1. PENDAHULUAN
Geospasial atau ruang kebumian adalah
aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau
kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang
dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu (UU RI No.4 Thn 2011 tentang
Informasi Geospasial). Teknologi informasi geospasial digunakan pada berbagai
bidang dan diterapkan pada beberapa lokasi. Salah satunya adalah pada ekosistem
mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem
yang dipenuhi suatu varietas
komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang
khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin
(Nybakken, 1992). Daerah ini sangat rentan karena
over eksploitasi, konversi berlebihan, kegagalan rehabilitasi, dan lain-lain.
Teknologi informasi geospasial digunakan untuk mengetahui kondisi ekosistem
mangrove baik luas tutupan lahan, memonitoring, dan lain-lain.
1. JENIS
SATELIT YANG DIGUNAKAN
Ada
beberapa satelit yang dapat digunakan pada ekosistem mangrove ini baik untuk
mengetahui luas tutupan lahan, memonitoring, dan lain-lain. Satelit-satelit ini
juga memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
1.1 IKONOS
dan QuickBird
Wang, dkk pada tahun 2004 memetakan
distribusi spesies mangrove dengan menggunakan IKONOS dan QuickBird di pantai
Karibia Panama. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa statistik spektral
Band, melihat sub-gambar masing-masing varians dan nilai entropi.
Tabel
1. Resolusi spectral dan spasial IKONOS dan QuickBird
Tabel
2. Perbandingan hasil klasifikasi dengan dimasukkannya tekstur urutan pertama
Tabel
3. Perbandingan hasil klasifikasi dengan dimasukkannya tekstur urutan kedua
QuickBird
memiliki resolusi spasial lebih tinggi yaitu 0,7 m daripada IKONOS yang
memiliki resolusi spasial hanya 1 m. Resolusi spasial QuickBird dengan menggunakan
band pankromatik adalah 2,8 m sedangkan resolusi spasial IKONOS dengan
menggunakan band multispektral adalah 4 m. Citra IKONOS empat kali lebih mahal
daripada citra QuickBird. Hasil penelitian menunjukkan citra IKONOS sedikit
lebih baik daripada QuickBird dalam menyajikan informasi spasial untuk
klasifikasi mangrove. Dari segi resolusi spasial, QuickBird lebih bagus
daripada IKONOS. IKONOS dan QuickBird sama-sama menjanjikan dalam
mengklasifikasikan jenis mangrove (Wang, dkk., 2004).
1.1 Landsat
ETM+
Estimasi
biomassa dan kerapatan vegetasi mangrove dapat diketahui dengan menggunakan
satelit ETM+. Forestian telah melakukan penelitian ini pada tahun 2010.
Gambar 1. Sebaran mangrove citra tahun 2001 dan
tahun 2010 (Forestian, 2010).
Tabel
4. Luas penutupan lahan hasil klasifikasi citra tahun 2001 dan 2010.
Kelas
|
Tahun 2001
|
Tahun 2010
|
||||
Piksel
|
Ha
|
%
|
Piksel
|
Ha
|
%
|
|
Laut
1
|
0
|
0
|
0,00
|
473
|
42,57
|
0,31
|
Laut
2
|
5.696
|
512,64
|
3,75
|
4,571
|
411,39
|
3,01
|
Mangrove
|
9.136
|
822,24
|
6,01
|
6.008
|
540,72
|
3,95
|
T.
Terbuka
|
9.680
|
871,2
|
6,37
|
8.750
|
787,5
|
5,75
|
Padi
1
|
5.456
|
491,04
|
3,59
|
9.966
|
896,94
|
6,55
|
Kebun
|
11.259
|
1.013,31
|
7,40
|
10.997
|
989,73
|
7,23
|
Padi
2
|
2.344
|
210,96
|
1,54
|
20.712
|
1.864,08
|
13,62
|
Tambak
|
100.902
|
9.081,18
|
66,35
|
70.152
|
6.313,68
|
46,13
|
Sungai
|
7.596
|
683,64
|
5,00
|
20.440
|
1.839,6
|
13,44
|
Jumlah
|
152.069
|
13.686,21
|
100,00
|
152.069
|
13.686,21
|
100,0
|
Gambar 2. Peta kelas penutupan lahan tahun 2001 dan
2010 (Forestian, 2010).
Luas
mangrove di Muara Gembong pada tahun 2001 seluas 540,72 ha sedangkan pada tahun
2010 menjadi seluas 822,24 ha. Potensi biomassanya sebesar 46,7 ton/ha pada
tahun 2001 dan bertambah menjadi 53,49 ton/ha pada tahun 2010. Kerapatan
mangrove pada tahun 2001 sebesar 55,78% pada tahun 2010 terdeteksi sebesar
8,43%.
2.3 Satelit
TM (Thematic Mapper) dan MSS (Multispectral Scanner)
Satelit TM digunakan salah satunya untuk mengetahui
luas tutupan mangrove. Wang, dkk telah melakukan penelitian pada tahun 2003
mengenai luas penutupan manrove di Tanzania. Pada tahun 1988-1990 digunakan
Landsat TM dan di atas tahun 2000 digunakan Landsat ETM+.
Gambar 3. Peningkatan luas mangrove (Wang, dkk.,
2003)
Satelit
MSS juga digunakan untuk mengetahui luas tutupan mangrove. Howari, dkk telah
melakukan penelitian mengenai luas tutupan mangrove pada tahun 2009 sekitar
barat laut Uni Emirat Arab.
2
KESIMPULAN
Beberapa
satelit dapat digunakan pada ekosistem mangrove, baik untuk mengetahui luas
tutupannya, biomassa, kerapatan, monitoring, dan lain-lain. Satelit yang sapat
digunakan pada ekosistem mangrove diantaranya IKONOS, QuickBird, Landsat ETM+,
Landsat TM, dan Landsat MSS.
DAFTAR
PUSTAKA
Forestian, O. (2010). Estimasi Biomassa dan Kerapatan Vegetasi
Mangrove Menggunakan Data Landsat ETM+. [Skripsi]. Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Nybakken. J. W. (1992). Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.
Pt. Gramedia. Jakarta.
Howari,
F.M., Jordan, B.R., Bouhouche, N., dan Wyllie-Echeverria, S. (2009). Field and
remote-sensing assessment of mangrove forests and seagrass beds in the
northwestern part of the United Arab Emirates. Journal of Coastal Research, 25(1),
48–56.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
Wanga,
Le, Wayne P. Sousa, Peng Gong, Gregory S. Biging. (2004). Comparison of IKONOS
and QuickBird images for mapping mangrove species on the Caribbean coast of
Panama. Remote Sensing of Environment
91 : 432–440.
Wang,
Y., G. Bonynge, Jarunee, N., Michael, T., Amani, N., James, T., Lynne, H., Robert,
B., Vedast, M. (2003). Remote Sensing of Mangrove Change Along the Tanzania
Coast. Marine Geodesy 26 1 : 35 — 48.