrena satu atau kombinasi factor (Avers, 1989):
Ø  Seleksi alam.
Ø  Genetic drift
Ø  Emigrasi
Ø  Pengurangan jumlah populasi
Karakter spesies yang rentan punah (Ehrenfeld 1970, Terborgh 1974, Pimm dkk. 1988, Gittleman 1994):
Ø  Sebaran geografi sempit
Ø  Terdiri dari satu atau beberapa populasi.
Ø  Ukuran populasi kecil atau ukuran populasi menurun.
Ø  Densitas rendah.
Ø  Memerlukan wilayah jelajah luas.
Ø  Ukuran tubuh besar.
Ø  Ketidakmampuan menyebar dengan baik
Ø  Bermigrasi musiman
Ø  Keanekaragaman genetic rendah.
Ø  Memiliki relung tertentu.
Ø  Hanya dijumpai pada lingkungan yang stabil.
Ø  Membentuk kelompok secara tetap atau sementara.
Ø  Diburu atau dipanen manusia.
Kategori Keterancaman Populasi Organisme
No.
Kriteria
Krisis
Genting
Rentan
A
Penurunan tajam
>80% selama 10 tahun atau 3 generasi
> 50% selama 50 tahun atau 3 generasi.
> 20% selama 10 tahun atau 3 generasi
B
Daerah sebaran sempit
Luas daerah sebaran < 100km2
Luas daerah ditempati < 10km2
Luas daerah sebaran <5000 km2.
Luas daerah ditempati < 500 km2
Luas daerah sebaran <20000 km2.
Luas daerah ditempati < 2000 km2
C
Populasi kecil
<250 individu dewasa
< 2500 individu dewasa
<10000 individu dewasa
D1
Populasi sangat kecil
<50 individu dewasa
< 250 indiidu dewasa
<1000 individu dewasa
<1000 km2 atau < 5 lokasi
D2
Daerah sebaran
-
-
-
E
Kemungkinan punah
Peluang punah > 50% selama 5 tahun
Peluan punah > 20% selama 20 tahun.
Peluang punah > 10% selama 100 tahun.
Sumber: IUCN/SSC 1994; Shannaz dkk. 1995


c.       Keanekaragaman ekosistem
Ekosistem merupakan satu kesatuan lingkungan yang melibatkan faktor biotik (makhluk hidup) dan faktor abiotik (mineral, udara, air, tanah dll.) yang  berinteraksi satu sama lain. Indonesia memiliki makhluk hidup yang bervariasi, sehingga ekosistem yang terbentuk juga beragam.
Lebih sulit diukur daripada keanekaragaman spesies dan genetika karena batas-batas komunitas dan ekosistem sulit ditentukan. Jumlah dan penyebarannya dapat diukur selama criteria yang dipakai untuk mendefinisikan komunitas dan ekosistem konsisten dipakai.

RAGAM EKOSISTEM
1.      Kelompok Ekosistem Bahari (laut dalam, laut dangkal, terumbu karang, pantai batu, pantai lumpur, dan lain-lain).
2.      Kelompok Ekosistem Darat Alami (vegetasi pamah, vegetasi pegunungan, vegetasi monsoon, dan lain-lain).
3.      Kelompok Ekosistem Suksesi (ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi sekunder).
4.      Kelompok Ekosistem Buatan (dam, sawah, kota, pedesaan, dan lain-lain).


NILAI KEANEKARAGAMAN HAYATI
1.      Langsung; pemanfaatan konsumtif dan produktif.
2.      Tidak langsung; pemanfaatan non konsumtif seperti fungsi ekologis, pemilihan dan keberadaan.

PARAMETER PENILAIAN
1.  Obyektif ; tipe dan luas ekosistem (km2), besar populasi jenis (jumlah individu), produktivitas (kg/ha/tahun).
2.      Subyektif : arti penting perubahan habitat.
Dapat diwujudkan dalam bentuk uang, energy, nilai, fungsional, dan lain-lain.

 PERKIRAAN NILAI EKOSISTEM DUNIA SECARA EKONOMI EKOLOGIS

Manfaat Keanekaragaman hayati
Manfaat Langsung Keanekaragaman Hayati
1.      Bersifat Konsumtif ; nilai yang diberikan pada produk alam yang dikonsumsi, tanpa melewati pasar. Misalnya:
Ø  Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia yang bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung) pada zaman dahulu juga merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian dibudidayakan. Hewan dan tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki sifat-sifat unggul yang diharapkan manusia. Sebagai contoh, ayam dibudidayakan karena menghasilkan telur dan daging. Padi dibudidayakan karena menghasilkan beras. Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan, misalnya:
a). Pangan: berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai umbi-umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan (pisang, nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam, kambing, sapi).
b). Perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer.
c). Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
Ø  Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman. Bayangkan bila halaman rumah kita hanya ditanami satu jenis tanaman saja, apakah indah? Tentu saja akan lebih indah apabila ditanami berbagai tanaman seperti mawar, melati, anggrek, rumput, palem.
2.      Bersifat produktif; nilai yang diberikan pada produk yang dipanen secara komersial. misalnya
Sebagai Sumber Pendapatan
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sumber pendapatan. Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.

