Senin, 29 Juli 2013

Jenis, Nilai, dan Manfaat Biodiversity


Latar Belakang
          Bumi ini dan beserta isinya begitu kaya akan keanekaragaman yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai khalifah di bumi ini yang bertugas untuk menjaga, memelihara, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Manusia begitu serakah sehingga menimbulkan banyak masalah di bumi ini yang akhirnya akan berdampak pada keanekaragaman hayati.
         Keanekaragaman hayati itu sendiri adalah dapat berarti keseluruhan spesies, genus, ekosistem di dalam suatu wilayah. Jika berbicara mengenai keanekaragaman hayati di dunia ini, ada begitu banyak dan beberapa akan dibahas dalam makalah ini.
        Keanekaragaman hayati ini juga memiliki nilai, manfaat dan jenisnya dan semuanya itu akan dibahas dalam makalah ini.
     Seiring dengan perkembangan zaman, maka populasi manusia juga semakin meningkat. Dengan menigkatnya populasi manusia, maka pemenuhan kebutuhan manusia juga semakin meningkat dan tentunya alam akan dieksploitasi. Dengan demikian banyak kegiatan manusia yang akan merusak alam, tetapi ada juga kegiatan manusia yang dapat mendukung alam yaitu seperti reboisasi atau dibangunnya cagar alam, taman nasional, dan lain-lain. Oleh karena itu makalah ini disusun untuk menjelaskan lebih rinci mengenai seperti apa itu biodiversitas, nilai, jenis, dan manfaatnya.

Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis dan keanekaragaman ekosistem. Karena ketiga  keanekaragaman ini saling berkaitan dan tidak terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati menunjukkan adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem.
Keanekaragaman hayati juga dapat berarti keseluruhan spesies, genus, ekosistem di dalam suatu wilayah. Menurut WWF (1989), keanekaragaman hayati merupakan kekayaan hidup di bumi, jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, sifat genetis dan ekosistem yang menjadi lingkungan hidup dan disebut juga biofilia (Wilson, 1984; Kellert dan Wilson, 1993).
Kehadiran makhluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang besarannya dapat diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme. Contoh kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk hidup. Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat di permukaan bumi mendapatkan sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu di berbagai tempat di permukaan bumi berbeda-beda. Berdasarkan letak terhadap garis lintang, maka bumi dibagi dalam beberapa daerah iklim sebagai berikut.
Ø  Daerah tropik berada di antara 23,50 LU dan 23,50 LS. Daerah ini hanyaq memiliki dua musim.
Ø  Daerah iklim sedang (subtropik) berada di antara 23,50 dan 660. Daerah ini memiliki empat musim, yaitu panas, gugur, seni, dan dingin (salju).
Ø  Daerah kutub (artik) berada pada garis lintang lebih dari 660.
Ø  Daerah peralihan antara subtropik dan kutub (subartik).
Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran oraganisme adalah suhu. Variasi suhu lingkungan menentuakn proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu lingkungan alami dapat bersifat siklik (misalnya musiman, harian). Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal), atau ketinggian di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu berdasarkan garis lintang berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi terhadap matahari.
Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan topografi menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.

Tundra

Tundra terdapat di lingkungan kutub utara dan kutub selatan, Green Land, Siberia utara. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu tertutup salju. Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Tumbuhan semusim berumur pendek dan berbunga serempak pada musim panas, serta memiliki biji-biji yang dorman selama musim dingin. Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, serigala kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa). Di bioma tundra juga terdapat burung yang umumnya membuat sarang pada musim panas. Burung ini adalah burung migran (berasal dari daerah lain).

Taiga

Taiga terdapat di antara daerah subtropik dan kutub, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Jadi, taiga terletak di sebelah selatan tundra. Tumbuhan khas yang ada di taiga adalah konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pohon spruce, alder, dan birch), yang hijau sepanjang tahun. Taiga juga sering disebut sebagai hutan boreal. Seperti pada bioma tundra, di taiga juga sangat dingin pada musim salju, tetapi musim panasnya lebih lama. Hewan yang ada adalah beruang hitam dan serigala.

