Latar Belakang
Bumi ini dan beserta isinya begitu kaya
akan keanekaragaman yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Manusia sebagai khalifah di bumi ini yang bertugas untuk menjaga, memelihara,
dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, yang terjadi malah
sebaliknya. Manusia begitu serakah sehingga menimbulkan banyak masalah di bumi
ini yang akhirnya akan berdampak pada keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati itu sendiri
adalah dapat berarti keseluruhan spesies, genus, ekosistem di dalam
suatu wilayah. Jika berbicara mengenai keanekaragaman hayati di dunia ini, ada
begitu banyak dan beberapa akan dibahas dalam makalah ini.
Keanekaragaman
hayati ini juga memiliki nilai, manfaat dan jenisnya dan semuanya itu akan
dibahas dalam makalah ini.
Seiring
dengan perkembangan zaman, maka populasi manusia juga semakin meningkat. Dengan
menigkatnya populasi manusia, maka pemenuhan kebutuhan manusia juga semakin
meningkat dan tentunya alam akan dieksploitasi. Dengan demikian banyak kegiatan
manusia yang akan merusak alam, tetapi ada juga kegiatan manusia yang dapat
mendukung alam yaitu seperti reboisasi atau dibangunnya cagar alam, taman
nasional, dan lain-lain. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk menjelaskan
lebih rinci mengenai seperti apa itu biodiversitas, nilai, jenis, dan
manfaatnya.
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati tumbuh dan
berkembang dari keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis dan keanekaragaman
ekosistem. Karena ketiga keanekaragaman ini saling berkaitan dan tidak
terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu
keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati menunjukkan
adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang
terlihat pada berbagai tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem.
Keanekaragaman hayati juga dapat
berarti keseluruhan spesies, genus, ekosistem di dalam suatu wilayah. Menurut
WWF (1989), keanekaragaman hayati merupakan kekayaan hidup di bumi, jutaan
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, sifat genetis dan ekosistem yang menjadi
lingkungan hidup dan disebut juga biofilia (Wilson, 1984; Kellert dan Wilson,
1993).
Kehadiran makhluk hidup ditentukan oleh
faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber
daya. Kondisi adalah suatu faktor yang besarannya dapat diukur
dan tidak habis jika digunakan oleh organisme. Contoh kondisi adalah suhu,
intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber
daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila sudah
digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
Matahari adalah sumber energi utama untuk
kehidupan di bumi. Jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi
menentukan penyebaran makhluk hidup. Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat
di permukaan bumi mendapatkan sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda.
Akibatnya suhu di berbagai tempat di permukaan bumi berbeda-beda. Berdasarkan
letak terhadap garis lintang, maka bumi dibagi dalam beberapa daerah iklim
sebagai berikut.
Ø
Daerah tropik berada di antara
23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanyaq memiliki dua
musim.
Ø
Daerah iklim sedang (subtropik)
berada di antara 23,50 dan 660. Daerah ini memiliki empat
musim, yaitu panas, gugur, seni, dan dingin (salju).
Ø
Daerah kutub (artik) berada
pada garis lintang lebih dari 660.
Ø
Daerah peralihan antara
subtropik dan kutub (subartik).
Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi
kehadiran dan penyebaran oraganisme adalah suhu. Variasi suhu lingkungan
menentuakn proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu
lingkungan alami dapat bersifat siklik (misalnya musiman, harian). Hal ini
berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal),
atau ketinggian di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu
berdasarkan garis lintang berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh
posisi poros bumi terhadap matahari.
Interaksi antara suhu, kelembapan, angin,
altitudinal, latitudinal, dan topografi menghasilkan daerah iklim yang luas
yang dinamakan bioma. Setiap bioma memiliki hewan dan tumbuhan
tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara lain tundra, taiga, hutan
gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.
Tundra
Tundra terdapat di lingkungan kutub utara
dan kutub selatan, Green Land, Siberia utara. Daerah ini beriklim kutub,
sehingga selalu tertutup salju. Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum
dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Tumbuhan semusim
berumur pendek dan berbunga serempak pada musim panas, serta memiliki biji-biji
yang dorman selama musim dingin. Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub,
serigala kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa). Di
bioma tundra juga terdapat burung yang umumnya membuat sarang pada musim panas.
