Latar
Belakang
Hutan
merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup kita. Tidak dapat dipungkiri
kalau sekarang keberadaannya sangat terancam dari tangan-tangan manusia yang
nakal dan serakah. Tipe-tipe hutan ada bermacam-macam di dunia. Ada hutan yang
berdasarkan letaknya, ada yang berdasarkan ketinggian, dan ada pula yang
dikatakan hutan buatan dan hutan alami.
Jadi,
berbicara tentang hutan tidak aka nada habisnya. Ada banyak jenis atau
tipe-tipe hutan. Dalam hutan ada beraneka ragam jenis tumbuhan bahkan jenis
hewan yang menghuni hutan. Hutan meerupakan habitat beraneka ragam makhluk
hidup.
Dalam hutan ada
beraneka ragam jenis tumbuhan. Salah satunya adalah jenis tanaman pemanjat.
Tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan “liana”. Tanaman yang termasuk liana,
salah satunya adalah rotan. Tanaman ini banyak dimanfaat di Indonesia khususnya
dalam pembuatan kerajinan tangan. Dari uraian
paragraph di atas dijelaskan salah satu jenis tumbuhan penghuni hutan. Dengan
demikian dapat tergambarkan bahwa betapa hutan sangat kaya akan keanekaragaman
jenis tumbuhan.
Oleh karena itu,
makalah ini disusun untuk menjelaskan mengenai seperti apakah itu hutan tropika
basah, cirri-cirinya, jenis-jenis tumbuhan utama penyusun vegetasi hutan
tropika basah, beserta gambarnya.
Tujuan
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai hutan tropika basah,
cirri-ciri, jenis tumbuhan penyusun vegetasi hutan tropika basah beserta
gambarnya.
Hutan
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar
di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun
daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan,
di pulau kecil
maupun di benua
besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan,
terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup
luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup
bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang
hidup semusim
saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak
berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika
mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda
daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya
seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang
berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan.
Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya),
serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak
terpisahkan dari hutan.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya
menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu
yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman
pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan
dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup
berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah
timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan
merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan
adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Tipe-Tipe
Vegetasi Daerah Tropika & Daerah yang Berdekatan menurut Nicholas Pollunin adalah
sebagai berikut:
Hutan
Tropika Basah
Hutan
Tropika dgn Irama Musiman
Sabana
& lahan rumput lain di daerah tropika & subtropika
Semak
kerdil setengah gurun
Gurun
tropika & Subtropika
Hutan
bakau (Mangrove) vegetasi lain di tepi pantai
Komunitas
edafik & komunitas seral lainnya
Ciri-ciri Hutan Tropika Basah
menurut Nicholas Pollunin adalah sebagai berikut:
Berada
di daerah khatulistiwa
Paling
lebat di antara tipe vegetasi lainnya
Suhu
rata-rata tahunannya 25-26o C
Terdapat
1 atau 2 musim kering yg lamanya tidak melebihi 3 bulan
Curah
hujannya 200-400 cm tiap tahun
Kelembaban
nisbinya >80%
Dan
lain-lain
Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang
paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk
hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang
dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang
membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi
tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan
lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di
hutan ini:
- Lapisan
pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas
atap tajuk (kanopi hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent).
Sembulan ini bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun
tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang
lebih dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
- Lapisan
kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24–36 m.
- Lapisan
tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh
pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau
jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
Tumbuhan utama penyusun vegetasi
menurut Nicholas Pollunin:
1. Pohon-pohon
hutan
Pohon-pohon ini merupakan komponen
struktural utama, kadang-kadang untuk mudahnya dinamakan atap atau tajuk
(canopy). Kanopi ini terdiri dari tiga tingkatan, dan masing-masing tingkatan
ditandai dengan jenis pohon yang berbeda. Tingkatan A merupakan tingakatan
tumbuhan yang menjulang tinggi, dengan ketinggian lebih dari 30 meter.
Pohon-pohonnya dicirikan dengan jarak antar pohon yang agak berjauhan dan
jarang merupakan suatu lapisan kanopi yang bersambung. Tingkatan B merupakan
tumbuhan dengan ketinggian antara 15-30 meter. Kanopi pada tingkatan ini
merupakan tajuk-tajuk pohon yang bersifat kontinu (bersambung) dan membentuk
sebuah massa yang dapat disebut sebagai sebuah atap (kanopi). Sedangkan
tingkatan C merupakan tumbuhan dengan ketinggian antara 5-15 meter. Tingkatan
ini dicirikan dengan bentuk pohon yang kecil dan langsing, serta memiliki tajuk
yang sempit meruncing. Tingkatan-tingkatan kanopi hutan hujan tropis sebenarnya
sukar sekali dtentukan secara pasti. Hal ini disebabkan oleh ketinggian pohon
yang tidak seragam seperti telah disebutkan dalam pembagian tingkatan di atas.