Hutan Gugur

Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun, memiliki empat musim. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah.

Hutan Hujan Tropik

Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa.

Padang Rumput

Padang rumput banyak terdapat di Nusa tenggara, Amerika Serikat bagian Tengah, Afrika Tengah dan Selatan, serta Eropa Timur. Bioma ini curah hujannya rendah yaitu 25 -30 cm per tahun. Tumbuhan utama adalah rumput-rumputan. Hewannya meliputi bison, zebra, kanguru, jerapah, kijang, singa, serigala, jaguar, binatang pengerat, reptilia, dan beberapa burung. Padang rumput di daerah tropik disebut sebagai savana.

Gurun

Bioma gurun terdapat di Asia Kecil, Afrika utara, Chima, Mongolia, dan Amerika Barat. Curah hujan sangat rendah kurang lebih 25 cm per tahun, suhu sangat tinggi di siang hari dan sangat rendah di malam hari, kelembapan udara rendah, tanahnya tandus. Tumbuhannya terutama kaktus, dan tumbuhan efemera (tumbuhan yang pada waktu hujan cepat tumbuh, cepat berbunga dan memiliki biji yang dorman). Hewan yang ada adalah unta, tikus, ular, kadal, dan semut.

 

Bioma Berdasarkan Altitudinal

Telah diuraikan bahwa permukaan bumi berdasarkan latitudinal dapat dibedakan menjadi daerah tropik, subtropik, dan kutub. Masing-masing daerah tersebut memiliki jenis organisme dan keanekaragaman yang berbeda. Di daerah peralihan antara subtropik dan kutub terdapat hutan taiga yang terdiri dari tumbuhan berdaun jarum dan di daerah kutub terdapat tundra.
Gambaran penyebaran bioma secara horizontal (berdasarkan latitudinal atau garis lintang) ternyata mirip dengan gambaran penyebaran secara vertikal (berdasarkan tinggi di atas permukaan laut atau altitudinal).
Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa memiliki penyebaran vertikal yang mirip dengan pola penyebaran horizontal di atas. Pola penyebaran vertikal ini dimulai dari wilayah pantai hingga ke puncak Jayawijaya di Irian Jaya (Papua), yaitu hutan hujan tropik, hutan gugur, taiga, dan di puncak gunung bersalju Jayawijaya terdapat tundra.

Bioma Air Tawar

Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnya sungai.
Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.

 Organisme Air Tawar

Berdasarkan cara hidupnya, organisme yang hidup di air dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
Ø  Plankton, yaitu organisme yang berukuran mikroskopik yang hidup melayang-layang dalam air. Plankton dibedakan atas fitoplankton (plankton tumbuhan), zooplankton (plankton hewan), dan bakterioplankton (bakteri).
Ø  Nekton, yaitu organisme yang hidup berenang di dalam air. Misalnya ikan.
Ø  Neuston, yaitu organisme yang hidupnya berada di atas permukaan air.
Ø  Bentos, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan. Bentos umumnya berfungsi sebagai penghancur (dekomposer), misalnya cacing, moluska, dan beberapa larva serangga.
Ø  Perifiton, yaitu organisme yang melekat pada batang, akar, dan daun tumbuhan air atau pada benda-benda lain di air.

Pembagian Bioma Air Tawar

Secara fisik bioma air tawar dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu litoral, limnetik, dan profundal.
Ø  Litoral merupakan daerah air yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat menembus sampai dasar. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, dan hewan bentos.
Ø  Limnetik merupakan daerah yang tebuka dan dapat ditembus cahaya matahari. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, nekton, dan neuston.
Ø  Profundal merupakan daerah yang tidak dapat ditembus olah cahaya matahari.
Habitat air tawar memiliki kadar garam yang lebih rendah daripada sel-sel organisme yang ada di habitat ini. Dengan demikian, tekanan osmosis air tawar lebih rendah dibandingkan dengan tekanan osmosis sel-sel organisme air tawar. Akibat perbedaan tekanan osmosis tersebut maka hewan air tawar, misalnya ikan, terus-menerus kemasukan air. Untuk mengatasi hal tersebut, ikan beradaptasi dengan mengeluarkan banyak urin dan mengabsorbsi garam-garaman melalui insangnya.