Burung ini adalah burung migran (berasal dari daerah lain).
Taiga
Taiga terdapat di antara daerah subtropik
dan kutub, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Jadi, taiga
terletak di sebelah selatan tundra. Tumbuhan khas yang ada di taiga adalah
konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pohon spruce, alder, dan birch),
yang hijau sepanjang tahun. Taiga juga sering disebut sebagai hutan boreal.
Seperti pada bioma tundra, di taiga juga sangat dingin pada musim salju, tetapi
musim panasnya lebih lama. Hewan yang ada adalah beruang hitam dan serigala.
Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di
Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah
hujan 75 – 100 cm per tahun, memiliki empat musim. Tumbuhan yang ada terutama
mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur.
Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah.
Hutan Hujan Tropik
Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di
Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah
hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun.
Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh
dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga
membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu
tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang
menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan
hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan,
gajah, dan rusa.
Padang Rumput
Padang rumput banyak terdapat di Nusa
tenggara, Amerika Serikat bagian Tengah, Afrika Tengah dan Selatan, serta Eropa
Timur. Bioma ini curah hujannya rendah yaitu 25 -30 cm per tahun. Tumbuhan
utama adalah rumput-rumputan. Hewannya meliputi bison, zebra, kanguru, jerapah,
kijang, singa, serigala, jaguar, binatang pengerat, reptilia, dan beberapa
burung. Padang rumput di daerah tropik disebut sebagai savana.
Gurun
Bioma gurun terdapat di Asia Kecil, Afrika
utara, Chima, Mongolia, dan Amerika Barat. Curah hujan sangat rendah kurang
lebih 25 cm per tahun, suhu sangat tinggi di siang hari dan sangat rendah di
malam hari, kelembapan udara rendah, tanahnya tandus. Tumbuhannya terutama
kaktus, dan tumbuhan efemera (tumbuhan yang pada waktu hujan cepat tumbuh,
cepat berbunga dan memiliki biji yang dorman). Hewan yang ada adalah unta,
tikus, ular, kadal, dan semut.
Bioma Berdasarkan Altitudinal
Telah diuraikan bahwa permukaan bumi
berdasarkan latitudinal dapat dibedakan menjadi daerah tropik, subtropik, dan
kutub. Masing-masing daerah tersebut memiliki jenis organisme dan
keanekaragaman yang berbeda. Di daerah peralihan antara subtropik dan kutub
terdapat hutan taiga yang terdiri dari tumbuhan berdaun jarum dan di daerah
kutub terdapat tundra.
Gambaran penyebaran bioma secara horizontal
(berdasarkan latitudinal atau garis lintang) ternyata mirip dengan gambaran
penyebaran secara vertikal (berdasarkan tinggi di atas permukaan laut atau
altitudinal).
Indonesia yang terletak di daerah
khatulistiwa memiliki penyebaran vertikal yang mirip dengan pola penyebaran
horizontal di atas. Pola penyebaran vertikal ini dimulai dari wilayah pantai
hingga ke puncak Jayawijaya di Irian Jaya (Papua), yaitu hutan hujan tropik,
hutan gugur, taiga, dan di puncak gunung bersalju Jayawijaya terdapat tundra.
Bioma Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki kadar garam
rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari
sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus,
ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir)
misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnya
sungai.
Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan
tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan
yang berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar
misalnya teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran
mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang
menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.
Organisme Air Tawar
Berdasarkan cara hidupnya, organisme yang
hidup di air dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
Ø
Plankton, yaitu organisme yang
berukuran mikroskopik yang hidup melayang-layang dalam air. Plankton dibedakan
atas fitoplankton (plankton tumbuhan), zooplankton (plankton hewan), dan
bakterioplankton (bakteri).
Ø
Nekton, yaitu organisme yang
hidup berenang di dalam air. Misalnya ikan.