Pengamatan tingkatan kanopi di atas hanyalah bersifat causal saja.
Daun-daun pohon biasanya berukuran
sedang, memiliki luas antara 2.000-18.000 mm2. Daun-daun itu
biasanya tunggal dan kaku seperti belulang, berwarna hijau tua dengan permukaan
yang mengkilap. Jadi daun-daun itu tergolong dalam daun Laurus atau tipe
sklerofil besar. Kebanyakan daun-daun itu terbentang memanjang, bangun lanset
sampai bangun jorong, kadang-kadang dengan ujung memanjang seperti ekor yang
disebut ujung penetes. Kebanyakan hutan hujan tropis memiliki perdaunan
meluas dan kontinu mulai dari terna di tanah sampai ke puncak
pohon-pohon yang paling dominan. Perdaunan ini bahkan dapat menutup
batang-batang pohon dominan yang besar, hingga tertutup sama sekali.
Pemandangan lainnya adalah tajuk pohon
yang sedemikian rapatnya, menyebabkan sinar matahari sukar tembus hingga ke
dasar tanah. Dampaknya adalah hanya sedikit saja perkembangan vegetasi bawah
(undergrowth) dan tumbuhan penutup tanah, sehingga batang-batang pokok
pohon-pohon tampak menonjol dalam keremangan cahaya sebagai tiang-tiang
raksasa.
2. Terna
Pada bagian hutan yang kanopinya tidak
begitu rapat, memungkinkan sinar matahari dapat tembus hingga ke lantai hutan.
Pada bagian ini banyak tumbuh dan berkembang vegetasi tanah yang berwarna hijau
yang tidak bergantung pada bantuan dari luar. Tumbuhan yang demikian hidup
dalah iklim yang lembab dan cenderung bersifat terna seperti paku-pakuan dan
paku lumut (Selagenella spp.) dengan bagian dindingnya sebagian besar
terdiri dari tumbuhan berkayu. Terna dapat membentuk lapisan tersendiri, yaitu
lapisan semak-semak (D), terdiri dari tumbuhan berkayu agak tinggi. Lapisan
kedua yaitu semai-semai pohon (E) yang dapat mencapai ketinggian 2 meter.
Lapisan semak-semak sering mencakup
beberapa terna besar seperti Scitamineae (pisang, jahe, dll.) yang
tingginya dapat melebihi 5 meter. Meskipun kondisi iklim mikronya panas dan
lembab, namun perkembangan terna dalam wilayah hutan hujan tropis kurang baik.
Hal ini disebabkan kurangnya pencahayaan matahari untuk membantu proses
fotosintesisnya. Persebaran terna yang baik terdapat pada wilayah terbuka
dengan air yang cukup melimpah atau pada tebing-tebing terjal, dimana sinar
matahari leluasa mencapai lantai hutan.
Pteridophyta
Melastomataceae
Marantaceae
Cyperaceae
3. Tumbuhan
pemanjat atau pembelit yang biasa dikenal dengan nama liana. Liana
adalah suatu habitus
tumbuhan.
Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan
atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat
pula dikatakan tumbuhan yang merambat, memanjat, atau menggantung. Berbeda
dengan epifit
yang mampu sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar
liana berada di tanah atau paling tidak memerlukan tanah sebagai sumber
haranya.
Tumbuhan
memanjat ini paling banyak ditemukan di hutan-hutan tropika.
Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae
(suku labu-labuan). Liana biasanya bukan parasit
namun ia dapat melemahkan tumbuhan lain yang menjadi penyangganya dan
berkompetisi terhadap cahaya.
Di
hutan-hutan lebat yang dipenuhi liana, hewan-hewan arboreal (hidup di pohon)
dapat dengan leluasa berpindah dari satu pohon ke pohon lain melalui liana atau
dengan bergelantungan pada batang liana. Berbagai kera, seperti siamang dan owa, dikenal sebagai penjelajah pohon
yang ulung melalui liana.
Tumbuhan ini bergantung dan menunjang pada tumbuhan utama
dan memberikan hiasan utama pada hutan hujan tropis. Tumbuhan ini dapat
berbentuk tipis seperti kawat atau berbentuk besar sebesar paha orang dewasa.
Sering pula tumbuhan ini tumbuh di percabangan pohon-pohon besar. Beberapa
diantaranya dapat mencapai panjang sampai 200 meter.
