Jumat, 27 Februari 2015

APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI GEOSPASIAL DI EKOSISTEM MANGROVE

1.      PENDAHULUAN
Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu (UU RI No.4 Thn 2011 tentang Informasi Geospasial). Teknologi informasi geospasial digunakan pada berbagai bidang dan diterapkan pada beberapa lokasi. Salah satunya adalah pada ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang dipenuhi suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin (Nybakken, 1992). Daerah ini sangat rentan karena over eksploitasi, konversi berlebihan, kegagalan rehabilitasi, dan lain-lain. Teknologi informasi geospasial digunakan untuk mengetahui kondisi ekosistem mangrove baik luas tutupan lahan, memonitoring, dan lain-lain.
  
1.      JENIS SATELIT YANG DIGUNAKAN
Ada beberapa satelit yang dapat digunakan pada ekosistem mangrove ini baik untuk mengetahui luas tutupan lahan, memonitoring, dan lain-lain. Satelit-satelit ini juga memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

1.1  IKONOS dan QuickBird
Wang, dkk pada tahun 2004 memetakan distribusi spesies mangrove dengan menggunakan IKONOS dan QuickBird di pantai Karibia Panama. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa statistik spektral Band, melihat sub-gambar masing-masing varians dan nilai entropi.


Tabel 1. Resolusi spectral dan spasial IKONOS dan QuickBird
Tabel 2. Perbandingan hasil klasifikasi dengan dimasukkannya tekstur urutan pertama
Tabel 3. Perbandingan hasil klasifikasi dengan dimasukkannya tekstur urutan kedua
QuickBird memiliki resolusi spasial lebih tinggi yaitu 0,7 m daripada IKONOS yang memiliki resolusi spasial hanya 1 m. Resolusi spasial QuickBird dengan menggunakan band pankromatik adalah 2,8 m sedangkan resolusi spasial IKONOS dengan menggunakan band multispektral adalah 4 m. Citra IKONOS empat kali lebih mahal daripada citra QuickBird. Hasil penelitian menunjukkan citra IKONOS sedikit lebih baik daripada QuickBird dalam menyajikan informasi spasial untuk klasifikasi mangrove. Dari segi resolusi spasial, QuickBird lebih bagus daripada IKONOS. IKONOS dan QuickBird sama-sama menjanjikan dalam mengklasifikasikan jenis mangrove (Wang, dkk., 2004).

1.1  Landsat ETM+
Estimasi biomassa dan kerapatan vegetasi mangrove dapat diketahui dengan menggunakan satelit ETM+. Forestian telah melakukan penelitian ini pada tahun 2010.
Gambar 1. Sebaran mangrove citra tahun 2001 dan tahun 2010 (Forestian, 2010).
Tabel 4. Luas penutupan lahan hasil klasifikasi citra tahun 2001 dan 2010.
Kelas
Tahun 2001
Tahun 2010
Piksel
Ha
%
Piksel
Ha
%
Laut 1
0
0
0,00
473
42,57
0,31
Laut 2
5.696
512,64
3,75
4,571
411,39
3,01
Mangrove
9.136
822,24
6,01
6.008
540,72
3,95
T. Terbuka
9.680
871,2
6,37
8.750
787,5
5,75
Padi 1
5.456
491,04
3,59
9.966
896,94
6,55
Kebun
11.259
1.013,31
7,40
10.997
989,73
7,23
Padi 2
2.344
210,96
1,54
20.712
1.864,08
13,62
Tambak
100.902
9.081,18
66,35
70.152
6.313,68
46,13
Sungai
7.596
683,64
5,00
20.440
1.839,6
13,44
Jumlah
152.069
13.686,21
100,00
152.069
13.686,21
100,0

Gambar 2. Peta kelas penutupan lahan tahun 2001 dan 2010 (Forestian, 2010).

Luas mangrove di Muara Gembong pada tahun 2001 seluas 540,72 ha sedangkan pada tahun 2010 menjadi seluas 822,24 ha. Potensi biomassanya sebesar 46,7 ton/ha pada tahun 2001 dan bertambah menjadi 53,49 ton/ha pada tahun 2010. Kerapatan mangrove pada tahun 2001 sebesar 55,78% pada tahun 2010 terdeteksi sebesar 8,43%.

2.3  Satelit TM (Thematic Mapper) dan MSS (Multispectral Scanner)
Satelit TM digunakan salah satunya untuk mengetahui luas tutupan mangrove. Wang, dkk telah melakukan penelitian pada tahun 2003 mengenai luas penutupan manrove di Tanzania. Pada tahun 1988-1990 digunakan Landsat TM dan di atas tahun 2000 digunakan Landsat ETM+.
Gambar 3. Peningkatan luas mangrove (Wang, dkk., 2003)
Satelit MSS juga digunakan untuk mengetahui luas tutupan mangrove. Howari, dkk telah melakukan penelitian mengenai luas tutupan mangrove pada tahun 2009 sekitar barat laut Uni Emirat Arab.

2        KESIMPULAN
Beberapa satelit dapat digunakan pada ekosistem mangrove, baik untuk mengetahui luas tutupannya, biomassa, kerapatan, monitoring, dan lain-lain. Satelit yang sapat digunakan pada ekosistem mangrove diantaranya IKONOS, QuickBird, Landsat ETM+, Landsat TM, dan Landsat MSS.


DAFTAR PUSTAKA
Forestian, O. (2010). Estimasi Biomassa dan Kerapatan Vegetasi Mangrove Menggunakan Data Landsat ETM+. [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nybakken. J. W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Pt. Gramedia. Jakarta.

Howari, F.M., Jordan, B.R., Bouhouche, N., dan Wyllie-Echeverria, S. (2009). Field and remote-sensing assessment of mangrove forests and seagrass beds in the northwestern part of the United Arab Emirates. Journal of Coastal Research, 25(1), 48–56.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial

Wanga, Le, Wayne P. Sousa, Peng Gong, Gregory S. Biging. (2004). Comparison of IKONOS and QuickBird images for mapping mangrove species on the Caribbean coast of Panama. Remote Sensing of Environment 91 : 432–440.

Wang, Y., G. Bonynge, Jarunee, N., Michael, T., Amani, N., James, T., Lynne, H., Robert, B., Vedast, M. (2003). Remote Sensing of Mangrove Change Along the Tanzania Coast. Marine Geodesy 26 1 : 35 — 48.