Ø
Neuston, yaitu organisme yang
hidupnya berada di atas permukaan air.
Ø
Bentos, yaitu organisme yang
hidup di dasar perairan. Bentos umumnya berfungsi sebagai penghancur
(dekomposer), misalnya cacing, moluska, dan beberapa larva serangga.
Ø
Perifiton, yaitu organisme yang
melekat pada batang, akar, dan daun tumbuhan air atau pada benda-benda lain di
air.
Pembagian Bioma Air Tawar
Secara fisik bioma air tawar dibagi menjadi
beberapa daerah, yaitu litoral, limnetik, dan profundal.
Ø
Litoral merupakan daerah air
yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat menembus sampai dasar. Organisme yang
hidup adalah zooplankton, fitoplankton, dan hewan bentos.
Ø
Limnetik merupakan daerah yang
tebuka dan dapat ditembus cahaya matahari. Organisme yang hidup adalah
zooplankton, fitoplankton, nekton, dan neuston.
Ø
Profundal merupakan daerah yang
tidak dapat ditembus olah cahaya matahari.
Habitat air tawar memiliki kadar garam yang
lebih rendah daripada sel-sel organisme yang ada di habitat ini. Dengan
demikian, tekanan osmosis air tawar lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
osmosis sel-sel organisme air tawar. Akibat perbedaan tekanan osmosis tersebut
maka hewan air tawar, misalnya ikan, terus-menerus kemasukan air. Untuk
mengatasi hal tersebut, ikan beradaptasi dengan mengeluarkan banyak urin dan
mengabsorbsi garam-garaman melalui insangnya.
Bioma Air Laut
Bioma air laut luasnya lebih dari dua
pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang terpengaruh oleh perubahan iklim
dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar
garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di daerah
khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari
khatulistiwa.
Organisme laut memiliki pola adaptasi
terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan
dengan organisme air tawar. Ikan laut misalnya, mengatasi kekurangan cairan
akibat keluarnya cairan tubuh secara osmosis, dengan cara bayak minum air,
sedikit mengeluarkan urin dan mengekskresikan garam-garaman melalui insang.
Suhu air di permukaan lebih tinggi daripada
di bagian dalam, karena permukaan menyerap panas dari cahaya matahari.
Perbedaan ini menyebabkan air yang ada di permukaan tidak dapat bercampur
dengan air yang ada di lapisan bawahnya. Ini disebabkan air yang suhunya lebih
dingin memiliki massa jenis yang lebih besar. Di antara kedua lapisan air yang
dingin dan lapisan yang hangat itu terdapat lapisan termoklin.
Pembagian Bioma Air Laut
Sampai berapa dalamkah cahaya matahari dapat
menembus laut? Hal ini tergantung pada kejernihan air dan letak geografinya.
Laipsan air yang dapat ditembus oleh cahaya disebut daerah fotik.
Kedalaman daerah fotik kira-kira sampai kedalaman 200 m daerah yang tidak dapat
ditembus cahaya matahari disebut daerah afotik.
Sebagaimana pada ekosistem air tawar,
ekosistem laut pun dibagi menjadi beberapa daerah berdasarkan kedalamannya,
yaitu sebagai berikut.
Ø
Daerah litoral, yaitu daerah
laut yang berbatasan dengan daratan. Daerah litoral dapat ditembus oleh cahaya
matahari sampai ke dasar.
Ø
Daerah neritik, merupakan
daerah laut dangkal sampai pada kedalaman 200 m.
Ø
Daerah batial, yaitu daerah
dengan kedalaman 200-300 m.
Ø
Daerah abisal, yaitu daerah
yang kedalamannya lebih dari 2000 m.
Daerah yang memiliki keanekaragaman hayati
tinggi adalah daerah litoral dan neritik. Karena banyak cahaya matahari, di
daerah ini banyak terdapat fitoplankton dan zooplankton yang merupakan sumber
makanan bagi organisme laut lainnya. Pada sinag hari plankton bergerak menuju
ke laipsan yang lebih dalam, sedangkan pada malam hari bergerak menuju ke
permukaan laut. Ikan-ikan mengikuti gerakan plankton tersebut. Itulah sebabnya,
para nelayan mencari ikan di malam hari.