4. Epifita.
Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang, dan bahkan pada daun-daun
pohon, semak, dan liana. Epifita dalam hutan tropika basah dapat dibedakan
dalam tiga tipe yaitu:
a. Epifita
yang bersifat ekstrem xerofil, hidup pada bagian paling ujung cabang-cabang dan
ranting-ranting pohon yang lebih besar (inangnya) misalnya pada beberapa
anggota dari Bromeliaceae seperti gambar di bawah ini:
Bromeliaceae
b. Epifita
matahari, biasanya bersifat xeromorfik dan terutama terdapat di bagian tengah
tajuk inangnya dan sepanjang dahan-dahannya yang lebih besar pada pohon-pohon
penyusun tiga tingkat teratas dan biasanya merupakan yang terkaya di antara
sinusia (“synusia”) epifitik baik dari segi jenis maupun poppulasinya. Seperti
lumut:
Lumut
c. Epifita
naungan, terutama ditemukan pada batang dan dahan-dahan pohon. Misalnya
paku-pakuan:
5. Pencekik
pohon, tumbuhan ini memulai kehidupannya sebagai epifita kemudian mengirimkan
akar-akar turun ke tanah menjadi tidak atau hamper tidak bergantung lagi pada
suatu inang dan sering membunuh pohon yang semula membantunya (menjadi
inangnya). Yang paling banyak dikenal dan melimpah jumlahnya, baik dalam jenis
maupun populasinya, adalah terutama Ficus
spp.
Ficus
spp.
Jenis-jenis
Clusia yang membentuk tajuk yang
besar, tetapi jarang membunuh inangnya, seringnmerupakan tumbuhan pencekik yang
paling banyak ditemukan dalam hutan tropika basah di Amerika Selatan. Selain
itu contohnya pada pohon Ara sebagai tanaman pencekik.
Ara/ Kiara beringin pencekik (strangling fig) yang mengawali hidup sebagai
parasit (hidup menumpang dari) pohon lain, kemudian setelah besar mematikan
pohon inangnya dengan cara mencekik.
Kehidupan beringin pencekik ini berawal dari biji yang dibawa oleh monyet atau
burung, biji tersebut kemudian terjatuh dan menyangkut di tajuk sebuah pohon.
Setelah bersemai, kemudian menjadi parasit yang menempel di cabang pohon.
Sebagai parasit, awalnya beringin kecil ini, memenuhi seluruh kebutuhan
hidupnya dari mengisap zat hara dari pohon inangnya. Setelah akarnya tertancap
kuat pada inangnya, beringin secara perlahan mulai membangun kekuatan,
akar-akar sulurnya tumbuh kebawah dengan merambat dan membelit pohon inangnya,
untuk mendapatkan asupan makanan secara langsung dari tanah hutan. Seiring
dengan perjalanan waktu, ukuran akar beringinpun semakin besar dan daya
cekiknya juga semakin kuat.
Kematian pohon inang biasanya disebabkan oleh:
·
belitan akar-akar beringin;
·
terampasnya aliran sumber makanan oleh akar-akar beringin;
·
ternaunginya tajuk pohon inang oleh kerimbunan tajuk
beringin.
6. Saprofita.
Tumbuhan ini mendapatkan zat hara dari bahan organic yang mati bersama dengan
parasit-parasit merupakan komponen heterotrof yang tidak berwarna hijau di
hutan tropika basah.
Seperti
dalam lahan hutan di daerah iklim sedang, mayoritas yang besar terdiri dari
cendawan atau jamur (Fungi) dan bakteri (Bacteria) yang membantu terjadinya
penguraian organic terutama dekat permukaan tanah. Namun demikian, di samping
ada beberapa jenis tumbuhan berbunga yang menyertainya seperti jenis-jenis
anggrek tertentu dan warga suku Burmanniaceae, dan Gentianaceae, serta
Triuridaceae dan Balanophoraceae yang hanya mengandung sedikit klorofil atau
sama sekali tidak dan hidup dengan cara saprofitik.
Burmanniaceae
7. Parasit.
Selain Fungi (cendawan) dan Bacteria (bakteri), dari parasit-parasit yang
terdapat dalam hutan tropika basah terdapat dua sinusia yang penting yaitu:
a. Parasit
akar, yang tumbuh di atas tanah seperti Rafflesia
arnoldi.
Rafflesia
arnoldi
b. Setengah
parasit (hemiparasit) yang tumbuh seperti epifita di atas pohon. Contohnya Viscum cruciatum.
Viscum
cruciatum
Kesimpulan
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada hutan tropika basah ada beberapa tipe
tumbuhan utama penyusun vegetasi hutan tropika basah menurut Nicholas Pollunin
yaitu pohon-pohon hutan, terna, tumbuhan pemanjat, epifita, tanaman pencekik
pohon, saprofita, dan parasit.
DAFTAR PUSTAKA
Pollunin,
N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gadjah
Mada Universty Press. Yogyakarta.