Bioma Air Laut

Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa.
Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar. Ikan laut misalnya, mengatasi kekurangan cairan akibat keluarnya cairan tubuh secara osmosis, dengan cara bayak minum air, sedikit mengeluarkan urin dan mengekskresikan garam-garaman melalui insang.
Suhu air di permukaan lebih tinggi daripada di bagian dalam, karena permukaan menyerap panas dari cahaya matahari. Perbedaan ini menyebabkan air yang ada di permukaan tidak dapat bercampur dengan air yang ada di lapisan bawahnya. Ini disebabkan air yang suhunya lebih dingin memiliki massa jenis yang lebih besar. Di antara kedua lapisan air yang dingin dan lapisan yang hangat itu terdapat lapisan termoklin.

Pembagian Bioma Air Laut

Sampai berapa dalamkah cahaya matahari dapat menembus laut? Hal ini tergantung pada kejernihan air dan letak geografinya. Laipsan air yang dapat ditembus oleh cahaya disebut daerah fotik. Kedalaman daerah fotik kira-kira sampai kedalaman 200 m daerah yang tidak dapat ditembus cahaya matahari disebut daerah afotik.
Sebagaimana pada ekosistem air tawar, ekosistem laut pun dibagi menjadi beberapa daerah berdasarkan kedalamannya, yaitu sebagai berikut.
Ø  Daerah litoral, yaitu daerah laut yang berbatasan dengan daratan. Daerah litoral dapat ditembus oleh cahaya matahari sampai ke dasar.
Ø  Daerah neritik, merupakan daerah laut dangkal sampai pada kedalaman 200 m.
Ø  Daerah batial, yaitu daerah dengan kedalaman 200-300 m.
Ø  Daerah abisal, yaitu daerah yang kedalamannya lebih dari 2000 m.
Daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi adalah daerah litoral dan neritik. Karena banyak cahaya matahari, di daerah ini banyak terdapat fitoplankton dan zooplankton yang merupakan sumber makanan bagi organisme laut lainnya. Pada sinag hari plankton bergerak menuju ke laipsan yang lebih dalam, sedangkan pada malam hari bergerak menuju ke permukaan laut. Ikan-ikan mengikuti gerakan plankton tersebut. Itulah sebabnya, para nelayan mencari ikan di malam hari.
Di daerah batial atau dasar laut yang tidak ada cahaya hanya dihuni oleh ikan-ikan khas, misalnya ikan yang dapat mengeluarkan cahaya. Umumnya organisme yang hidup di daerah ini menunggu jatuhan bahan organik dari daerah permukaan

Vegetasi Pantai

Di perbatasan antara laut dan darat terdapat daerah pasang surut. Tumbuhan ynag hidup di daerah pantai harus menyesuaikan diri dengan hempasan gelombang. Biasanya tumbuhan yang ada berupa tumbuhan menjalar dengan geragih yang panjang. Vegetasi pantai membentuk formasi yang diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan.
Pada pantai yang landai biasanya terdapat daerah pasang surut yang berlumpur. Daerah ini membentuk hutan bakau yang disebut dengan mangrove. Tumbuhan yang terdapat di mangrove misalnya Avicennia, Rhizophora, Achantus, Cerbera, Bruguiera, dan Ceriops. Mangrove yang dasarnya koral berpasir umumnya didominasi oleh Sooeratia alba.
Semua pohon di daerah mangrove mempunyai akar yang khas. Ada yang berakar napas seperti Avicennia dan Sonneratia. Ada yang berakar jangkar untuk menahan pengaruh pasang surut.
Di muara sungai dikenal ekosistem pantai lumpur (mangrove) terutama di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Irian.
Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi adalah Avicennia dan Sonneratia. Di pantai selatan Jawa, Bali, dan NTT, pantai barat Sumatera, dan kepulauan Maluku terdapat ekosistem pantai batu. Vegetasi umumnya adalah ganggang laut, di antaranya Euchema, Sargasum, dan Gellidium. Di perairan jernih, terbentuk terumbu karang. Indonesia memiliki terumbu karang dengan kenanekaragaman tinggi yang tergolog kelas dunia misalnya di Bunaken, Teluk Cendrawasih, dan Kepulauan Natuna.