Di daerah batial atau dasar laut yang tidak
ada cahaya hanya dihuni oleh ikan-ikan khas, misalnya ikan yang dapat
mengeluarkan cahaya. Umumnya organisme yang hidup di daerah ini menunggu
jatuhan bahan organik dari daerah permukaan
Vegetasi Pantai
Di perbatasan antara laut dan darat terdapat
daerah pasang surut. Tumbuhan ynag hidup di daerah pantai harus menyesuaikan
diri dengan hempasan gelombang. Biasanya tumbuhan yang ada berupa tumbuhan
menjalar dengan geragih yang panjang. Vegetasi pantai membentuk formasi yang
diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan.
Pada pantai yang landai biasanya terdapat
daerah pasang surut yang berlumpur. Daerah ini membentuk hutan bakau yang disebut
dengan mangrove. Tumbuhan yang terdapat di mangrove misalnya Avicennia,
Rhizophora, Achantus, Cerbera, Bruguiera, dan Ceriops. Mangrove yang
dasarnya koral berpasir umumnya didominasi oleh Sooeratia alba.
Semua pohon di daerah mangrove mempunyai
akar yang khas. Ada yang berakar napas seperti Avicennia dan Sonneratia.
Ada yang berakar jangkar untuk menahan pengaruh pasang surut.
Di muara sungai dikenal ekosistem pantai
lumpur (mangrove) terutama di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Irian.
Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi adalah
Avicennia dan Sonneratia. Di pantai selatan Jawa, Bali, dan
NTT, pantai barat Sumatera, dan kepulauan Maluku terdapat ekosistem pantai
batu. Vegetasi umumnya adalah ganggang laut, di antaranya Euchema,
Sargasum, dan Gellidium. Di perairan jernih, terbentuk terumbu
karang. Indonesia memiliki terumbu karang dengan kenanekaragaman tinggi yang
tergolog kelas dunia misalnya di Bunaken, Teluk Cendrawasih, dan Kepulauan
Natuna.
JENIS
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman dapat dibagi menjadi
3 kategori hirakis yaitu:
a. Keanekaragaman jenis/spesies
Manusia mengenal adanya
keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dapat diamati dan juga
mungkin tingkah laku, penampilannya, makanannya dan cara perkembangbiakannya,
habitatnya serta interaksinya dengan makhluk lain.
Pada tumbuhan yang dapat diamati misalnya tempat tumbuhnya,
batangnya, daunnya, bunganya, serangga yang mengunjunginya serta burung yang
bersarang di dalamnya.
Keanekaragaman
spesies menunjukkan pada varietas spesies yang ada di dalam suatu area tertentu
dan dapat diukur dengan banyak cara. Ukuran yang umum dipakai adalah jumlah
spesies dalam satu area (“kekayaan spesies” atau “ species richness”). “keanekaragaman
taksonomi” menujukkan jumlah spesies dan hubungan spesies satu dengan spesies
lainnya. Area yang memilki 1 sp burung dan 1 sp kadal memiliki keanekaragaman
taksonomi yang lebih besar daripada area yang hanya memilki 3 sp burung.
Konsep variabilitas organism hidup
di bumi dan diukur dengan jumlah spesies di bumi atau kawasan tertentu.
KONSEP SPESIES
Ø Konsep Biologi ; kelompok organism yang secara genetic sama dan mampu
berkembangbiak serta menghasilkan keturunan yang fertile.
Ø Konsep Morfologi; kelompok organism yang memiliki
cirri morfologi/bentuk luar/fenotip, fisiologi, atau biokimia sama atau mirip
dia antara sesama anggotanya.
Sebagai
suatu satuan entitas spesies akan selalu berubah melalui evolusi, mutasi dan
rekombinasi, dan terbentuk variasi (keanekaragaman).
TINGKAT KELANGKAAN SPESIES (IUCN,
1994):
1. Punah (Extinct); spesies yang tidak diragukan lagi bahwa individu terakhir
mati.
