Senin, 29 Juli 2013

Suksesi Vegetasi


Latar Belakang
Waktu akan terus berjalan demikian juga halnya dengan ekosistem. Ekosistem akan terus berkembang, baik itu bersifat baik maupun buruk. Perubahan yang sama akan terjadi pula pada lahan-lahan yang baru terbentuk secara alami, seperti delta, bukit pasir, daerah aliran lahar atau lava. Pada permulaannya tanah belum matang, nutrisi organik belum ada, permukaan sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya. Akan tetapi apabila diberi waktu yang cukup, lama kelamaan akan tertutup oleh koloni-koloni tumbuhan yang kemudian ekosistem ini akan berkembang. Perubahan-perubahan ini akan mengarah pada suatu keadaan yang stabil atau mantap yang disebut dengan suksesi sedangkan keadaan yang sudah stabil atau mantap disebut klimaks.
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak sederhana. Ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi/nutrisi, produktivitas, konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian dan juga dengan masalah konservasi.
Dalam tahap menuju suksesi ada banyak tahapan dan banyak jenis tanaman yang dominan di tiap tahapannya. Oleh karena itu, makalah ini disusun yaitu untuk menjelaskan mengenai seperti apa itu suksesi, klimaks, sera, tahapan-tahapan dalam suksesi, jenis-jenis suksesi, dan lain-lain.

Tujuan
            Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai suksesi itu sendiri seperti apa, suksesi tumbuhan, dan lain-lain.

Ekosistem
Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan mengalami perubahan baik struktur maupun fungsinya dalam perjalanan waktu. Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar / kuat sehingga mempengaruhi system secara keseluruhan.
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak sederhana. Ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi/nutrisi, produktivitas, konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian dan juga dengan masalah konservasi.
Perubahan ekosistem ini pada dasarnya dapat disebabkan oleh berbagai penyebab utama yaitu :
a. Akibat perubahan iklim
Perubahan atau fluktuasi iklim dalam skala dunia yang meliputi ribuan tahun telah memberikan reaksi penyesuaian dari ekosistem di dunia ini. Bentuk perubahan ini meliputi perubahan dalam perioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan juga hewan, yang akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.
b. Pengaruh dari faktor luar
Faktor luar seperti api, penginjakan, atau polusi dapat menginduksi perubahan ekosistem baik untuk sementara maupun untuk waktu yang relatif lama.
c. Karakteristika dalam sistem sendiri
Ini merupakan suksesi ekologi, yang dapat diartikan sebagai perubahan dalam ekosistem yang berkembang ke arah pemasakan atau pematangan atau ”steady state”. Seperti yang dipahami bahwa ekosistem merupakan system yang terbuka, mempunyai kapasitas untuk pengaturan diri oleh sistem umpan balik negative. Artinya ekosistem mengarah pada keseimbangannya, berupa ekosistem yang stabil.