JENIS KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman dapat dibagi menjadi 3 kategori hirakis yaitu:
a.       Keanekaragaman jenis/spesies
Manusia mengenal adanya keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dapat diamati dan juga mungkin tingkah laku, penampilannya, makanannya dan cara perkembangbiakannya, habitatnya serta  interaksinya dengan makhluk lain.
Pada tumbuhan yang dapat diamati misalnya tempat tumbuhnya, batangnya, daunnya, bunganya, serangga yang mengunjunginya serta burung yang bersarang di dalamnya. 
      Keanekaragaman spesies menunjukkan pada varietas spesies yang ada di dalam suatu area tertentu dan dapat diukur dengan banyak cara. Ukuran yang umum dipakai adalah jumlah spesies dalam satu area (“kekayaan spesies” atau “ species richness”). “keanekaragaman taksonomi” menujukkan jumlah spesies dan hubungan spesies satu dengan spesies lainnya. Area yang memilki 1 sp burung dan 1 sp kadal memiliki keanekaragaman taksonomi yang lebih besar daripada area yang hanya memilki 3 sp burung.
Konsep variabilitas organism hidup di bumi dan diukur dengan jumlah spesies di bumi atau kawasan tertentu.

KONSEP SPESIES
Ø  Konsep Biologi ; kelompok organism yang secara genetic sama dan mampu berkembangbiak serta menghasilkan keturunan yang fertile.
Ø  Konsep Morfologi; kelompok organism yang memiliki cirri morfologi/bentuk luar/fenotip, fisiologi, atau biokimia sama atau mirip dia antara sesama anggotanya.
Sebagai suatu satuan entitas spesies akan selalu berubah melalui evolusi, mutasi dan rekombinasi, dan terbentuk variasi (keanekaragaman).

TINGKAT KELANGKAAN SPESIES (IUCN, 1994):
1.  Punah (Extinct); spesies yang tidak diragukan lagi bahwa individu terakhir mati.
2. Punah di alam (Extinct in the wild); spesies yang populasinya hanya ditemukan di penangkaran atau terdapat sebagai populasi alami yang hidup di luas sebaran aslinya.
3. Kritis (Critical endangered); spesies yang menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam dalam waktu dekat.
4.  Genting (Endangered); spesies yang tidak tergolong kritis, namun menghadapi resiko kepunahan sanagt tinggi di alam.
5. Rentan (Vulnerable); spesies yang tidak tergolong kritis maupun genting, namun menghadapi resiko kepunahan sanga tinggi di alam.
6.   Relative rentan (Lower risk); spesies yang setelah dievaluasi tidak tergolong kritis, genting maupun rentan.
7.   Kurang data (Data deficient); spesies yang tidak cukup memiliki data untuk dilakukan perkiraan tingkat kelangkaan.
8.   Tidak dievaluasi (Not evaluated); spesies yang tidak atau belum dinilai berdasarkan criteria di atas.