2. Punah di alam (Extinct in the wild); spesies yang populasinya hanya ditemukan di
penangkaran atau terdapat sebagai populasi alami yang hidup di luas sebaran
aslinya.
3. Kritis (Critical endangered); spesies yang menghadapi resiko kepunahan
sangat tinggi di alam dalam waktu dekat.
4. Genting (Endangered); spesies yang tidak tergolong kritis, namun menghadapi
resiko kepunahan sanagt tinggi di alam.
5. Rentan (Vulnerable); spesies yang tidak tergolong kritis maupun genting,
namun menghadapi resiko kepunahan sanga tinggi di alam.
6. Relative rentan (Lower risk); spesies yang setelah
dievaluasi tidak tergolong kritis, genting maupun rentan.
7. Kurang data (Data deficient); spesies yang tidak cukup memiliki data untuk
dilakukan perkiraan tingkat kelangkaan.
8. Tidak dievaluasi (Not evaluated); spesies yang tidak atau
belum dinilai berdasarkan criteria di atas.
b. Keanekaragaman genetis/gen/genetika
Setiap populasi mempunyai sifat
genetik tertentu. Individu-individu sejenis ini mempunyai kerangka dasar
komponen genetis yang sama (kromosomnya sama tetapi memiliki komponen faktor
keturunan yang berbeda).
Misal : rasa manis dan asam pada mangga
warna kuning, merah dan putih pada
biji jagung
Keanekaragaman gen menentukan
keanekaragaman jenis individu, meski jenisnya sama tetapi memiliki gen yang
tidak sama bila dibandingkan dengan individu lain dalam kelompok tersebut.
Gambar.
(Sumber: Terriple, 1991; digambarkan olehh T. Sayre)
Sampai saat ini pengukuran
keanekaragaman genetic dipakai terutama hanya untuk spesies yang sudah
dibudidayakan.
Merupakan konsep variabilitas di
dalam suatu spesies yang diukur oleh variasi genetic di dalam spesies,
varietas, subspecies atau keturunan tertentu.
Plasma Nutfah
atau Gen merupakan molekul yang ada di dalam kromosom yang:
1. Bahan baku sifat keturunan yang
memiliki satu atau beberapa pengaruh fenotip dari suatu organism.
2. Suatu unit bahan baku keturunan yang
menempati posisi khusus (lokus) dalam genom atau kromosom.
3. Suatu uint bahan baku keturunan yang
dapat mengalami mutasi ke berbagai bentuk alela.
4. Suatu unit bahan baku yang dapat
mengalami rekombinasi dengan unit bahan baku keturunan lainnya.
Plasma nutfah
Dasar Keanekaragaman Genetik
Perubahan variasi genetic alami
terjadi dari waktu ke waktu dan fenotip dientukan oleh genotip dan lingkungan
itu sendiri.
Selain itu, ada yang dikatakan
mikroevolusi, evolusi di bawah kategori spesies. Variasi genetic suatu populasi
dapat bertambah karena satu atau kombinasi factor (Avers, 1989):
Ø Mutasi
Ø Reproduksi seksual (memnbentuk
rekombinasi)
Ø Polimorfisme atau superioritas
heterozigot.
Ø Aliran gen (imigrasi) dan out
breeding.
Ø Penambahan jumlah populasi.
Ø Variasi geografi.
Variasi gentik suatu populasi juga dapat berkurang akrena
satu atau kombinasi factor (Avers, 1989):
Ø Seleksi alam.
Ø Genetic drift
Ø Emigrasi
Ø Pengurangan jumlah populasi
Karakter spesies yang rentan punah (Ehrenfeld 1970, Terborgh
1974, Pimm dkk. 1988, Gittleman
1994):
Ø Sebaran geografi sempit
Ø Terdiri dari satu atau beberapa
populasi.
Ø Ukuran populasi kecil atau ukuran
populasi menurun.
Ø Densitas rendah.
Ø Memerlukan wilayah jelajah luas.
Ø Ukuran tubuh besar.
Ø Ketidakmampuan menyebar dengan baik
Ø Bermigrasi musiman
Ø Keanekaragaman genetic rendah.
Ø Memiliki relung tertentu.
Ø Hanya dijumpai pada lingkungan yang
stabil.
Ø Membentuk kelompok secara tetap atau
sementara.
Ø Diburu atau dipanen manusia.
Kategori Keterancaman Populasi
Organisme
No.
|
Kriteria
|
Krisis
|
Genting
|
Rentan
|
A
|
Penurunan
tajam
|
>80%
selama 10 tahun atau 3 generasi
|
>
50% selama 50 tahun atau 3 generasi.
|
>
20% selama 10 tahun atau 3 generasi
|
B
|
Daerah
sebaran sempit
|
Luas
daerah sebaran < 100km2
Luas
daerah ditempati < 10km2
|
Luas
daerah sebaran <5000 km2.
Luas
daerah ditempati < 500 km2
|
Luas
daerah sebaran <20000 km2.
Luas
daerah ditempati < 2000 km2
|
C
|
Populasi
kecil
|
<250
individu dewasa
|
<
2500 individu dewasa
|
<10000
individu dewasa
|
D1
|
Populasi
sangat kecil
|
<50
individu dewasa
|
<
250 indiidu dewasa
|
<1000
individu dewasa
<1000
km2 atau < 5 lokasi
|
D2
|
Daerah
sebaran
|
-
|
-
|
-
|
E
|
Kemungkinan
punah
|
Peluang
punah > 50% selama 5 tahun
|
Peluan
punah > 20% selama 20 tahun.
|
Peluang
punah > 10% selama 100 tahun.
|
Sumber: IUCN/SSC 1994; Shannaz dkk. 1995
c. Keanekaragaman ekosistem
Ekosistem merupakan satu kesatuan
lingkungan yang melibatkan faktor biotik (makhluk hidup) dan faktor abiotik
(mineral, udara, air, tanah dll.) yang berinteraksi satu sama lain.
Indonesia memiliki makhluk hidup yang bervariasi, sehingga ekosistem yang
terbentuk juga beragam.
Lebih sulit diukur daripada
keanekaragaman spesies dan genetika karena batas-batas komunitas dan ekosistem
sulit ditentukan. Jumlah dan penyebarannya dapat diukur selama criteria yang
dipakai untuk mendefinisikan komunitas dan ekosistem konsisten dipakai.
RAGAM
EKOSISTEM
1.
Kelompok Ekosistem Bahari (laut dalam, laut dangkal, terumbu
karang, pantai batu, pantai lumpur, dan lain-lain).
2.
Kelompok Ekosistem Darat Alami (vegetasi pamah, vegetasi
pegunungan, vegetasi monsoon, dan lain-lain).
3.
Kelompok Ekosistem Suksesi (ekosistem suksesi primer dan
ekosistem suksesi sekunder).
4.
Kelompok Ekosistem Buatan (dam, sawah, kota, pedesaan, dan
lain-lain).
NILAI KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Langsung; pemanfaatan konsumtif dan produktif.
2. Tidak langsung; pemanfaatan non konsumtif seperti fungsi ekologis,
pemilihan dan keberadaan.
PARAMETER
PENILAIAN
1. Obyektif ; tipe dan luas ekosistem
(km2), besar populasi jenis (jumlah individu), produktivitas
(kg/ha/tahun).
2. Subyektif : arti penting perubahan
habitat.
Dapat diwujudkan dalam bentuk uang, energy, nilai,
fungsional, dan lain-lain.
PERKIRAAN NILAI EKOSISTEM DUNIA
SECARA EKONOMI EKOLOGIS
Manfaat Keanekaragaman hayati
Manfaat Langsung Keanekaragaman Hayati
1.
Bersifat Konsumtif ; nilai yang diberikan pada produk
alam yang dikonsumsi, tanpa melewati pasar. Misalnya:
Ø Sebagai
Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia yang bergantung pada keanekaragaman
hayati. Hewan dan tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam,
kambing, padi, jagung) pada zaman dahulu juga merupakan hewan dan tumbuhan
liar, yang kemudian dibudidayakan. Hewan dan tumbuhan liar itu dibudidayakan
karena memiliki sifat-sifat unggul yang diharapkan manusia. Sebagai contoh,
ayam dibudidayakan karena menghasilkan telur dan daging. Padi dibudidayakan
karena menghasilkan beras. Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki
peranan penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan,
misalnya:
a). Pangan:
berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai umbi-umbian
(ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan (pisang,
nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam, kambing, sapi).
b).
Perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer.
c). Kesehatan:
kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
Ø Manfaat
Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada
keanekaragaman. Bayangkan bila halaman rumah kita hanya ditanami satu jenis
tanaman saja, apakah indah? Tentu saja akan lebih indah apabila ditanami
berbagai tanaman seperti mawar, melati, anggrek, rumput, palem.
2.
Bersifat produktif; nilai yang diberikan pada produk
yang dipanen secara komersial. misalnya
Sebagai
Sumber Pendapatan
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sumber pendapatan.
Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku
industri misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, teh dan kopi
untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu
untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanili, cabai, bumbu
dapur. Perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.
Manfaat Tidak Langsung Keanekaragaman Hayati
1.
Bersifat ekologis; keanekaragaman memberikan keuntungan
bagi ekosistem tertentu.
Manfaat
Ekologi
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia,
keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan
ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya.
Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung
hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa
ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus.
Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama
tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang
dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk
humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi
memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan
ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan
gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
2.
Bersifat Pemilihan; memberikan nilai peluang pilihan
(nilai kesanggupan) merupakan potensi yang dimiliki setiap spesies terutama
yang belum ditemukan atau yang cirri khasnya belum dieksplorasi sepenuhnya
untuk memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia.
Ø Sebagai
Sumber Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui
tidak perlu dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan
memiliki peranan yang sangat penting. Sebgai contoh, tanaman mimba (Azadirachta
indica),. Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini
diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai
anti hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan
protein tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan masa depan,
misalnya Chlorella. Buah pace (mengkudu) yagn semula tidak dimanfaatkan,
sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh,
mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.
Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan
hewan yang belum dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah
(sifat-sifat unggul). Siapa tahu kelak sifat-sifat unggul itu dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
3.
Bersifat Keberadaan; berkaitan erat dengan dimensi etik
yang mencerminkan simpati, rasa tanggung
jawab, dan kepedulian terhadap spesies dan ekosistem di suatu wilayah. Disebut
juga “Nilai Pusaka” karena terdapat varian, jenis, atau ekosistem yang unik dan
penting.
Ø Manfaat
Keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan
pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.
Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati
Aktifitas Manusia Dapat Menurunkan Keanekaragaman
Hayati
Aktifitas manusia dapat menurunkan
keanekaragaman hayati. Hingga saat ini, berbagai jenis tumbuhan dan hewan
terancam punah dan beberapa di antaranya telah punah. Sebagai contoh, Australia
selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis mamalia, 18 jenis burung, reptilia,
ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209 jenis tumbuhan.
Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa
satwa penting, misalnya harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah
ditemukan lagi keberadaannya, alias kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti
badak bercula satu, jalak bali, dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi
beberapa jenis serangga, hewan melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak
ditemukan lagi di lingkungan kita.
Kepunahan keanekaragaman hayati diduga
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
Ø Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat
tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan
organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk
hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya
oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan
akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan
menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan
habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, gunung
meletus, dan banjir.
Perusakan terumbu karang di laut juga dapat
menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta biota laut yang hidup
bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat lagi hidup dengan terntram,
beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena terumbu karang
yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan mengakibatkan
harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.
Ø Penggunaan Pestisida
Yang termasuk pestisida misalnya
insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk
membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya menyebar ke lingkungan
dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.
Ø Pencemaran
Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba,
jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah
pabrik dan limbah rumah tangga.
Ø Perubahan Tipe Tumbuhan
Tumbuhan merupakan produser di dalam
ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan dari hutan hujan tropik
menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar
penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya
hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.