PENGERTIAN SUKSESI
Sudah diketahui secara meluas bahwa apabila suatu kebun tidak dipelihara, atau lapangan rumput yang tidak pernah dipotong secara teratur maka vegetasinya akan mengalami perubahan dan tidak tetap seperti it uterus menerus. Berbagai tumbuhan liar akan hidup/tumbuh dan mengubah sama sekali karakteristika dari vegetasi asalnya. Demikian juga suatu lahan pertanian yang tidak digarap, maka herba, perdu, dan pohon liar akan tumbuh menguasai daerah/
lahan pertanian tersebut, dan apabila kondisi tanahnya memungkinkan vegetasinya akan berkembang membentuk komunitas hutan.
Perubahan yang sama akan terjadi pula pada lahan-lahan yang baru terbentuk secara alami, seperti delta, bukit pasir, daerah aliran lahar atau lava. Pada permulaannya tanah belum matang, nutrisi organik belum ada, permukaan sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya. Akan tetapi apabila diberi waktu yang cukup, lama kelamaan akan tertutup oleh koloni-koloni tumbuhan yang kemudian ekosistem ini akan berkembang.
Suatu komunitas tumbuhan akibat adanya longsor, banjir, letusan gunung berapi dan atau pengaruh kegiatan manusia akan mengalami gangguan atau kerusakan yang parah. Hancurnya komunitas tumbuhan ini akan menimbulkan situasi terbukanya permukaan tanah, yang terjadi rimbun tertutup lapisan vegetasi/komunitas tumbuhan. Keadaan ini merupakan habitat baru yang bias digunakan sebagai tempat hidup tumbuhan liar, baik cepat maupun lambat.
Vegetasi yang pertama kali masuk biasanya berupa tumbuhan pelopor atau pionir, yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk hidup pada keadaan lingkungan yang serba terbatas atau mempunyai berbagai factor pembatas, seperti kesuburan tanah yang rendah sekali : kekurangan atau ketiadaan air dalam tanah; intensitas cahaya yang terlalu berlebihan/ tinggi dan sebagainya. Kehadiran kelompok pionir ini akan menciptakan kondisi lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan proses pembentukan lapisan tanah, memecah batuan dengan akarnya dan membebaskan materi organic ketika terjadi pelapukan dari bagian tumbuhan yang mati.
Proses akan berkembang sesuai dengan perubahan waktu, dan akan menciptakan komunitas tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah pada pematangan bentuk komunitas tumbuhannya. Seluruh proses pematangan bentuk komunitas atau ekosistem ini disebut : S u k s e s i.
Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai berikut : “Suksesi adalah perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dimana terjadi pengalihan dari suatu jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya (pada tingkat populasi).
Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang sangat persuasif, ia menyatakan bahwa vegetasi dapat disejalankan dengan ”organisma super”, mampu memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan. Ia juga mengenalkan adanya 6 (enam ) unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu :
a.       Penggundulan, yang mengakibatkan terjadinya substrat baru.
b.      Migrasi, kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.
c.       Eksesis, Perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran.
d.      Kompetisi, persaingan sehingga adanya pengusiran satu species oleh species lainnya.
e.       Reaksi, perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan.
f.       Stabilitasi, yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.
Perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang dikemukakan di atas menggambarkan bertambahnya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan yang hidup di atasnya, proses perubahan ini disebut : suksesi progresif.
Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan jumlah jenis tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat. Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini disebut suksesi retrogresif atau suksesi regresif.
Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami, tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia. Keduanya tidak berbeda secara mendasar. Hutan yang hancur karena ditebang oleh manusia, atau dihancurkan akibat longsor atau angin topan, proses suksesi yang terjadi akan relatif sama.
Namun Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadan yaitu :
a.       Suksesi dengan urutan normal. yang berasal dari adanya pengaruh terhadap vegetasi yang terus menerus dan cepat. Misalnya vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak ternak, di mamah biak, dijadikan tempat beristirahat ternak, atau tempat berguling-guling ternak. Kondisi vegetasi akan mengalami Fasa perubahan selama ternak tetap berada di tempat itu.
b.      Suksesi dengan urutan berirama, yang berasal dari gangguan berulang-ulang, mungkin siklis tetapi mempunyai interval waktu antara satu gangguan dengan gangguan berikutnya. Misalnya terjadi pada perubahan vegetasi karena adanya proses rotasi dalam pemanfaatan lahan pertanian.
c.       Suksesi dengan urutan katastrofik, yang menjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung berapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan, pengeringan habitat akuatika, yang kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses suksesi tumbuhan.
Perubahan vegetasi di alam sebenarnya bisa dibedakan dalam tiga bentuk umum, yaitu :
a.       Perubahan fenologis yang tidak saja terjadi karena adanya masa-masa berbunga, berbuah, berbiji, berumbi, gugur daun dan sebagainya, tetapi juga terjadi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tertentu dalam perjalanan waktu atau musim yang memperkaya komunitas tumbuhan itu. Misalnya pada habitat padang pasir dengan hadirnya tumbuhan setahun dan geofita setelah hujan turun, dan ini terjadi satu kali untuk beberapa tahun.
b.      Perubahan suksesi sekunder, yakni perubahan vegetasi yang nonfenologis dan terjadi dalam ekosistem yang telah matang. Ini termasuk suksesi normal, berirama dan katastrofik seperti yang dikalsifikasikan oleh Gams. Suatu suksesi sekunder berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem secara tidak menyeluruh atau tidak total kerusakannya. Misalnya pada daerah pertanian setelah terjadi panenan, juga pada daerah hutan akibat terjadinya pohon tumbang. Pada suksesi sekunder ini dapat bersifat satu arah atau juga siklik.
c.       Perubahan suksesi primer, berlainan dengan suksesi sekunder, pembentukan komunitas tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari suatu substrat yang sebelumnya tidak pernah mendukung suatu komunitas tumbuhan. Substrat baru yang terbentuk bisa berasal dari sistem air sebagai hasil dari proses pendangkalan, suksesi yang terjadi disebut suksesi hidroseres (Clements) atau hidrark (Cooper). Bila substrat baru berasal dari system darat, batuan, pasir, dan sebagainya maka suksesinya disebut suksesi xeroseres atau xerark.