b.      Keanekaragaman genetis/gen/genetika
Setiap populasi mempunyai sifat genetik tertentu. Individu-individu sejenis ini mempunyai kerangka dasar komponen genetis yang sama (kromosomnya sama tetapi memiliki komponen faktor keturunan yang berbeda).
Misal :     rasa manis dan asam pada mangga
                warna kuning, merah dan putih pada biji jagung
Keanekaragaman gen menentukan keanekaragaman jenis individu, meski jenisnya sama tetapi memiliki gen yang tidak sama bila dibandingkan dengan individu lain dalam kelompok tersebut.
Gambar. (Sumber: Terriple, 1991; digambarkan olehh T. Sayre)
Sampai saat ini pengukuran keanekaragaman genetic dipakai terutama hanya untuk spesies yang sudah dibudidayakan.
Merupakan konsep variabilitas di dalam suatu spesies yang diukur oleh variasi genetic di dalam spesies, varietas, subspecies atau keturunan tertentu.
      Plasma Nutfah atau Gen merupakan molekul yang ada di dalam kromosom yang:
1.      Bahan baku sifat keturunan yang memiliki satu atau beberapa pengaruh fenotip dari suatu organism.
2.      Suatu unit bahan baku keturunan yang menempati posisi khusus (lokus) dalam genom atau kromosom.
3.      Suatu uint bahan baku keturunan yang dapat mengalami mutasi ke berbagai bentuk alela.
4.      Suatu unit bahan baku yang dapat mengalami rekombinasi dengan unit bahan baku keturunan lainnya.
Plasma nutfah

Dasar Keanekaragaman Genetik
            Perubahan variasi genetic alami terjadi dari waktu ke waktu dan fenotip dientukan oleh genotip dan lingkungan itu sendiri.
            Selain itu, ada yang dikatakan mikroevolusi, evolusi di bawah kategori spesies. Variasi genetic suatu populasi dapat bertambah karena satu atau kombinasi factor (Avers, 1989):
Ø  Mutasi
Ø  Reproduksi seksual (memnbentuk rekombinasi)
Ø  Polimorfisme atau superioritas heterozigot.
Ø  Aliran gen (imigrasi) dan out breeding.
Ø  Penambahan jumlah populasi.
Ø  Variasi geografi.
Variasi gentik suatu populasi juga dapat berkurang akrena satu atau kombinasi factor (Avers, 1989):
Ø  Seleksi alam.
Ø  Genetic drift
Ø  Emigrasi
Ø  Pengurangan jumlah populasi
Karakter spesies yang rentan punah (Ehrenfeld 1970, Terborgh 1974, Pimm dkk. 1988, Gittleman 1994):
Ø  Sebaran geografi sempit
Ø  Terdiri dari satu atau beberapa populasi.
Ø  Ukuran populasi kecil atau ukuran populasi menurun.
Ø  Densitas rendah.
Ø  Memerlukan wilayah jelajah luas.
Ø  Ukuran tubuh besar.
Ø  Ketidakmampuan menyebar dengan baik
Ø  Bermigrasi musiman
Ø  Keanekaragaman genetic rendah.
Ø  Memiliki relung tertentu.
Ø  Hanya dijumpai pada lingkungan yang stabil.
Ø  Membentuk kelompok secara tetap atau sementara.
Ø  Diburu atau dipanen manusia.
Kategori Keterancaman Populasi Organisme
No.
Kriteria
Krisis
Genting
Rentan
A
Penurunan tajam
>80% selama 10 tahun atau 3 generasi
> 50% selama 50 tahun atau 3 generasi.
> 20% selama 10 tahun atau 3 generasi
B
Daerah sebaran sempit
Luas daerah sebaran < 100km2
Luas daerah ditempati < 10km2
Luas daerah sebaran <5000 km2.
Luas daerah ditempati < 500 km2
Luas daerah sebaran <20000 km2.
Luas daerah ditempati < 2000 km2
C
Populasi kecil
<250 individu dewasa
< 2500 individu dewasa
<10000 individu dewasa
D1
Populasi sangat kecil
<50 individu dewasa
< 250 indiidu dewasa
<1000 individu dewasa
<1000 km2 atau < 5 lokasi
D2
Daerah sebaran
-
-
-
E
Kemungkinan punah
Peluang punah > 50% selama 5 tahun
Peluan punah > 20% selama 20 tahun.
Peluang punah > 10% selama 100 tahun.
Sumber: IUCN/SSC 1994; Shannaz dkk. 1995