Ø Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar
Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke
ekosistem dapat berkompetisi bahkan membunuh tumbuhan dan hewan asli.
Ø Penebangan
Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan
pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di
sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan
mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.
Ø Seleksi
Secara tidak sengaja perilaku kita
mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering hanya menanam
tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga manalagi, jambu
bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul,
misalnya mangga golek, nangka celeng.
Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan
masalah lingkungan yang akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan
mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi
hutan, gajah, kera, menyerang lahan pertanian penduduk karena habitat mereka
semakin sempit, dan makanan mereka semakin berkurang.
Menurunnya populasi serangga pemangsa
(predator) karena disemprot dengan insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan
populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga ini memakan tanaman pertanian,
maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.
Aktifitas
Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
Tidak semua aktifitas manusia berakibat
menurunkan keanekaragaman hayati. Ada juga aktivitas yang justru meningkatkan
keanekaragaman hayati.
Ø Penghijauan
Kegiatan penghijauan meningkatkan
keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam tetapi yang
lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.
Ø Pembuatan Taman Kota
Pembuatan taman-taman kota selain
meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu lingkungan, mamberi keindahan,
juga meningkatkan keanekaragaman hayati.
Ø Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas
unggul dengan cara melakukan perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan
menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat
berfungsi meningkatkan keanekaragaman gen.
Aktifitas
Manusia untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah
dapat dilestarikan dengan pembiakan secara in situ dan ex
situ.
1.
Pembiakan secara in situ adalah
pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon,
Taman Nasional Komodo.
2.
Pembiakan secara ex situ
adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip
dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah,
burung jalak bali).
Konservasi (Perlindungan) Keanekaragaman
Hayati
Konservasi keanekaragaman hayati atau
biodiversitas sudah menjadi kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman
hayati yang dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan
jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya
bakteri dan jamur. Perlu diingat bahwa yang termasuk flora tidak hanya tumbuhan
yang berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan paku-pakuan.
Demikian pula dengan fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia tetapi juga
ikan, burung, dan serangga.
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di
Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut
misalnya berupa Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya,
Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung, dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut
memiliki makna yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan
konservasi.
Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa biodiversitas adalah kumpulan gen, spesies, ekosistem dan lain-lain dalam
lingkungan. Biodiversitas (keanekaragaman hayati) memiliki nilai langsung dan
tidak langsung. Biodiversitas juga memiliki manfaat diantaranya sebagai berfungsi ekologis, untuk bahan makanan dan
lain-lain. Banyak kegiatan manusia yang dapat merusak biodiversitas seperti
pencemaran, penebangan hutan, dan lain-lain, tapi ada juga yang mendukung
biodiversitas seperti budidaya tanaman,
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
McNeely, J.A., K.R. Miller, W.V.
Reid., R.A. Mittermeier, dan T.B. Werner. 1990. Conserving The World’s Biological Diversity. IUCN, Gland,
Swizerland: WRI, CI, WWF-US, dan The World Bank, Washington DC: 193 hlm.
MenLH dan Konphalimdo. 1995. Atlas Keanekaragaman Hayati di Indonesia.
MenLH dan Konphalimdo, Jakarta: x + 106 hlm + 3 lamp.
Primack, R.B. 1998. Essentials of Conservation Biology. 2nd
ed. Sinauer Association, Sunderland: xii + 660 hlm.
Republik Indonesia dan Kerajaan
Norwegia. 1994. Keanekaragman Hayati di
IndonesiaI. Kantor MenLH dan Konphalimdo. Jakarta: xv + 219 hlm.
Sastrapradja, D.S., S.
Adisoemarto, K. Kartawinata, S. Sastrapradja, dan M.A. Rivai. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan
Hidup Bangsa. LIPI, LBN-Bogor: iv + 98 hlm.
WRI, IUCN, dan UNEP. 1992. Strategi Keanekaragaman Hayati Global.
Terj. Dari Global Biodiversity Strategy oleh
Perret, S. PT. Gramedia. Jakarta: xiv + 271 hlm.