PENDEKATAN DALAM KAJIAN SUKSESI
Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah kepada suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu dan yang terpenting adalah :
a.       Fasa klimaks merupakan system yang stabil dalam keseimbangannya antara lingkungan biologi dengan lingkungan non-biologinya.
b.      Komposisi jenis pada fasa klimaks relatip tetap atau tidak berubah
c.       Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi organik, sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
d.      Fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.

BERBAGAI TEORI KLIMAKS
a. Teori Monoklimaks
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh
gangguan luar, suatu bentuk umum vegetasi klimaks yang sama akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama.
Dengan demikian iklim sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini dipahami sebagai teori monoklimaks dan diterima secara luas oleh pakar botani pada pertengahan awal dari abad ini. Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyatan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil. Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada keyakinan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana perbedaan-perbedaan local dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama.
Penamaan-penamaan khusus diberikan untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi local ini. Istilah ”subklimaks” dipergunakan untuk suatu fasa seral akhir yang berkepanjangan yang akhirnya akan berkembang juga ke bentuk klimaksnya. Sedangkan istilah ”disklimaks” dipakai untuk komunitas tumbuhan yang menggantikan bentuk klimaks setelah terjadi kerusakan.
b. Teori Poliklimaks
Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk mengangkat variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939 Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu alternatif yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu meliputi tanah ; drainage ; dan berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim, tetapi faktor-faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai suatu faktor yang bersifat temporal.
Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap sebagai bentuk klimaks. Teori poliklimaks ini ternyata pendekatannya tidak bersifat kaku, sehingga dapat diterima dikalangan pakar secara luas.
Konsep Whittaker (1953)
Menyatakan bahwa sebetulnya tidak ada klimaks yang mutlak untuk ti-ap habitat, susunan klimaks mempunyai arti yang relatif untuk suatu ke-adaan lingkungan dan untuk semua faktor-faktor ekosistem yang ada. Se-hingga baik monoklimaks dan poliklimaks tidak memenuhi kriteria sesuai dengan kenyataan, karena klimaks merupakan suatu keadaan seimbang dari produktivitas, struktur dan populasi dengan keseimbangan dinamis dari populasi-populasi yang menentukan. Keanekaragaman vegetasi kli-maks tergantung dari keanekaragaman lingkungan dan macam populasi yang ada. Keseimbangan di antara pergantian populasi dengan perubah-an-perubahan dalam lingkungan, dan vegetasi klimaks merupakan suatu pola dari populasi yang berhubungan dengan pola penurunan lingkungan

PROSES TERJADINYA SUKSESI
Proses pergantian antar tingkat dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks, dapat membutuhkan waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang dibutuhkan suksesi sekunder lebih cepat dibanding-kan dengan suksesi primer. Tingkat perubahan komunitas berlangsung da-lam periode pendek dengan perkembangan yang cepat, hal ini disebabkan habitat (tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong pertumbuhan ve-getasi. Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat diringkaskan seba-gai berikut :
-      Perkembangan sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadi-nya pertambahan kandungan bahan organik sejalan dengan perkem-bangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada sebelumnya.
-      Semakin kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan tingginya tumbuhan, sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
-      Peningkatan produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkembangan tanah.
-      Peningkatan jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
-      Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan pe-ningkatan jumlah jenis.
-      Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life form) tumbuhan dan struktur komunitas.
-      Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.

Kecepatan proses suksesi pada suatu komunitas atau ekosistem dipe-ngaruhi oleh faktor, antara lain :
-      Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan
-      Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu
-      Kehadiran tumbuhan pemencar biji dan benih
-      Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan benih lain, serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora dan perkembangan semai selanjutnya.
-      Macam atau jenis substrat baru yang terbentuk.
-      Sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

PENYEBAB SUKSESI
Beberapa faktor penyebab suksesi baik alami maupun buatan berikut ini adalah :
1.        Iklim : tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang le-bar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhir-ya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (da-ya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntung-kan pada vegetasi.
2.        Topografi : suksesi terjadi karena perubahan kondisi tanah, antara lain :
·       Erosi : erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
·       Pengendapan (sedimentasi) : erosi yang melarutkan lapisan tanah, di-suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi ber-ulang kembali di tempat tersebut.
3.        Biotik : pemakan tumbuhan seperti serangga yang menjadi pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen me-nyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
4.        Bencana Alam : peristiwa bencana alam dapat menghilangkan semua je-nis mahluk hidup disuatu tempat atau hanya menghilangkan sebagian, demikian pula pada habitat. Kemudian di habitat yang baru secara per-lahan muncul komunitas baru kembali.

TAHAPAN DAN PROSES MENUJU SUKSESI VEGETASI DALAM BERBAGAI SERE
            Menurut Weaver dan Clements (1938) tahapan dan proses menuju sukssesi vegetasi terbagi  dua yaitu di hydrosere dan xerosere.
A.    Hydrosere
Dalam hydisere ini ada enam tahapan sampai akhirnya menuju klimaks yaitu sebagai berikut:
a.      Submerged Stage (Terendam)
Tanaman berada disekitar pinggir danau atau genangan air, dimana kedalamannya kurang dari 20 kaki dan tanaman yang ada banyak berupa tanaman yang terendam (submerged). Tanaman berbunga (Spermatophyta) seperti Elodea, Potamogeton, Ceratophyllum, dan Najas. Lumut-lumutan seperti Ranunculus, Utricularia, dan Vallisneria serta alga seperti Chara.
b.      Floating Stage (Mengambang)
Kedalamannya antara 6 sampai 8 kaki saja dengan spesies tanaman mengambang (floating) yang mulai bermacam-macam. Jenis-jenis lili seperti Nymphaea dan Castalia serta ada juga Potamogeton (pondweeds) dan Polygonum.
c.       Reed-Swamp Stage (Buluh/Rawa)
Dengan keadaan tanah yang selalu digenangi air memungkinkan untuk tanaman dapat terus berakar dengan baik. Ada 3 tanaman dominant pada tahap ini yaitu Phragmites communis, Scirpus validus, dan Typha latifolia. Selain itu masih ada tanaman yang lain seperti Saggitaria, Alisma, Acorus, Polygonum, dan lain-lain.
d.      Sedge-Meadow Stage (Padang Rumput Alang-Alang)
Jumlah air sudah menurun dan spesies tanaman juga memperluas daerahnya dan didukung dengan jumlah cahaya yang bagus. Tanaman yang ada seperti Eleocharis, Carex, Juncus, dan lain-lain.
e.       Woodland Stage (Hutan)
Tanah sudah semakin banyak mengandung humus dan sudah banyak jenis pohon-pohon pada tahap ini. Tanaman yang ada seperti Salix, Cornus, Cephalanthus, Alnus, dan lain-lain.
f.       Climax Forest
Humus dan kelembaban tanah meningkat karena didukung oleh bakteri dan jamur serta organism yang ada di dalamnya.

B.     Xerosere

Dalam xerosere ini ada enam tahapan sampai akhirnya menuju klimaks yaitu sebagai berikut:
a.Crustose-lichen stage (Tahap Lichen-kerak)
Spora dibawa oleh angin atau secara fragmentasi lichen. Contohnya Soredia berada pada permukaan batu yang halus. Ada juga jenis yang lain yang ada pada tahap ini seperti Rhizocarpon, Lecidea, Rinodina, Lecanora, dan lain-lain.
b.     Foliose-Lichen Stage (Tahap Lichen-Lembaran)
Tanaman yang ada seperti Dermatocarpon, Parmelia, Umbilicaria, dan lain-lain.
c.      Moss-Stage (Tahap Lumut)
    Tanaman yang ada seperti Black moss (Grimmia), hair moss (Polytrichum juniperum, P. piliferum, P. commune), dan lain-lain.
.           Herbaceous Stage (Tahap Herbaceous)
      Evaporasi dan temperature ekstrim menurun. Populasi bakteri, jamur, dan hewan meningkat. Tanaman yang ada seperti Bluegrass (Aristida, Festuca, dan Poa), Heuchera, Potentilla, goldenrods (Solidago), dan lain-lain.
            Shrub-Stage (Tahap Semak)
     Angin bertiup dan kelembaban mulain meningkat pada tahap ini. Tanaman yang ada pada tahap ini seperti Symphoricarpos, Rhus, Physocarpus, dan lain-lain.
           Climax forest
     Pada awalnya, spesies pertamanya adalah pohon yangbersifat xeric, tetapi lama-kelaman akan berubah seiring dengan semakin bagusnya lingkungan.
          Suksesi dapat terjadi di daerah berbatu contohnya seperti di Rocky Mountains dengan tanaman dominannya seperti parsley Pseudocymopterus dan Krynitzkia. Suksesi juga dapat terjadi di daerah berpasir contohnya di Dune Park, suksesi di pinggir sungai, bahkan suksesi dapat terjadi di daerah rawa.
Perubahan dalam suksesi bersifat kontinu, dimana rente-tan suatu perkembangan dan pergantian komunitas merupakan suatu seri komunitas yang terbentuk pada keadaan tertentu disebut SERE, dan komunitas yang sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut KLIMAKS. Menurut Weaver dan Clements (1938), ada beberapa klasifikasi sere yaitu:
A.    Prisere
1.      Hydrosere
Ø  Halosere   ( di air asin)
2.      Xerosere
Ø  Lithosere (di batu)
Ø  Psammosere (di pasir)
B.     Subsere
1)      Hydrosere
2)      Xerosere

BEBERAPA CONTOH SUKSESI
Beberapa contoh dibawah ini akan memberikan gambaran dari proses suksesi, baik hidrosere maupun xerosere, dan memperlihatkan bagaimana terjadinya perubahan struktur dan komposisi komunitas dari yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
Danau Gatun di terusan Panama, Amerika Tengah (hidrosere).
a.      Komunitas tumbuhan air terapung, terdiri dari Salvia auriculate, Pistiastratiotes, Eichorniazurea, Utricularia mixta, Jussieua natans.
b.      Komunitas teratai, Nymphaeaampla bercampur dengan jenis-jenis di atas.
c.       Komunitas tumbuhan air menjulang, yang terbanyak adalah Typna angsutifolia, Acrostychum danaeifolium, Crinum erubescens, Hibiscus sororius dan lancifolia.
d.      Komunitas rawa buluh, terdiri dari Cyperus giganteus, Scirpus cubensis dan jenis-jenis Cyperaceae lainnya, bersama-sama dengan rumput-rumput besar seperti Phragmites communis dan Gynerium sagittatum, yang juga terdapat Jussieuasuffruticosa (herba dikotil) dan paku-pakuan.
e.       Komunitas rawa belukar, terdiri dari Delbergia ecastophylla dan keladi tinggi Montrichardia arborescens.

Danau Victoria di Afrika Timur (hidrosere)
1)      Vegetasi tumbuhan terapung dan terendam, Nymphaea, Ceratophylium, Trapa, dan lain-lain.
2)      Komunitas paku-pakuan dan Cyperaceae, merupakan campuran antara paku-pakuan, Cyperaceae, Poaceae dan herba.
3)      Rawa Lymnophyton, dikuasai oleh Cyperus papyrus dan rumput Mischanyhidioum violaceum dengan Lymnophyton obtusifolium sebagai subdominant.
4)      Rawa Papyrus, yang dominant hanya Cyperus papyrus disertai oleh jenis lainnya sebagai tambahan.
5)      Rawa Palm Phoenix, banyak pohon-pohon yang tingginya 6 - 9 m, diantaranya Phoenix reclinata dan Mitragyna stipulosa.