c.       Keanekaragaman ekosistem
Ekosistem merupakan satu kesatuan lingkungan yang melibatkan faktor biotik (makhluk hidup) dan faktor abiotik (mineral, udara, air, tanah dll.) yang  berinteraksi satu sama lain. Indonesia memiliki makhluk hidup yang bervariasi, sehingga ekosistem yang terbentuk juga beragam.
Lebih sulit diukur daripada keanekaragaman spesies dan genetika karena batas-batas komunitas dan ekosistem sulit ditentukan. Jumlah dan penyebarannya dapat diukur selama criteria yang dipakai untuk mendefinisikan komunitas dan ekosistem konsisten dipakai.

RAGAM EKOSISTEM
1.      Kelompok Ekosistem Bahari (laut dalam, laut dangkal, terumbu karang, pantai batu, pantai lumpur, dan lain-lain).
2.      Kelompok Ekosistem Darat Alami (vegetasi pamah, vegetasi pegunungan, vegetasi monsoon, dan lain-lain).
3.      Kelompok Ekosistem Suksesi (ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi sekunder).
4.      Kelompok Ekosistem Buatan (dam, sawah, kota, pedesaan, dan lain-lain).


NILAI KEANEKARAGAMAN HAYATI
1.      Langsung; pemanfaatan konsumtif dan produktif.
2.      Tidak langsung; pemanfaatan non konsumtif seperti fungsi ekologis, pemilihan dan keberadaan.

PARAMETER PENILAIAN
1.  Obyektif ; tipe dan luas ekosistem (km2), besar populasi jenis (jumlah individu), produktivitas (kg/ha/tahun).
2.      Subyektif : arti penting perubahan habitat.
Dapat diwujudkan dalam bentuk uang, energy, nilai, fungsional, dan lain-lain.

 PERKIRAAN NILAI EKOSISTEM DUNIA SECARA EKONOMI EKOLOGIS

Manfaat Keanekaragaman hayati
Manfaat Langsung Keanekaragaman Hayati
1.      Bersifat Konsumtif ; nilai yang diberikan pada produk alam yang dikonsumsi, tanpa melewati pasar. Misalnya:
Ø  Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia yang bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung) pada zaman dahulu juga merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian dibudidayakan. Hewan dan tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki sifat-sifat unggul yang diharapkan manusia. Sebagai contoh, ayam dibudidayakan karena menghasilkan telur dan daging. Padi dibudidayakan karena menghasilkan beras. Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan, misalnya:
a). Pangan: berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai umbi-umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan (pisang, nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam, kambing, sapi).
b). Perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer.
c). Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
Ø  Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman. Bayangkan bila halaman rumah kita hanya ditanami satu jenis tanaman saja, apakah indah? Tentu saja akan lebih indah apabila ditanami berbagai tanaman seperti mawar, melati, anggrek, rumput, palem.
2.      Bersifat produktif; nilai yang diberikan pada produk yang dipanen secara komersial. misalnya
Sebagai Sumber Pendapatan
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sumber pendapatan. Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.

Manfaat Tidak Langsung Keanekaragaman Hayati
1.      Bersifat ekologis; keanekaragaman memberikan keuntungan bagi ekosistem tertentu.
Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
2.      Bersifat Pemilihan; memberikan nilai peluang pilihan (nilai kesanggupan) merupakan potensi yang dimiliki setiap spesies terutama yang belum ditemukan atau yang cirri khasnya belum dieksplorasi sepenuhnya untuk memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia.
Ø  Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui tidak perlu dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Sebgai contoh, tanaman mimba (Azadirachta indica),. Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan masa depan, misalnya Chlorella. Buah pace (mengkudu) yagn semula tidak dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.
Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang belum dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul). Siapa tahu kelak sifat-sifat unggul itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
3.      Bersifat Keberadaan; berkaitan erat dengan dimensi etik yang mencerminkan  simpati, rasa tanggung jawab, dan kepedulian terhadap spesies dan ekosistem di suatu wilayah. Disebut juga “Nilai Pusaka” karena terdapat varian, jenis, atau ekosistem yang unik dan penting.
Ø  Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

Aktifitas Manusia Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati

Aktifitas manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini, berbagai jenis tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya telah punah. Sebagai contoh, Australia selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis mamalia, 18 jenis burung, reptilia, ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209 jenis tumbuhan.
Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan kita.
Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

Ø  Perusakan Habitat

Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir.
Perusakan terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta biota laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat lagi hidup dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.