Manfaat Tidak Langsung Keanekaragaman Hayati
1.      Bersifat ekologis; keanekaragaman memberikan keuntungan bagi ekosistem tertentu.
Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
2.      Bersifat Pemilihan; memberikan nilai peluang pilihan (nilai kesanggupan) merupakan potensi yang dimiliki setiap spesies terutama yang belum ditemukan atau yang cirri khasnya belum dieksplorasi sepenuhnya untuk memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia.
Ø  Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui tidak perlu dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Sebgai contoh, tanaman mimba (Azadirachta indica),. Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan masa depan, misalnya Chlorella. Buah pace (mengkudu) yagn semula tidak dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.
Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang belum dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul). Siapa tahu kelak sifat-sifat unggul itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
3.      Bersifat Keberadaan; berkaitan erat dengan dimensi etik yang mencerminkan  simpati, rasa tanggung jawab, dan kepedulian terhadap spesies dan ekosistem di suatu wilayah. Disebut juga “Nilai Pusaka” karena terdapat varian, jenis, atau ekosistem yang unik dan penting.
Ø  Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

Aktifitas Manusia Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati

Aktifitas manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini, berbagai jenis tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya telah punah. Sebagai contoh, Australia selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis mamalia, 18 jenis burung, reptilia, ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209 jenis tumbuhan.
Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan kita.
Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

Ø  Perusakan Habitat

Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir.
Perusakan terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta biota laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat lagi hidup dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.

Ø  Penggunaan Pestisida

Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.

Ø  Pencemaran

Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.

Ø  Perubahan Tipe Tumbuhan

Tumbuhan merupakan produser di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.

Ø  Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar

Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan membunuh tumbuhan dan hewan asli.

Ø  Penebangan

Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.

Ø  Seleksi

Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, misalnya mangga golek, nangka celeng.
Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang lahan pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka semakin berkurang.
Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.


Aktifitas Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati

Tidak semua aktifitas manusia berakibat menurunkan keanekaragaman hayati. Ada juga aktivitas yang justru meningkatkan keanekaragaman hayati.

Ø  Penghijauan

Kegiatan penghijauan meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.

Ø  Pembuatan Taman Kota

Pembuatan taman-taman kota selain meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu lingkungan, mamberi keindahan, juga meningkatkan keanekaragaman hayati.

Ø  Pemuliaan

Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat berfungsi meningkatkan keanekaragaman gen.


Aktifitas Manusia untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati

Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan pembiakan secara in situ dan ex situ.
1.      Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo.
2.      Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).

Konservasi (Perlindungan) Keanekaragaman Hayati

Konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur. Perlu diingat bahwa yang termasuk flora tidak hanya tumbuhan yang berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan paku-pakuan. Demikian pula dengan fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia tetapi juga ikan, burung, dan serangga.
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung, dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi.

Kesimpulan
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biodiversitas adalah kumpulan gen, spesies, ekosistem dan lain-lain dalam lingkungan. Biodiversitas (keanekaragaman hayati) memiliki nilai langsung dan tidak langsung. Biodiversitas juga memiliki manfaat diantaranya sebagai  berfungsi ekologis, untuk bahan makanan dan lain-lain. Banyak kegiatan manusia yang dapat merusak biodiversitas seperti pencemaran, penebangan hutan, dan lain-lain, tapi ada juga yang mendukung biodiversitas seperti  budidaya tanaman, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Fauzan. 2009. Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas). http://fauzzzblog.wordpress. com.
McNeely, J.A., K.R. Miller, W.V. Reid., R.A. Mittermeier, dan T.B. Werner. 1990. Conserving The World’s Biological Diversity. IUCN, Gland, Swizerland: WRI, CI, WWF-US, dan The World Bank, Washington DC: 193 hlm.
MenLH dan Konphalimdo. 1995. Atlas Keanekaragaman Hayati di Indonesia. MenLH dan Konphalimdo, Jakarta: x + 106 hlm + 3 lamp.
Primack, R.B. 1998. Essentials of Conservation Biology. 2nd ed. Sinauer Association, Sunderland: xii + 660 hlm.
Republik Indonesia dan Kerajaan Norwegia. 1994. Keanekaragman Hayati di IndonesiaI. Kantor MenLH dan Konphalimdo. Jakarta: xv + 219 hlm.
Sastrapradja, D.S., S. Adisoemarto, K. Kartawinata, S. Sastrapradja, dan M.A. Rivai. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. LIPI, LBN-Bogor: iv + 98 hlm.
Tedi. 2008. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity). http://tedbio.multiply.com/journal/ item/3/Keanekaragaman-Hayati-Biodiversity.
WRI, IUCN, dan UNEP. 1992. Strategi Keanekaragaman Hayati Global. Terj. Dari Global Biodiversity Strategy oleh Perret, S. PT. Gramedia. Jakarta: xiv + 271 hlm.