POLA ALIRAN ENERGI
Selama suksesi mencapai klimaks pola aliran energi dalam ekosistem berubah secara mendasar. Perubahan ini direfleksikan dalam besaran standing crop dalam sistem.
a.       Selama fasa seral awal masukan energi ke ekosistem lebih besar dari yang hilang. Tumbuhan dan hewan komunitasnya berkembang, mengakumulasi energi sebagai biomasa. Beberapa standing crop atau tegakan yang ada meningkat selama suksesi.
b.      Ketika komunitas klimaks dikembangkan maka steady state tercapai. Dalam keadaan ini masukan energi ke ekosistem sama dengan energi yang hilang. Hasilnya perubahan tegakan adalah kecil. Aliran energi melalui system pada fasa klimaks adalah maksimum.
c.       Bila ekosistem terganggu oleh faktor luar, misalnya kebakaran, energi yang hilang mungkin lebih besar dari masukan energi. Dalam hal ini besaran tegakan dalam system menurun.
d.      Akumulasi energi sebagai biomasa selama suksesi paling besar dalam ekosistem daratan, tumbuhan terbesar membentuk komunitas klimaks. Tegakan berada dalam maksimumnya ada sedikit fluktuasi.
e.       Di ekosistem perairan, terutama laut, komunitas klimaks mungkin dinyatakan oleh fitoplankton. Ukurannya yang kecil berarti standing cropnya relatif rendah/kecil, mungkin akumulasi dalam ekosistem rendah, tetapi laju metabolisma tinggi sehingga memungkinkan untuk mempunyai produktivitas kotor yang tinggi.

PRODUKTIVITAS
Produktivitas kotor dari ekosistem meningkat selama suksesi sampai klimaksnya. Peningkatan ini sebanding dengan keadaan standing cropnya. Prosentase dari produktivitas kotor yang terfiksasi sebagai produktivitas bersih tidak terus meningkat sampai klimaksnya, hal ini akibat dari beberapa keadaan.
a.       Dalam fasa seral awal tumbuhan dominan berkecendrungan untuk menjadi kecil dan berumur pendek. Bentuk tumbuhan ini, meliputi tumbuhan setahun, produktivitas bersihnya tinggi. Tumbuhnya yang kecil memerlukan energi yang relatif sedikit untuk pengelolaannya.
b.      Dalam fasa seral akhir tumbuhan dominant berkecendrungan besar dan berumur panjang, seperti pohon. Ketika tumbuh sempurna memerlukan bagian yang besar dari produktivitas kotornya untuk respirasi dalam pengelolaan tumbuhnya/ Organisma muda berada dalam laju pertumbuhan yang maksimum dan dikarakterisasi oleh penurunan produktivitas bersih ketika dewasa. Akibatnya tumbuhan besar dan berumur panjang mempunyai periode kehidupan dalam keadaan relative tidak produktif. Hal ini terrefleksikan dalam pola produktivitas dari ekosistem secara keseluruhan.

EFISIENSI EKOLOGI
Teori suksesi lama menyatakan bahwa proses suksesi membawa suatu komunitas untuk mencapai efisiensi konservasi energi yang maksimum. Energi merupakan sumber pembatas yang ekstrim bagi ekosistem, sehingga sangat logis apabila orang menduga bahwa kematangan akan tercapai pada saat ketersediaan energi berada dalam keadaan terbaik untuk bisa dimanfaatkan. Padahal pemikiran ini bertentangan dengan apa yang diketahui tentang pola aliran energy dan produktivitas.
Telah dinyatakan bahwa dalam suatu suksesi primer, produktivitas kotor dimulai dengan nol dan kemudian meningkat. Tetapi peningkatannya tidak dapat tanpa batasnya apabila produktivitas bersih menurun sampai mencapai klimaks. Efisiensi konservasi energi menurun dalam fasa seral akhir.
Penurunan efisiensi ekologi dari suatu ekosistem yang matang adalah fungsi dari pola produktivitas dari tumbuhan besar, yang hidup dalam komunitas klimaks. Tumbuhan mempunyai adaptasi yang tinggi untuk dapat tumbuh dengan cepat ketika muda dan peka, apabila telah besar dan mandiri maka rendahnya produktivitas bersih tidak menjadi masalah lagi.

STRUKTUR TROFIK
Fasa seral awal mempunyai rantai makanan yang pendek, dan linier. Kerusakan dapat terjadi dengan mudah, apabila salah satu mata rantai hilang maka tidak ada alternatif pengaliran lain bagi energi. Begitu pelapisan dari ekosistem terbetuk dan diversitas jenis meningkat maka struktur trofik menjadi lebih kompleks, dan terbentuk jaring makanan.
Struktur trofik yang lebih kompleks menghasilkan ekosistem yang stabil. Berbagai kemungkinan aliran energi tidak lagi menjadi masalah apabila salah satu dari mata rantai rusak atau terganggu. Rantai makanan detritus memegang peranan penting pada ekosistem matang ini.

STRATIFIKASI
Sere awal biasanya terdiri dari kelompok-kelompok tumbuhan pendek yang tidak merata penyebarannya dan dengan pelapisan yang sederhana. Suksesi berjalan terus, tumbuhan yang lebih tinggi membentuk lapisan tambahan dan terjadi peneduhan. Koloni tumbuhan pertama menyingkir dari keteduhan dan diganti dengan jenis tumbuhan bawah lainnya yang biasa hidup dibawah naungan perdu dan pohon, suatu formasi hutan klimaks akhirnya terbentuk dengan stratifikasinya yang kompleks. Untuk hutan tropika misalnya akan dikenal pelapisan dari kanopi pohon, lapisan perdu, lapisan herba dan lapisan dasar yang terdiri dari lumut.
Pengecualian-pengecualian untuk terbentuknya stratifikasi yang kompleks ini memang bisa juga terjadi, misalnya pada hutan dengan lapisan kanopi pohon yang kerap dan mengakibatkan energi cahaya tidak memungkinkan untuk menunjang vegetasi dasar. Fenomena ini dapat diketemukan di hutan alami yang padat atau rapat kanopinya, baik di tropika maupun di temperata.
Meningkatnya kekomplekan struktur vertikal dari ekosistem diikuti oleh agregasi spasial dari fungsi diantara lapisan. Contoh yang baik adalah di hutan, fotosintesis terjadi di lapisan kanopi pohon, penguraian berada di lapisan dasar atau permukaan tanah, dan batang-batang pohon mengangkut kembali nutrisi ke kanopi. Pelapisan yang sama dari struktur dan fungsi terjadi selama suksesi di lautan dan danau. Produksi terjadi di lapisan permukaan sedangkan penguraian lebih banyak terjadi pada dasar perairan. Nutrisi dikembalikan ke permukaan akibat pengadukan oleh arus atau angin.
Dengan demikian, meskipun ada perbedaan dalam pengembalian nutrisi, rupanya untuk semua ekosistem berkembang pelapisan dari struktur dan fungsi selama suksesi.

KEANEKARAGAMAN JENIS
Peningkatan yang cepat dari jumlah jenis merupakan gambaran pada fasa awal suksesi, banyak tumbuhan berkoloni. Gambaran pertama dari suksesi, peningkatan diversitas jenis cepat, dan fasa berikutnya laju peningkatan berjalan lambat. Jumlah jenis yang berbeda dalam ekosistem mungkin meningkat terus sampai terbentuknya komunitas klimaks, tetapi banyak pula terjadi penurunan keanekaragaman sampai akhir dari suksesi.
Penurunan keanekaragaman ini terjadi akibat kompetisi. Tumbuhan yang dominan pada seral akhir besar-besar dan lebih kompleks sejarah pertumbuhannya tumbuhan pada seral awal. Dengan demikian hasil dari kompetisi tidak banyak terbentuk ragam dari jenis. Pada suksesi dengan hasil akhir hanya terdiri dari beberapa jenis dominan, seral intermedier mengandung jumlah yang maksimum.
Keanekaragaman jenis dapat meningkat terus sampai komunitas klimaks, apabila struktur dan energi yang tersedia mendukungnya. Contoh yang baik di tropika, hutan penghujan tropika mempunyai struktur yang kompleks dan didominasi berbagai jenis tumbuhan serta disuplai oleh sejumlah energi yang melimpah, berbagai habitat tercipta dan terpakai sampai terbentuk klimaks.

Kesimpulan
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses akan berkembang sesuai dengan perubahan waktu, dan akan menciptakan komunitas tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah pada pematangan bentuk komunitas tumbuhannya. Seluruh proses pematangan bentuk komunitas atau ekosistem ini disebut : S u k s e s i. Dalam setiap tahapan atau tingkatannya menuju Klimaks ada bermacam-macam jenis tanaman yang dominan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Ekologi Tumbuhan. EKOLOGI%20%20TUMBUHAN/Textbook /BAHAN%20AJAR.htm. USU. Medan.
Weaver, J.E. dan Frederic E. Clements. 1938. Plant Ecology. Second Edition. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York dan London.

3 komentar:

  1. Balasan
    1. Referensi utamanya Weaver & Clement, pnjelasaannya ckup lngkap mnurut sy. Cuma sy tdk mentranslate smua. Silahkan baca referensinya saja. Trims.

      Hapus
  2. mantap kak artikelnya.
    izin copy.
    terimakasih.

    BalasHapus