Ø  Penggunaan Pestisida

Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.

Ø  Pencemaran

Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.

Ø  Perubahan Tipe Tumbuhan

Tumbuhan merupakan produser di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.

Ø  Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar

Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan membunuh tumbuhan dan hewan asli.

Ø  Penebangan

Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.

Ø  Seleksi

Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, misalnya mangga golek, nangka celeng.
Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang lahan pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka semakin berkurang.
Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.


Aktifitas Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati

Tidak semua aktifitas manusia berakibat menurunkan keanekaragaman hayati. Ada juga aktivitas yang justru meningkatkan keanekaragaman hayati.

Ø  Penghijauan

Kegiatan penghijauan meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.

Ø  Pembuatan Taman Kota

Pembuatan taman-taman kota selain meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu lingkungan, mamberi keindahan, juga meningkatkan keanekaragaman hayati.

Ø  Pemuliaan

Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat berfungsi meningkatkan keanekaragaman gen.


Aktifitas Manusia untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati

Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan pembiakan secara in situ dan ex situ.
1.      Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo.
2.      Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).

Konservasi (Perlindungan) Keanekaragaman Hayati

Konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur. Perlu diingat bahwa yang termasuk flora tidak hanya tumbuhan yang berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan paku-pakuan. Demikian pula dengan fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia tetapi juga ikan, burung, dan serangga.
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung, dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi.

Kesimpulan
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biodiversitas adalah kumpulan gen, spesies, ekosistem dan lain-lain dalam lingkungan. Biodiversitas (keanekaragaman hayati) memiliki nilai langsung dan tidak langsung. Biodiversitas juga memiliki manfaat diantaranya sebagai  berfungsi ekologis, untuk bahan makanan dan lain-lain. Banyak kegiatan manusia yang dapat merusak biodiversitas seperti pencemaran, penebangan hutan, dan lain-lain, tapi ada juga yang mendukung biodiversitas seperti  budidaya tanaman, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Fauzan. 2009. Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas). http://fauzzzblog.wordpress. com.
McNeely, J.A., K.R. Miller, W.V. Reid., R.A. Mittermeier, dan T.B. Werner. 1990. Conserving The World’s Biological Diversity. IUCN, Gland, Swizerland: WRI, CI, WWF-US, dan The World Bank, Washington DC: 193 hlm.
MenLH dan Konphalimdo. 1995. Atlas Keanekaragaman Hayati di Indonesia. MenLH dan Konphalimdo, Jakarta: x + 106 hlm + 3 lamp.
Primack, R.B. 1998. Essentials of Conservation Biology. 2nd ed. Sinauer Association, Sunderland: xii + 660 hlm.
Republik Indonesia dan Kerajaan Norwegia. 1994. Keanekaragman Hayati di IndonesiaI. Kantor MenLH dan Konphalimdo. Jakarta: xv + 219 hlm.
Sastrapradja, D.S., S. Adisoemarto, K. Kartawinata, S. Sastrapradja, dan M.A. Rivai. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. LIPI, LBN-Bogor: iv + 98 hlm.
Tedi. 2008. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity). http://tedbio.multiply.com/journal/ item/3/Keanekaragaman-Hayati-Biodiversity.
WRI, IUCN, dan UNEP. 1992. Strategi Keanekaragaman Hayati Global. Terj. Dari Global Biodiversity Strategy oleh Perret, S. PT. Gramedia. Jakarta: xiv + 271 hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar